Noted: Part ini banyak mengandung keuwuan, author tidak bertanggung jawab atas readers yang kebaperan. Tx.
***
Sebuah villa yang dengan desain modern menjadi tujuan akhir Bagas ketika melihat lokasi terakhir Cindy di GPS. Bagas agak sedikit bersyukur karena Cindy selalu memastikan ponselnya terhubung ke internet sekalipun di tempat yang rawan kesulitan sinyal seperti ini.
Villa ini letaknya agak sedikit menjorok dari jalanan utama Kota Lembang namun tidak terlalu jauh. Sekitar 15 hingga 20 menit dari jalan arteri. meskipun agak sedikit berkelok. Bagas memarkirkan kendaraannya tepat didepan villa yang dikelilingi tembok putih dan gerbang kayu jati. Nampak beberapa orang berpakaian saptam serba hitam sedang berjaga. Terdapat 3 orang penjaga disana, 1 orang menjaga didalam pos depan villa sedangkan 2 lainnya berkeliling disekitarnya.
Satpam yang sedang berkeliling itu kemudian mencegat mobil Bagas yang membuatnya mau tidak mau harus keluar dari dalam mobil. Tanpa harus ambil pusing memikirkan siapa orang-orang ini, Bagas sudah tau kalau mereka adalah orang suruhan Heri.
“Selamat malam, ada perlu apa ya, Mas, datang kemari?” sapa si salah satunya, yang Bagas ketahui namanya adalah Alamsyah dari bedge nama yang tertempel di dada kanan.
Bagas kemudian mengeluarkan KTPnya, “Saya Bagas, mau ketemu sama yang punya villa ini,” sekian detik kemudian Alamsyah seperti mendapat panggilan dari headset yang menempel di telinganya.
“Maaf Mas, tapi yang bisa masuk kesini bukan orang sembarangan, harus ada janji dulu sama Pak Heri dan Mba Cindy,” jelasnya.
“Ok! Ok! Saya hubungin Pak Heri sekarang,”
Si Alamsyah tadi seperti kembali mendapatkan sambungan dari seseorang melalui headset yang dipakainya. Sialannya lagi bersamaan dengan itu sambungan telpon Pak Heri juga selalu sibuk saat Bagas mencoba menelponnya.
“Maaf Mas, Pak Heri sedang ada virtual meeting dan tidak bisa diganggu. Mba Cindy juga sedang istirahat dan tidak mau diganggu. Masnya bisa balik lagi kesini besok. Kalau begitu saya permisi,” belum sempat Bagas menanyakan maksudnya apa tiba-tiba saja Alamsyah sudah masuk ke dalam rumah bersama temannya, menutup pintu gerbang dan bahkan menguncinya. Bagas tertinggal di luar.
Sementara dilain tempat Heri sedang santai menyesap teh melatinya sambil menyaksikan sendiri bagaimana Bagas sedang berjuang untuk bertemu Cindy dari cctv yang terpasang tepat di pintu gerbang villa dimana Cindy berada sekarang. Heri tersenyum heran ditempatnya, melihat Bagas yang begitu kolot bertemu Cindy. Jadi seperti ini perjuangan anak muda zaman sekarang demi seseorang yang dicintainya? Keluh kesah Heri dalam hati.
***
Bagas tidak lekas menyerah begitu saja, tidak peduli malam yang semakin larut beserta udara di kawasan ini yang semakin dingin, Bagas terus berusaha menelpon Heri berulang kali, mengirimkan pesan, mengirim email, hingga meminta bantuan asisten pribadi Heri untuk memaafkan Bagas akan kejadian beberapa hari yang lalu. Bagas juga berulang kali memencet bel yang kebetulan menempel di gerbang, berharap seseorang yang baik hati akan mau membukakannya gerbang ini.
Tiba-tiba saja gerimis turun rintik-rintik, Bagas semakin terduduk lemas karena tidak ada kemajuan dari usahanya hari ini. Bagas hendak bangkit dari posisi jongkoknya guna mencari tempat berteduh ketika tiba-tiba saja seorang pria yang tengah memasuki usia dewasa akhir sekitar 50 tahun lebih, membuka pintu gerbang yang terkunci tadi, kemudian mengangsurkan sebuah payung ke Bagas.
“Mas Bagas ya? Saya Pak Ahmad, orang kepercayaan keluarganya Mba Cindy, Mba Cindy sendiri sedang ada di dalam, biar saya antar, monggo, Mas,” Bagas termenung di tempat, belum bergerak untuk mengikuti langkah Ahmad yang sudah lebih dulu masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon
Ficțiune generală./hope that the story isn't over yet, -shubhangi./ Yacindy Pramidhita tidak pernah berharap untuk menjalin hubungan lagi dengan lelaki manapun selepas putus dari Fathan. Hari-hari sebagai seorang mahasiswi kedokteran sudah cukup membuatnya menggila...