Bagas tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja, saat ini masih sesi Jaya yang diintorgasi sementara Dani dan Jose sedang diistirahatkan. Bagas sudah hilang fokus, antara mendengarkan ucapan Heri tadi atau penuturan Jaya yang sedang diselidiki Aldi.
Aldi sudah naik pitam karena Jaya terus bungkam, “Kalau Chandra yang ada dibalik insiden penusukan Cindy, pasti ada dalang lagikan diatas bos lo itu?”
Jaya masih bungkam, hanya menunduk mengiyakan.
“NAH IYA SIAPA?! LO NGGAK BAKAL DIAPA-APAIN, JANGAN TAKUT!”
“Gue nggak takut sama kalian, tapi gue takut sama bos besar, kalian nggak ngerasainkan jadi gue? Lo kira gue diem aja tanpa sebab?” lirih Jaya dengan sedikit kesedihan diujungnya.
Sementara Aldi terus memaksa Jaya untuk buka suara, sekarang Seno malah sedang menemai acara makan-makan x istirahat Dani dan Jose.
“Makasih ya Kak, udah mau ngasih kita makan, lumayan sup ayam sama perkedel,” Dani menguyah sambil ngobrol.
“Telen dulu, emang lo berdua nggak pernah makan enak?”
“Nggak bang, kalau di markas makan mentok-mentok sayur tumis sama gorengan,” lanjut Dani lagi sementara Jose lebih memilih diam.
“Bukannya kemarin lo ke KFC? Sekalian buntutin Cindy?”
“Cuma beli supnya doang Bang, sama coca cola satu, Bang Jaya nggak ada duit kemarin, mampir juga gara-gara kalian,”
“Ngomong-ngomong, tadi kalian bilang markas? Kalian punya markas?”
“Pu-punya, Bang,” Dani takut-takut menjawab karena pelototan tajam dari Jose.
Balik lagi ke Aldi yang sudah kehabisan kata-kata untuk mengintrogasi Jaya.
“Ya makanya lo cerita biar kita bisa tau titik terangnya, Anjim!”
Jaya malah nangis ditempatnya, “Kalau gue cerita, lo bisa jamin hidup gue aman? Okelah gue aman di sini, tapi nggak tau di penjara nanti waktu se-sel sama Chandra dan kawanannya, belum lagi soal….”
Aldi tanpak interesting, “soal apa?”
“Soal keluarga gue yang jadi diancam Chandra,”
Jaya melanjutkan kalimatnya, “Dan soal tujuan Chandra yang terselubung selain ini,”
Bagas yang sedang menyaksikan jalannya perbincangan antara Jaya-Aldi dan Dani-Seno dari layar komputer kemudian bisa menarik benang kesimpulan: Chandra punya maksud lain yang hanya Jaya yang tau, dan Dani adalah tersangka yang gampang untuk diintrogasi mencari tau keberadaan bos-bos dan markas besar mereka.
Aldi sudah lelah namun matanya mengerjap sempurna ketika Jaya melanjutkan kalimat ketiganya, “Intinya lo jangan percaya sama salah satu diantara kita,”
Bagas sukses termenung, sampai akhirnya ponselnya bergetar, panggilan masuk dari Heri,
“Si-siap, Jenderal ada apa?”
“Saya suruh kamu cari Cindy, sudah dapat?”
Bagas rasanya ingin menghujat saat itu juga, bisa-bisanya melupakan Cindy karena keasyikan bekerja. Bagas kemudian meminta tolong Gio yang kebetulan duduk disebelahnya untuk menelpon Ricky dan mencari Cindy dikostannya karena terakhir kali GPS Cindy berada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon
General Fiction./hope that the story isn't over yet, -shubhangi./ Yacindy Pramidhita tidak pernah berharap untuk menjalin hubungan lagi dengan lelaki manapun selepas putus dari Fathan. Hari-hari sebagai seorang mahasiswi kedokteran sudah cukup membuatnya menggila...