"If you're brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello".
-Paulo Ceolho
__________Pernikahan adalah hubungan permanen antara laki-laki dan perempuan yang diakui sah oleh masyarakat yang bersangkutan yang berdasarkan atas peraturan pernikahan yang berlaku. Bentuk pernikahan tergantung budaya setempat bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga.
Hari-hari menjelang pernikahan adalah hari paling deg-degan. Itu adalah hal wajar mengingat pernikahan adalah hal sakral dan berubahnya status seseorang untuk selamanya. Hal ini juga dirasakan oleh Em, meskipun ini bukan pernikahan pertamanya namun pernikahan kedua ini akan berlangsung karena dua hati yang saling menyayangi. Tidak ada paksaan di dalamnya.
Secangkir teahangat menemani sore hari Em yang tengah bersantai melihat pegunungan Ural. Cuaca cukup dingin sore ini karena siang hari tadi turun hujan cukup deras mengguyur kota Perm.
Cafe Ararat juga cukup sepi karena penduduk Perm jarang menikmati tea saat sore hari, Em meraba jantungnya yang berdetak kencang hanya karena memikirkan tentang pesta pernikahan yang akan dilangsungkan beberapa hari ke depan.
"Privet, mogu ya sest' zdes'?"
Emilly membulatkan matanya saat mendengar suara yang tidak asing terdengar ditelinganya, walaupun suara ini telah lama tidak Em dengar namun Em masih hapal pemiliknya.
"Mas Saga?"
Saga tersenyum kecil melihat wajah Em yang sangat terlihat terkejut karena kehadirannya, Saga menaikan sebelah alisnya menatap Em yang masih dengan raut terkejut, "Saya boleh duduk disini?" Saga menunjuk bangku di depan Emilly.
"Y-ya."
Menarik kursi dengan gerakan pelan, Saga duduk berhadapan dengan Emilly, mata Saga menandai Emilly dengan tajam seakan predator yang hendak memangsa.
"Mas Saga?"
"Ya? Saya kira kamu lupa dengan saya."
Em menggeleng, walaupun masih sangat terkejut namun sebisa mungkin Em harus menormalkan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat.
"Nggak mungkin lupa, Mas."
Saga mengangguk, "Benar. Kamu hutang budi dengan keluarga Handoko. Jadi harus tahu berterima kasih." Tukas Saga.
Em tersenyum kecil, dalam hatinya Em membenarkan perkataan Saga namun tak ayal Em merasa tersinggung dengan pernyataan Saga yang terdengar sarkas.
"Iya, Mas. Tentu saya ingat." Em tersenyum lembut.
Saga mengetuk-ngetuk jari-jari tangannya pada meja, matanya mengamati sekitar untuk melihat suasana di Cafe Ararat.
"Em, Kamu ingin menikah dengan Javas?"
Em masih mendengarkan dalam diam, mencerna pertanyaan dari Saga yang mengejutkan, darimana Saga mengetahui hal ini? Apa mungkin Kala?
"Saya dan Javas berteman." Saga menjawab tanpa Em bertanya, wajah Em yang kebingungan cukup terlihat jelas.
Saga duduk mencondongkan tubuhnya untuk lebih dekat dengan Emilly, "Javas hanya ingin menghancurkan Jo lewat kamu, namun Javas kalah dalam permainannya dan berakhir mencintai kamu."
Deg. Jantung Em seperti diperas paksa mendengar pernyataan Saga. Em meneliti raut wajah Saga yang serius dan datar tanda bahwa apa yang dikatakan Saga adalah kebenaran.
"Saya merencanakan kejatuhan keluarga Clastha bersama Javas." Saga tersenyum kecil, "Kala tidak ada di dalamnya, murni hanya saya dan Javas."
"K-kenapa?"
Saga duduk dengan tegap, matanya menerawang ke atas lalu menatap manik Em dengan dalam, "Urusan bisnis. Namun sekarang saya dan Javas tidak melanjutkan rencana itu, saya malas bermain-main. Javas juga telah jatuh cinta sepenuhnya pada kamu."
Saga berdiri dengan kedua tangan dimasukan pada saku celananya, tersenyum smirk ke arah Emilly yang masih mematung, "Saya hanya sekedar memberitau fakta. Lanjutkanlah pernikahan kalian."
Saga mulai melangkah meninggalkan Em yang mulai menangis tanpa suara, memberhentikan langkahnya tanpa menoleh pada Emilly,
"Tentang Kala, saya yang akan urus anak itu."Saga meninggalkan Em sendirian dengan langkah lebar, seolah perkataannya barusan adalah angin lalu, Saga terkekeh kecil dalam jalannya mengingat Javas akan marah dan sangat murka jika mengetahui Saga membocorkan rahasia pentingnya. Biarlah, Saga hanya ingin lihat perjuangan Javas menaklukan hati Emilly lagi.
Emilly menangis dalam diam, apa yang harus Em lakukan saat ini? Mengapa selalu ada penghalang kebahagiaannya? Apakah kali ini harus merelakan Javas atau bersikap seolah tidak mengetahui rahasia Javas?
Ponsel Emilly berdering singkat pertanda ada pesan masuk di ponselnya, nama Javas tertera membuat Em menahan nafasnya membaca isi pesan tersebut,
Javas Naja
15 menit lagi aku tiba di Cafe, jangan pernah mencoba untuk menghindar.-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
ChickLit[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...