"Words can inspire, thoughts can provoke, but only action truly brings you closer to your dreams."
_________Ini adalah satu minggu pertama setelah Javas melamar Emilly untuk menjadi isterinya, semua tetap sama, Javas masih terus berusaha untuk memiliki seluruh hati Emilly, Javas yakin jika Emilly telah jatuh pada dirinya, hanya tinggal sedikit lagi untuk bisa memiliki seluruh hati Emilly.
Siang ini Javas berencana untuk mengajak Em makan siang di Pegunungan Ural, ada salah satu tempat makan yang Javas sukai, Javas berharap Em juga menyukai tempat makan itu agar mereka bisa selalu pergi bersama.
Javas Naja
Aku udah dijalan.-Hello, Perm-
Semakin hari hati Em perlahan belabuh pada Javas, seluruh usaha dan pengorbanan Javas membuahkan hasil, Em jatuh pada pesona seorang Javas, Em berharap kali ini hatinya tidak salah dalam memilih, berharap bahwa memang benar Javas pria yang tepat untuk mengisi hatinya, Em selalu berdoa agar bersama Javas Ia akan bahagia dan menutup kenangan masa lalu.
Em sadar jika sakit hatinya dulu dengan Kala karena Ia yang terlalu lemah, terlalu gampang luluh, terlalu bodoh dan mudah percaya pada pria yang memang pada dasarnya bukan ditakdirkan untuk Em, cerita masa lalu Em akan terus Em jadikan motivasi agar hidup lebih baik lagi, agar Em bisa menjadi wanita kuat, berpendirian dan jangan mudah terbawa suasana.
Em bahagia karena endingnya dahulu Ia tidak bersama Kala, Em bahagia karena sekarang menemukan Javas sebagai pria yang akan menjadi suaminya, sebuah cerita tidak selalu harus happy ending kan? Begitu pula Em dan Kala, berharap bersama Javas, Em akan menjalani happy ending.
Javas Naja
Aku di depanEm mengambil tas kecil miliknya lalu bergegas turun ke bawah, hari ini Em terlihat sangat cantik dengan dress putih dengan rambut panjangnya.
"Hari ini makan dimana?" Tanya Em mendekat pada Javas yang tengah duduk di halaman rumah.
"Kamu ikut aja, enak kok." Javas berdiri dan menatap Em sebentar, tangannya terulur pada Em lalu dengan cepat Em menyambut uluran tangan Javas.
Dalam diam mereka berdua sama-sama tersenyum kecil, menikmati saat seperti ini, Javas bahkan sesekali melirik tangan besarnya yang menangkup tangan kecil Emilly.
"Kamu parkir jauh banget.." Keluh Em karena sedari tadi jalan dan belum menemukan mobil Javas.
Javas terkekeh, "Sengaja."
Javas bahkan rela parkir di luar halaman rumah Jo karena ingin beralama-lama menggenggam tangan kecil Em, walaupun Javas bisa kapan saja untuk menggenggam tangan kecil itu namun Javas suka dengan cara licik seperti ini.
-Hello, Perm-
"Javas aku sayang kamu, sisa 20% untuk kamu memiliki hati aku sepenuhnya."
Javas yang tengah makan tersedak dengan pernyataan Em yang tiba-tiba, dengan segera Ia menyambar minuman dingin yang berada di dekatnya, matanya menatap Em yang tengah menatap Javas berkedip-kedip lucu.
"Ih--, kenapa?"
"Kamu tiba-tiba banget," Javas mengelap sudut bibirnya, "Jadi kamu udah 80% cinta aku?"
Em mengangguk yakin, "Apalagi saat pertemuan terakhir dengan Kala, aku jadi sadar kenapa selama ini bodoh banget bisa gagal moveon sama pria seperti Kala?"
Bibir Javas tersungging kecil, "Yes you are. Jika banyak yang bilang bahwa cerita kamu dulu tidak adil, ada yang merasa kesal karena kamu yang disakiti dan Kala yang berbahagia, itu salah, Kamu memang memilih jalan untuk disakiti karena sikap kamu yang plin-plan. Jadi, masa lalu mengajarkan kamu untuk menjadi wanita tegas?"
"Pasti. Javas, bersama kamu aku akan happy ending kan?"
Javas mengangguk, "Ya. Aku berusaha."
"Javas, aku baru sadar kamu mirip buaya."
-Hello, Perm-
"Abang, kenapa Abang sibuk terus?"
Em dan Jo tengah menikmati waktu bersama di taman rumah, jam menunjukan tengah malam namun keduanya enggan beranjak, mereka berdua menikmati bintang karena cuaca hari ini cukup bagus.
"Emang Abang kamu, patah hati lalu nggak kerja."
Em mendengus, "Em mau kerja lagi, disini nggak bisa buka WO?"
Jo menggeleng, "Ribet ngurusnya. Lagipula kamu akan menikah, Javas kaya, kamu harus manfaatin, jangan kerja." Ledek Jo.
"Heum, Aku...cinta Javas 80%"
Jo terdiam, "Bagus, artinya kamu udah sadar karena bodoh jika masih mencintai Kala."
Em tersenyum, "Ya. Makasih Abang, Makasih karena Abang mau menemani Em saat keadaan apapun." Em mendekat pada Jo lalu memeluk erat tubuh Jo dari samping, menatap wajah Jo yang terlihat tampan.
"Tugas Abang." Jo membalas pelukan Em tak kalah erat, "Bunda lagi lihat kita nih dari atas, Abang rindu Bunda.."
Em mengangguk, "Em juga, Em berdoa agar kehidupan selanjutkan Em terlahir sebagai anak Bunda."
Em berdiri, menatap Jo hangat, "Em mau tidur, besok Em mau ke kantor Javas, ada janji sama pihak gedung."
"Selamat Malam, Emilly."
Em mengangguk, mengecup singkat pipi kanan dan kiri Jo, "Jangan bobo kemalaman Bang."
Jo menatap kepergian Emilly dalam diam, meraba dadanya sendiri dengan senyum kecil terbit dibibirnya.
-Hello, Perm-
"Kamu bertindak terlalu jauh, Javas."
Dua pria dewasa duduk berhadapan dengan saling menatap tajam, bahkan pertemuan ini dilakukan di area tertutup mengingat hal yang akan dibicarakan sangat penting dan rahasia.
"Jangan berani mengancam saya." Javas menaikan sebelah alisnya lalu tersenyum smirk, mencondongkan tubuh tegapnya lalu wajah Javas mendekati telinga pria itu, membisikan sesuatu sangat pelan namun terdapat penekanan disetiap kata yang terucap.
"Tuan Saga Gilbert Handoko."
-tbc-
Kalau kalian baca Ruang Rindu pasti tau siapa Saga. Dari nama belakangnya kalian tau kan? Tenang. Konfliknya ngga akan berat kalau kalian rajin Vote dan Komen🤪
-150 Vote untuk buka Chapter berikutnya🖤
Lama juga ngga apa, Aku tungguin😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
ChickLit[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...