"Mba Cindy belum mau pulang?"
Sementara yang diajak ngobrol belum mau mengakhiri kesibukannya dengan sebuh laptop dan beberapa jilid handbook tebal karya Price & Wilson.
"Tanggung dikit lagi," balas Cindy
"Terus aja dikit lagi, tau-tau sekarang udah jam setengah 9," saut seseorang diujung ruangan.
"Mba Cindy beneran nggak mau pulang? Mba Frisca aja udah pulang dari tadi?"
"Lah terus kalian kenapa tetep disini? Lo nggak kepengen pulang juga Jal? Jar?"
"Bukannya nggak mau pulang, kita dari tadi nungguin Mba Cindy, kan nggak mungkin Ijal sama Fajar ninggalin Mba Cindy di sekre BEM sendirian,"
"Hah?" Cindy melihat ke sekeliling ruangan dengan luas 10 x 10 meter milik BEM FK ini. Seingatnya tadi di meja sekretaris masih ada Winda yang sibuk mengetik, kemudian Sesil yang sedang sibuk menyiapkan goodie bag dan isi-isinya bersama Frisca dan Nanda. Namun sekarang yang tersisa hanya ada Fajar dan Ijal, dua orang yang selalu bersama kemana-mana.
Fajar terlihat sudah mengantuk, sedangkan Ijal menatap Cindy dengan wajah memelas, berharap segera mengakhiri pekerjaannya dan segera meninggalkan tempat ini.
"Oke, oke, kita cus," Cindy kemudian membereskan barang-barangnya termasuk laptop, beberapa buku yang dipakai barusan akan sengaja Cindy tinggalkan. Sementara itu, Fajar bersiap mengunci pintu dan Ijal sudah menstater motornya.
"Mba mau sekalian makan nggak? Berhubung kita-kita belum makan malem,"
"Boleh, gue mau nasi goreng pengkolan tempat biasa,"
"Oke,"
Cindy mengecek jam di pergelangan tangan kirinya yang menunjukan pukul 08.44 malam. Pasti pintu rumah dan pagar sudah dikunci.
Lagian mau gue pulang malem sampai subuh kayaknya mereka nggak akan peduli, batin Cindy.
***
"Mas nasi gorengnya 3, yang satu pedes, yang dua sedeng," ucap Fajar
"Minumnya?"
"Teh manis anget aja semua," kini Cindy yang menjawab.
Ketika mata Cindy sedang asyik menjelajah sekeliling untuk mencari tempat duduk yang kosong tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Sebuah pop up pesan dari Aira muncul di display.
Aira Azhari
Mba Cindy kemana? Nenek sihir marah-marah nyariin, Mba."What? Tumben,"
Cindy kemudian teringat, ini sudah awal bulan biasanya Ayahnya akan rajin mentransfer uang ke kakek nenek itu via Mbok Asih. Jelas saja nenek itu tiba-tiba rewel mencari Cindy, karena semua uang transferan yang semestinya mereka terima sudah masuk ke rekening Cindy sejak lusa kemarin. Cindy tersenyum jahat kali ini.
"Kenapa, Mba?" Ijal merasa ada yang tidak beres dengan kakak kelasnya ini.
"Nggak apa-apa, minuman kalian hari ini gue traktir!" Sorak Cindy bahagia.
"Ye kirain kenapa!" Kesal Ijal.
"Maaf mba, mas, ini pesanannya, nasi goreng pedes telor pisah 1, nasi goreng sedeng 2, minumnya nyusul ya," ucap seorang pelayan yang wajahnya tidak familiar. Cindy, Ijal, dan Fajar sudah langganan nasi goreng ini sejak masih menjadi mahasiswa baru, tentu saja si pemilik nasi goreng alias Mang Ojes sudah mereka kenal mulai dari anak buah Mang Ojes yang jumlahnya 2 orang yang Cindy sendiri juga tidak tau namanya hingga anak dan istri si mamang yang sering dibawa untuk membantu berjualan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon
Fiksi Umum./hope that the story isn't over yet, -shubhangi./ Yacindy Pramidhita tidak pernah berharap untuk menjalin hubungan lagi dengan lelaki manapun selepas putus dari Fathan. Hari-hari sebagai seorang mahasiswi kedokteran sudah cukup membuatnya menggila...