[25] Pillow Talk

256 32 10
                                    

“Itu bocahnya, Rick?”

“Iya, suh,”

Saat ini Bagas dan Ricky sedang berada di Gedung Aula Fakultas Teknik, mengikuti kuliah umum dari narasumber yang di gadang-gadang merupakan lulusan terbaik universitasnya 5 tahun lalu dan langsung diterima S2 di salah satu universitas ternama di Singapura. Tapi bukan itu maksud Bagas dan Ricky hari ini, melainkan untuk menguntit setiap pergerakan Satria alias Hendi, adik Darmaji yang merupakan pengedar narkoba dikalangan mahasiswa sekaligus yang menyimpan semua data essensial milik bos besar yang dimaksud Jaya beberapa waktu lalu.
Hendi tampak seperti mahasiswa pada umumnya, tidak ada yang menarik perhatian khusus, bahkan dengan santainya lelaki itu duduk berkerumunan bersama geng satu circlenya dibangku 2 baris lebih depan dari tempat Bagas dan Ricky duduk saat ini.

“Kelar jam berapa sih ini kuliah?”

“Jam 10 lewat katanya, Suh, bentar lagi, sabar ngapa,”

Bagas mendengus kesal, kemudian kembali sibuk dengan urusan di tabnya. Membuat resume asal-asalan dari materi kuliah yang disajikan. Wanti-wanti dosen pengganti kelasnya hari ini meminta materi dari kuliah umum yang sedang diadakan. Setelah hampir satu setengah jam lebih, kuliah umum tersebut berakhir, semua mahasiswa lagi berburu untuk keluar ruangan ini karena katanya ada konsumsi gratisan dari pihak penyelenggara—siapa lagi kalau bukan si pak dekan.

Bagas dan Ricky bukannya tidak tertarik untuk mengantri, jujur mereka juga lapar karena belum sempat sarapan sebelum kegiatan hari ini, namun demi tugas negara keduanya mengenyahkan hasrat lapar mereka ketika melihat Hendi bukannya keluar melalui pintu utama malah keluar melalui pintu timur yang terhubung dengan tangga kecil untuk turun. Gedung Dekanat ini memang ada dua lantai, lantai satu untuk keperluan administrasi dekanat, sedangkan lantai dua diperkanankan untuk aula serbaguna mulai dari acara seminar, kuliah umum hingga tidak jarang resepsi pernikahan.

Hendi turun melalui tangga kecil yang terhubung langsung ke bagian belakang dari gedung yang menghadap ke komplek fakultas sebelah—fakultas ilmu-ilmu kesehatan yang merupakan gedungnya cewek cantik, dari mantu idaman yang jago masak-masakan sehat alias ilmu gizi, mantu yang jago merawat luka alias keperawatan, dan mantu yang jago mengobati tanpa repot-repot harus ke apotek alias farmasi. Kalau boleh dibilang presentase antara mahasiswa cowok dan cewek di fakultas ini berbanding terbalik, 75% perempuan di FIKES dan 75% laki-laki di FT. Jadi tidak salah kalau kebanyakan anak FT disini memiliki pacar anak FIKES, selain karena dekat dan bersebelahan sudah dipastikan fakultas ini jumlahnya lebih dari cukup untuk menyimpan ‘calon-calon ibu dari anak-anakku’ slogannya anak teknik. Meskipun begitu, Bagas lebih cinta FK, hehehe, Ricky juga deh.

Balik ke topik, gedung-gedung FIKES memang termasuk gedung terlama di universitas ini oleh karenanya akhir-akhir ini sedang dilakukan perombakan ulang gedung menjadi lebih apik dari sebelumnya. Tapi ada juga gedung yang sengaja ditinggalkan karena sudah terlewat usang yaitu gedung jurusan Farmasi yang lokasinya tepat berada dibelakang gedung dekanat FT. Dan disinilah Bagas dan Ricky sekarang berada menyaksikan bagaimana lihainya Hendi mengeluarkan sesuatu dari balik hoodie yang dikenakannya apalagi kalau bukan serbuk-serbuk putih dalam plastik gram, jika tidak sadar kebanyakan orang mungkin memikirkannya sebagai serbuk gula pasir halus yang biasa dipakaikan untuk donat. Bagas rasa, dibalik hoodie tersebut banyak terdapat kantong-kantong rahasia guna menyimpan barang-barang yang Hendi ingin distribusikan itu. Totalnya ada 3 orang yang menerima benda haram itu dari tangan Hendi. Setelahnya Hendi kemudian pergi.

“Kayaknya mereka maba,”

“Kayaknya, liat aja tasnya masih segede gaban begitu,”

Memang seperti itu, kebanyakan mahasiswa baru bakal berangkat kuliah pakai tas ransel seperti saat masih SMA, namun seiring berjalannya waktu semakin tua angkatan kuliah, semakin minim juga yang akan dibawa. Seperti Bagas saat ini yang tidak membawa buku sama sekali, hanya tab dari merk apel digigit yang ditenteng dengan santainya.

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang