Noted: Terdapat keuwuan, tapi bukan sama Bagas, mohon jangan ngegas, hihihi.
***
Langit agak sedikit mendung di siang menuju sore ini. Cindy bergegas turun selepasnya bimbingan dengan Dokter Fairuz terkait hasil penelitiannya kemarin, lebih tepatnya hasil pengolahan data.
"Ini 5 responden kamu yakin memang nggak ada riwayat luka perineum? Atau minimal episiotomi?
"......"
"Masalahnya ini primipara Cin, pasti mereka ada luka bekas jalan lahir meskipun cuma derajat 1, coba kamu periksa lagi rekam medis 5 responden ini, kalau sudah dapat yang fixnya, lusa temui saya lagi untuk membahas hasil lanjutannya,"
Dialog dengan Dokter Fairuz tadi cukup membuat batin Cindy terngiang- ngiang. Benar juga pikirnya, kalau pasien baru pertama kali lahiran pasti akan ada luka di jalan lahirnya meskipun cuma beberapa senti, tetep aja namanya luka. Cindy tidak kepikiran, atau memang saat pengambilan data khususnya 5 responden tersebut bertepatan saat Bagas di rawat yang membuat Cindy banyak hilang fokus. Jadi sesuai rencana dadakannya hari ini Cindy tidak langsung pulang, melainkan hendak ke rumah sakit tempat pengambilan data dulu.
Cindy berjalan menuruni tangga kemudian melalui koridor yang kanan kirinya merupakan laboraturium kedokteran stase saraf dan endokrin. Seperti ingat sesuatu, Cindy kemudian menelpon Fajar.
"Halo Mba Cindy sayang,"
"Sayang ndas mu,"
"Hehehe, kenapa nelpon? Kangen ya?"
"Ah tau ah, eh tapi serius deh, diktat catatan kuliah gue yang lecture saraf sama endokrin masih di lo kan?"
"Oh itu, terakhir di Ijal Mba kayaknya,"
"Loh kok kayaknya?!"
"Ya kan yang minjem catatan wangsit lo nggak cuma gue, nah terakhir yang minjem Ijal,"
"Jadi catetan gue selama ini dioper-oper diangkatan kalian?"
Cindy memang dikenal sebagai mahasiswa super duper rajin untuk ukuran mahasiswa tua, selain karena catatannya yang rapih pake banget, juga karena Cindy sering membuat istilah atau singkatan singkatan khusus untuk menghafal khususnya materi anatomi fisiologi dan patofisiologi.
"Hehehe, iya mba, kayak biasa,"
"Haduh, dasar ya kalian generasi males nulis, terus sekarang Ijal dimana?"
"Lagi jadi budak korporat perekonomian, Mba,"
"Hah?"
"Iya orangnya lagi dagang risol mayo, biasa danusan proker HIMA,"
"Lah terus gimana?! Gue mau itu buku balik sekarang!"
Sebenarnya tidak urgent juga sih karena Cindy tidak butuh-butuh banget, tapi gadis itu tidak ingin materi lecture yang sudah susah payah dibuatnya dulu kemudian di fotokopi perbanyak oleh adik tingkatnya sendiri yang males menulis materi. Kuliah mahal-mahal malah cuma buat fotokopi materi doang, dulu waktu kuliah kerjaannya ngapain coba. Kecuali Ijal dan Fajar, dua orang itu Cindy maafkan. Meskipun sebenarnya mereka rajin mencatat tapi masih kalah lengkap dengan catatan Cindy.
"Bentar, gue chat si Ijal dulu,"
"Oke, lo dimana sekarang? Biar gue samperin,"
"Kantin, sayang,"
"Najis,"
Cindy kemudian bergegas menuju kantin dan langsung disambut oleh Fajar yang tengah duduk ditengah diapit Sofi dan Giani, teman sekelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon
Genel Kurgu./hope that the story isn't over yet, -shubhangi./ Yacindy Pramidhita tidak pernah berharap untuk menjalin hubungan lagi dengan lelaki manapun selepas putus dari Fathan. Hari-hari sebagai seorang mahasiswi kedokteran sudah cukup membuatnya menggila...