"Love is never wrong."
- Mellisa Etheridge
_________"Apa kabar?."
"Sangat baik."
Kedua manusia yang dahulu pernah menjalani bahtera rumah tangga itu kini tengah duduk berdua di bangku dekat Taman main anak kecil.
Pertemuan tidak sengaja membuat kedua manusia yang dulu memutuskan hubungan secara baik-baik, katanya, kembali berhadapan, duduk berdua ditemani semilir angin yang membuat rambut panjang Emilly bergerak kesana-kemari.
Apa yang Em takutkan menjadi nyata, karena alasan ini Em sangat malas untuk ke Indonesia, ia menghindari akan terjadinya pertemuan ini, namun semesta selalu bersikap jahat dan mempertemukan mereka kembali.
Akhirnya hari ini terjadi, hari dimana Em selalu bertanya kapan ia bisa duduk berdua bersama Kala, bisa dekat dan mencium wangi tubuh Kala, Kala ada disini. Kala pemilik hati Emilly Vathya. Namun ada perasaan aneh yang muncul, rasa asing. Rasa seolah rindu Em selama ini karena masa lalu yang belum usai, namun salah. Bukan masa lalu yang belum usai, Emilly yang belum usai. Emilly yang masih belum sepenuhnya menerima.
"Em, Maaf. Maaf karena dulu pernah menganggap kamu seolah tidak ada, Maaf karena pernah mendekat lalu menjauh, Lagi."
Kala menolehkan kepalanya menghadap wajah Em, dari samping seperti ini Em masih tetap cantik dan bertambah cantik, Kala tersenyum dan berkata dalam hati, mengapa bisa dulu Kala bertindak sangat jahat pada wanita seperti Em? Tidak banyak yang berubah. Hanya mungkin perasaan Em yang berubah?
"Emilly apa kamu bahagia sekarang?."
Em berdecih, pertanyaan ini pernah Em dengar dulu saat mereka bertemu setelah perpisahan, saat itu Em belum bisa jawab karena hatinya terlalu mencintai Kala, walaupun sekarang masih, namun sayangnya tekad Em sudah bulat untuk menghempaskan Kala dari dalam kehidupannya. Em tersenyum samar, "Sangat bahagia, aku harap kamu juga begitu."
Kala tersenyum mendengar jawaban tegas dari Em, sepertinya Em betul-betul telah berhasil moveon. Jadi...Kala sudah hilang dihati Em begitu? Kenyataan macam apa itu batin Kala, pandangan Kala menyendu, bibirnya tersenyum kecil, "Rara..."
Em tersentak kaget, Rara. Benar Rara, dimana wanita itu? Apa Kala sedang berlibur di Bali bersama keluarga kecilnya? Kalau iya, Em sangat mengganggu. Em harus pergi. Em tidak ingin lagi menjadi pengganggu.
"Dimana Rara? Kamu pasti sedang berlibur, bagaimana keadaan Rara?."
Kala menatap Em sendu, guratan kesedihan jelas terlihat, "Rara udah meninggalkan aku."
"H-ha? A-apa?"
Kala menghela nafas pelan, "Rara udah meninggal satu tahun lalu, Rara pergi ke Surga bersama satu putri kita."
Fakta mengejutkan apalagi ini? Jadi Rara telah meninggal? Dan kini Kala menjadi ayah dari satu orang putri, putri mereka bahkan ikut bersama Rara.
"Kenapa bisa?" Suara Em terdengar pelan, masih belum bisa menerima fakta.
"Kecelakaan, kami ingin pergi ke kebun binatang, saat itu ada pengemudi mabuk dan menabrak mobil kami," Kala terdiam, otaknya kembali pada saat kelam itu, "Dan, dan Rara yang tengah memangku Elora tertindih, aku sempat pingsan sebentar lalu sadar, aku sadar mobil akan jatuh ke jurang, aku meraih Elona dan keluar secara perlahan, aku berhasil. Namun Rara dan Elora terjatuh ke jurang bersama mobil yang menabrak, jalanan cukup sepi karena aku mengambil jalur pintas."
Nafas Em tercekat, sebegitu sedihkah hidup Kala? Kasihan Elona karena kehilangan Ibu dan Saudara kembarnya. Pasti berat bagi Elona menjalani kehidupanya sekarang, gadis kecil itu menderita. Em turut sedih.
"Aku turut berduka, dimana Elona sekarang? Bagaimana kamu bisa merawat Elona seorang diri?"
Kala tersenyum kecil, tangannya terulur menunjuk anak kecil gembul, "Itu Elona, Elona Ilse Handoko."
Mata Em melebar, itu anak gembul yang sedari tadi menarik perhatian, lucu sekali anak itu. Elona paling kecil disana, tertawa riang, Em berdoa semoga semesta selalu memberi Elona bahagia.
"Lucu, perpaduan kamu dan Rara."
Kala tertawa lebar, "Aku sayang Elona, aku menjaga dia sepenuh hati."
Elona berjalan dengan langkah kecil menghampiri Kala, air liurnya sedikit menetes karena terlalu sering tertawa,
"Papapapaaaa!"
Elona memeluk kaki Kala erat, membuat Kala tersenyum lalu beralih memangkunya, mencium gemas wajah Elona, "anak papa."
"Nggg... Papa??"
"Iya Nak?"
Emilly mendekati wajah Elona, "Hallo anak cantik, kamu lucu banget sihhh." Tangan Em terulur mengelus pipi Elona yang memerah.
"Mamamamamaa?"
"Kita pulang sekarang, Emilly Vathya."
-tbc-
Mari doakan agar Emilly memilih Javas🤪
Haii, Aku mau tanya, kalian kalau beli novel, team nabung dulu atau langsung beli?
Maaf ya karena semalem itu part ini kepencet hehe❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
Romanzi rosa / ChickLit[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...