"Cinta itu burung yang indah, yang mengemis untuk ditangkap tapi menolak dilukai."
- Khalil Gibran
_______"Siapa yang datang? Kenapa nggak masuk?"
Em masih diam, sebenarnya ada perasaan sebal mengingat pertemuan terakhir dengan dia membahas tentang masa lalu, ternyata dunia begitu sempit hingga seorang teman barunya mengenal Kala, bahkan dia mengetahui hubungan Kala dengan Emilly.
"Hai Jo, Saya Javas Naja Parviz. Kalau kamu lupa, Perusahaan kita pernah menjalin kerja sama sekitar 4 Tahun lalu."
Jo yang baru datang terdiam, dia juga seperti mengenal pria tegap ini, Ah. Apa mungkin pria ini pemilik Naja Company? Sepertinya benar.
"Anda pemilik Naja Company kan? Perusahaan coklat dan Coffe terbesar." Jo menerima uluran tangan Javas. Keduanya saling terlihat senyum, Em merasa sebal. Mengapa Javas selalu mengenal orang sekitar Em?
Jo memicing pada Em, tatapan matanya penuh intimidasi, apa yang dia lewatkan selama ini? Mengapa sekarang Em berteman dengan pria? Apa mungkin Em telah moveon?
"Silahkan masuk." Jo menggeser tubuhnya, Javas masuk dengan senyum mengembang.
"Kamu! Ada hutang cerita sama Abang!"
Em memutar bola matanya, apakah pria memang suka bersikap seenaknya? Mengapa seolah ini adalah rumah Jo? Bukankah disini Em adalah tuan rumah? Dan apa itu, Javas masuk tanpa melirik Em. Dia pikir Em pajangan rumah?
-Hello, Perm-
"Jadi kalian lagi dekat?."
Jo memulai wawancara pada Javas. Aura yang dikeluarkan juga dingin dan datar, Jo berusaha mencari tau apakah motif Javas berkunjung ke Apartemen Em, Jo bahagia, jika Em telah memiliki warna lain, memiliki pengganti Kala. Namun sebagai seorang keluarga, Jo harus dulu tau latar belakang Javas kan?
"Saya menyukai Emilly pada pandangan pertama, namun Emilly tidak. Jadi apakah saya boleh mendekati Adik anda?,"
Javas itu bukan tipe pria yang jika ingin akan ber basa-basi, saat ini restu dari Jo adalah yang utama, pembicaraan mereka yang tertutup memudahkan Javas menyalurkan isi hatinya.
"Kamu, udah dekat lama dengan Emilly?" Jo menyeruput kopi buatan Em, "Jangan terlalu formal, kita bukan sedang kerja."
Javas membenarkan, "Belum lama, tapi entah mengapa Emilly seperti magnet yang terus menarik saya mendekat, sikap galak dan ketusnya membuat saya tertantang. Namun berujung jatuh hati."
"Kenapa harus Emilly?"
Javas terdiam, senyum kecil terbit dari bibirnya, "Untuk cinta kita tidak bisa memilih kan? Yang perlu kamu tau, Saya akan mendapatkan Emilly dengan cara yang baik. Tidak memaksa, namun saya pastikan bahwa Emilly hanya milik saya."
Jo tersenyum lebar, Javas sepertinya kandidat yang cocok untuk menjadi pacar Em, Javas itu hampir mirip dengan Jo yang jika mempunyai keinginan akan berusaha sekeras mungkin, bedanya Javas memakai cara baik, Jo melakukan segala cara, termasuk cara kotor.
"Saya nggak pernah melarang, selama itu membuat Em bahagia, dulu saya pernah buat dia kecewa dan menangis karena kebodohan saya. Saya harap kamu bisa memberikan warna pada Em agar dia bahagia."
"Saya tau, seluruh cerita Emilly saya tau. Termasuk Kala, kamu menjebaknya."
Jo kaget bukan kepalang, sebenarnya siapa Javas? Jo hanya tau Javas memang orang penting dan sangat kaya. Bahkan kekuasaan Javas tidak main-main, ah. Jadi Jo lebih tenang saat Javas berada dekat Em.
"Ya, itu kesalahan saya."
"Tapi saya mau bilang terima kasih, karena jebakan kamu, Saya dan Emilly bertemu."
Jo terkekeh, benar sekali. Mungkin ini takdir Tuhan yang sebenarnya.
"Jaga Emilly baik-baik."
"Tentu."
Satu masalah selesai, restu telah Javas dapatkan dari Jo, langkah selanjutnya adalah membuat Lilly-nya jatuh cinta pada Javas. Ucapkan,
"Hello, Masa Depan.."-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
Chick-Lit[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...