"Jadi?"
Cindy dan Bagas saat ini sedang duduk berdua menikmati heningnya danau bebek di siang menjelang sore. Nasi kotak sudah ludes tak tersisa, sepertinya Cindy memang benar-benar lapar.
"Apanya?"
"Lo ngapain disini? Ikut jadi panitia acara atau?"
"Oh bukan, saya bukan panitia acara,"
"Terus apa? Lo ngapain disini?" Selidik Cindy yang semakin penasaran.
"Eh, itu, jaga stand, jaga stand!" balas Bagas ragu-ragu.
Urusan ketika harus berpura-pura menjadi agen intel ditengah kerumunan masyarakat sebenarnya sudah biasa bagi Bagas, apalagi untuk menghindari adanya kecurigaan Bagas akan dengan mudah berbohong. Tapi entah mengapa jika bersama Cindy lelaki ini lebih banyak terdiam, bingung merangkai kata untuk sedikit berbohong.
"Loh kata lo tadi jangan percaya stand apa pun itu! Kok lo sendiri malah jaga stand?!" Cindy semakin nge-gas.
"Bukan stand itu! Maksudnya itu, stand, stand paguyuban Cin!"
"Oh, bilang kek, paguyuban mana kalau boleh tau?" Cindy belum kehabisan akal.
Ini cewek keponya parah banget sih, ngalahin agen intelijen, monolog Bagas dalam hati.
"Dari... dari... hm..." Bagas semakin kelimpungan. Dari kejauhan Bagas melihat sekelompok pemuda dengan kaos warna mustard bertuliskan, "Inyong Wong Kebumen," sontak saja Bagas langsung spontan mengucap, "Maksud saya dari Kebumen!"
"Wah serius? Keluarga ayah gue juga dari sana! Gue bisa loh dikit-dikit ngo-"
"Jin to Chanyeol, 10-22 captain, over," Kehebohan Cindy terinterupsi suara kresek-kresek dari saku dalam jaket yang dikenakan Bagas.
"Kyungsoo to Jin, Chanyeol 10-6 dengan melati, over,"
Suara itu semua berasal dari handy talkie Bagas yang ternyata masih menyala dan tersambung ke milik anak buahnya.
"Apaan tuh? Lo denger gak sih? Kayaknya suaranya dari dalam baju lo deh,"
"Jin to Kyungsoo, 10-2, over,"
Bagas semakin panik mendengar percakapan anak buahnya lewat HT.
"Tuh lo denger nggak sih? Masa ada yang ngomong Kyungsoo kepada Jin, Jin kepada Chanyeol, denger gak sih, Gas?!" Cindy berusaha memperjelas indra pendengarannya.
Untung saja lengan jaket yang dikenakan Bagas tersambung dengan kabel on/off dari HT yang dikenakannya sekarang ini. Daripada situasi semakin kacau dan Cindy semakin curiga, lebih baik dia memutuskan sambungannya terlebih dahulu.
"Gue yakin lo pasti denger!" Semakin heboh Cindy, semakin bingung juga Bagas menanggapi.
"Iya denger tadi!" daripada berbohong lebih baik Bagas jujur jika sama-sama mendengar suara itu.
"Nah kan!"
"Iya mungkin aja dari panitia lain, Cin,"
"Mungkin sih, tapi kok suaranya deket banget ya? Mana pakai nama-nama ido l pula,"
"I-iya mungkin panitianya suka kpop, Cin,"
"Tapi gue masih kepo, Gas, masa sih suaranya sedeket itu!"
"Kok kamu penasaran banget, Cin?" Selidik Bagas balik, khawatir dengan jawaban Cindy selanjutnya.
"Karena gue suka Chanyeol EXO! Hahahaha! Gila nggak sih ini pertama kalinya gue denger orang kode-kodean pakai nama idol sendiri!" Cindy tertawa ngakak sejadi-jadinya. Bagas hanya bisa mengelus dada dan ikut tertawa bersama Cindy untuk menghilangkan kecurigaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon
Fiksi Umum./hope that the story isn't over yet, -shubhangi./ Yacindy Pramidhita tidak pernah berharap untuk menjalin hubungan lagi dengan lelaki manapun selepas putus dari Fathan. Hari-hari sebagai seorang mahasiswi kedokteran sudah cukup membuatnya menggila...