Bagas dan Jenderal Heri, atasannya dikantor, akhirnya terlibat percakapan intens setelah sahabat-sahabat Bagas membeberkan hubungan Bagas dan Cindy kepada Heri. Bagas mau tidak mau harus menjelaskan itu semua, dan sekarang disini lah mereka, kafeteria milik rumah sakit.
"Saya rasa nggak cuma kamu yang harus menjelaskan sesuatu, saya juga perlu menjelaskan satu dan lain hal ke kamu," Heri mengawali pembicaraan seraya menikmati sedikit demi sedikit frappucino didepannya.
Bagas menunduk takut-takut, "Si-siap, Jenderal,"
"Nggak usah sungkan, panggil saya 'pak' saja disini, tidak usah pakai embel-embel jenderal," Bagas menggangguk mengiyakan.
"Jadi gini, Nak Cindy sebenarnya masih salah satu kerabat dekat saya, terutama ayahnya yang memang sahabat saya sejak dulu saat sama-sama masih pendidikan. Tapi beberapa belas tahun lalu, tepatnya saat Cindy masih usia 4 tahun, ayah dan ibunya harus meninggalkan Cindy seorang disini karena satu dan lain hal yang mungkin saya nggak perlu jelaskan ke kamu. Mereka, maksud saya ayah dan ibu Cindy, pergi ke luar negeri untuk menyelesaikan misi sekaligus masa depan keluarga mereka sendiri. Cindy kecil nggak mungkin dibawa, oleh karenanya Cindy dititipkan ke ART dan suaminya kala itu. Beberapa hari setelah kepergian mereka, saya berniat untuk mengadopsi Cindy karena jujur Gas, saya sendiri nggak punya anak perempuan di rumah dan istri saya sangat ingin anak perempuan apalagi seperti Cindy yang menggemaskan,"
Cukup panjang dan lengkap penjelasan Heri, bahkan tanpa sadar Bagas juga mengikuti dengan baik semua alur hingga merasakan empati mendalam yang dirasakan Cindy kecil.
Heri melanjutkan ceritanya, "Tapi semua nggak semudah itu, saya yang memang nggak ada kaitan darah akhirnya kalah dengan keluarga besar kandung dari pihak ayah Cindy, mereka benar-benar memaksakan kehendak kalau Cindy harus ikut mereka. Saya nggak bodoh saat itu Gas, keluarga Cindy hanya menginginkan harta sebenarnya yang Pramono, ayah Cindy, tinggalkan untuk anak semata wayangnya itu. Jadi, beberapa jam sebelum keberangkatannya ke luar negeri, ayah Cindy memindahkan semua saldo di rekeningnya ke semua bentuk asuransi dan investasi properti atas nama Cindy, semua salinannya masih lengkap di saya."
Heri menarik nafas lelah, Bagas kemudian memotong percakapan, "Jadi selama ini sebenarnya Cindy ikut keluarganya hanya untuk dimanfaatkan?"
"Bisa dibilang begitu. Mungkin dulu kalau Pramono nggak ngubah semua rekeningnya jadi seperti sekarang, Cindy sudah tidak punya apa-apa lagi karena hartanya pasti akan habis dipakai keluarganya sendiri. Beruntung semua asuransi dan investasi tidak mudah untuk dicairkan selain tanpa persetujuan si pemilik, Gas, sebagai gantinya untuk keperluan sehari-hari Cindy, saya yang mengurusi tentunya lewat rekening yang dikirimkan oleh Pramono ke saya, setelahnya akan saya kirimkan ke Mbok Asih, ART sekaligus kepercayaan Pramono. Saya sendiri sangat kesulitan bertemu Cindy, ini karena ulah keluarganya sendiri yang seolah selalu menghalangi, tapi pasti banyak jalan menuju Roma, Gas, 3 tahun yang lalu Promono bilang Cindy ingin jadi dokter, akhirnya saya manfaatkan lah adik saya, Gunawan, ayah dari Fathan, untuk menerima Cindy di fakultas kedokteran tempat dimana Cindy belajar sekarang. Jadi kamu nggak perlu heran kenapa Fathan, Gunawan, dan keluarganya sangat open dengan, Cindy," tutup Heri mengakhiri cerita.
Bagas termenung ditempatnya, benang kusut itu sudah bisa terulur rapih sekarang. Pikirinannya sedikit demi sedikit membaik. Tapi ada satu hal yang cukup membebani saat ini bagi Bagas, segala sesuatu yang berkaitan dengan Cindy sekarang ini akan berkaitan dengan Heri juga, itu berarti termasuk hubungan Bagas sendiri dengan Cindy tidak akan jauh dari baying-bayang Heri.
Sepertinya Heri benar-benar bisa menebak jalan pikir Bagas, "So, sekarang bisa kamu jelaskan hubungan kamu dengan Cindy? Jangan bilang kalau laporan Yusuf kemarin soal anak buahnya yang cinta lokasi saat menjalankan tugas itu kamu?" ucap Heri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon
General Fiction./hope that the story isn't over yet, -shubhangi./ Yacindy Pramidhita tidak pernah berharap untuk menjalin hubungan lagi dengan lelaki manapun selepas putus dari Fathan. Hari-hari sebagai seorang mahasiswi kedokteran sudah cukup membuatnya menggila...