[27] Setan

157 28 4
                                    

“How about yourself?”

“Sehat, Kak, Kak Daniar and the baby?”

Amazing! Dia udah mulai nendang-nendang sekarang, kamu mau ngerasain nggak?” Daniar menarik tangan Cindy mendekat, meraba perutnya.

Cindy dan Daniar terlibat pembicaraan santai sebentar, tepatnya setelah Cindy dan Daniar selesai memesan pesanan mereka dan membayar di kasir. Mereka duduk selisih dua meja dari tempat teman-teman Cindy duduk. Tak lama setelahnya Ijal turun dari panggung tentunya sambil dikerubungin abg abg labil yang tiba-tiba minta mengajak foto.

“Iya udah kerasa, kayak geli-geli gimana, gitu,”

“Biasalah, kalau yang megang cewek cantik bakal halus tendangannya, coba kalau Mas Aji, pasti udah ditendang-tendang sampai nih perut melendungnya geser ke samping, hahaha,”

“Astaga Kak Daniar ada-ada aja, btw kakak kesini cuma buat beli ricebowl ikan dorinya?”

“Hmm kayaknya semenjak liat temen kamu yang cowok itu,” dagu Daniar menunjuk ke arah jalannya Ijal yang mendekati meja mereka, “sama yang itu yang lagi makan kentang goreng” kemudian ke Fajar, “Aku tiba-tiba jadi ngidam perutnya pengen di pegang sama mereka deh, Cin, boleh nggak?" tampang Daniar sangat memelas dengan puppy eyes yang dibuat-buat.

Cindy tertawa sejadi-jadinya, “Oh mau dielus sama Ijal dan Fajar? Bilang dong kak! Eh tapi Mas Aji nggak bakal marah kan?”

Daniar buru-buru bangkit, “Nggak dong! Justru harusnya bersyukur anaknya dielus sama cowok setampan mereka, nanti kali aja ketumpahan gantengnya!”

Cindy kemudian ikutan beranjak, setelah beradu bacot sebentar dengan Fajar dan Ijal mereka akhirnya mau mengikuti permintaan Daniar. Tentunya dengan sangat sopan, mengingat siapa cewek yang sedang mereka elus perutnya saat ini. Namun ternyata tidak sampai disitu, Daniar malah mengajak foto Ijal dan Fajar.

“Makasih ya ganteng-ganteng dan cantikku, sebagai gantinya kakak traktir, kalian pilih menu lagi deh sana sebelum aku pulang,”

Ijal dan Fajar bersorak senang karena dengan begini bisa menghemat jatah makan malam mereka nanti.

***

“Ijal buru elah, ini udah mau ujan lo nggak liat udah mendung begitu?”

“Sabar sih elah, ini bungkusan makanan nggak mungkin gue tenteng begitu aja, kalau saosnya tumpah nanti rasanya berasa kayak lagi makan bubur ayam pakai saos kfc tau nggak?” Ijal sibuk mengikat ricebox dengan karet yang dipesan tadi berkat traktiran Daniar, kemudian memasukannya ke plastik dan diikat kembali sampai dirasa ricebox itu tidak akan berubah posisi, mengingat didalam ricebox itu ada wadah berisi saos asam manis sebagai seasoning nasi ayam karage yang dipesan tadi.

“Lagian kenapa nggak dimakan ditempat aja sih, sini deh gue yang bawain, daripada lo takut tumpah,”

“Buat makan malam di kost elah, lo sih Mba ngak pernah ngerasain rasanya uang pas-pasan pengen makan enak apalagi pas ortu belum kasih kiriman, nah mumpung ada rejeki ya gue pakai semaksimal mungkin,”

Cindy kemudian naik ke boncengan motor Ijal. Agak sedikit tinggi karena ini adalah motor ninja.

“Btw, kita nggak diikutin sama bodyguard lo itu?” Ijal sudah tau semenjak Cindy menjadi korban tusuk orang tidak dikenal kala itu, Cindy selalu dijaga beberapa orang untuk memastikan keamanannya, terkhusus jika tidak ada Bagas disampingnya.

“Kata siapa? Lo nggak liat tuh orang dua lagi yang boncengan motor dibelakang kita?”

“Ya ilah!”

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang