"Where there is love, there is life."
- Mahatma Gandhi
_______"Kamu! Kenapa kamu mau diajak bicara sama Kala? Percuma kamu pergi jauh kalau ketemu lalu kembali jatuh pada Kala!"
Jo terlihat sangat marah, melihat Em dan Kala yang tengah duduk berdua. Lebih marah lagi karena Javas hanya diam memandang keduanya dengan tatapan dingin. Jika Javas diam begitu bisa gagal moveon adiknya.
"Javas! Katanya kamu suka Emilly! Kenapa biarin dia menemui Kala?"
Javas berdeham, "Menurut saya Em memang perlu menemui Kala, untuk membuktikan apa masih ada cinta untuk Kala? Atau hanya sekedar rasa tidak terima."
Perkataan itu menusuk untuk Em, Ia sendiri juga kembali bingung dengan hatinya. Sayangnya tekad yang dimiliki untuk melupakan Kala lebih besar dalam diri Em. Rasa itu masih ada, namun tidak sebesar dulu.
"Abang jangan marah terus, ini juga gara-gara Abang ya! Em udah bilang nggak mau ke Indonesia!"
"Lho? Jadi salah Abang! Heh? Begitu?" Jo menggebu, makin hari Em makin berani menyuarakan isi pikirannya.
"Iya! Salah Abang! Semua salah Abang! Em ketemu Kala salah Abang! Kala menikahi Rara juga salah Abang!!!"
Em berteriak lalu berjalan cepat meninggalkan Jo dan Javas yang menatapnya tak berkedip, Em menangis sesegukan, tidak bisakah Jo mengerti bahwa Em tidak sengaja bertemu Kala? Jo bahkan memarahi Em hampir dua jam semenjak kembali ke Hotel.
Javas memang hanya diam, namun Em tau jika pria itu menahan kesal, Javas juga terlihat cuek saat Jo memarahi Em.
"Hiks, Sebel!!!!"
Suara ketukan pintu kamar terdengar,
"Lilly! Buka pintu."Em mendelik sebal, "Ngapain sii itu pria api!"
Lagi, ketukan pintu terdengar, "Lilly, Buka atau aku dobrak sekarang."
Mau tidak mau Em membuka pintu, wajah datar Javas adalah hal yang pertama Em lihat, jujur Javas ingin tertawa melihat wajah merah milik Emilly.
"Jangan nangis, Jo hanya emosi. Kamu nggak seharusnya berteriak pada Jo." Javas merengkuh tubuh kecil Emilly, mengelus punggung kecil yang kembali bergetar.
"Aku paham, kamu nggak boleh sedih lagi." Hibur Javas pada Emilly.
Mereka tengah duduk berpelukan di tepi ranjang, Em mulai berhenti menangis namun masih terdengar isakan kecil.
"Lebih baik? Emilly kamu sudah dewasa," Javas melerai pelukannya, "Kamu paham kan kalau Jo itu sayang banget sama kamu?"
Em mengangguk lucu, bibirnya semakin melengkung ke bawah,
"Tau.."
Javas mengangguk, "Menurut kamu baik berteriak pada Abang kamu? Kamu berteriak hanya karena Kala?"
Em menggeleng, "Abang marahin aku hampir dua jam...,"
Javas terkekeh, gadis jutek dan ketus ini terlihat lucu ketika menangis dan mengadu,
"Heum, apa kamu akan kembali bersama Kala? Kamu pasti udah dengar kalau Rara telah pergi."
"K-kamu tau?"
"Iya. Semua tentang Kala dan kamu aku tau."
Em menggeleng, "Aku mau mencoba sama kamu, aku nggak akan kembali sama Kala."
Semoga. Suara hati Em menjerit keras.
"Aku harap seperti itu. Udah lega? Sekarang kamu harus minta maaf sama Jo."
Em mengangguk, "Iya."
Javas selalu punya cara tersendiri untuk menenangkan Em, Javas bukan mementingkan emosinya, Javas bersikap tenang walaupun kesal dan marah, Javas bisa menjadi pria yang sangat sabar dan dewasa menghadapi tingkah Em yang berubah-ubah. Javas juga akan diam, tidak ingin meledak di hadapan Em, tidak ingin berakhir memarahi Em, Javas cinta Em, Javas ingin Em perlahan belajar mencintai Javas.
"K-kamu nggak marah seperti Abang?" Emilly jauh lebih tenang sekarang, hanya meninggalkan bekas air mata dipipi dan hidung merah dengan rambut sedikit berantakan.
Javas terdiam, pandangan matanya terfokus pada arah depan,
"Marah. Marah pada diri aku sendiri karena lalai menjaga kamu, karena aku ceroboh kamu harus kembali bertemu Kala, padahal aku tau kamu enggan pergi ke Indonesia karena tidak ingin bertemu Kala, aku minta maaf kalau membuat hatimu kembali terluka karena teringat masa lalu, Maaf, aku minta maaf semua salah aku. Lilly, jika kamu masih menyimpan rasa sakit itu arrtinya kamu akan terus memiliki perasaan, cobalah untuk ikhlas dan menerima segala hal yang telah semesta tetapkan, Lilly, aku disini. Larilah kepelukan ku, tanganku selalu akan siap untuk merengkuh tubuh dan semua masalahmu."
-tbc-
Team Javas?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
Romanzi rosa / ChickLit[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...