[23] Savage

190 34 10
                                    

Cindy cemberut di tempatnya. Ricky kemudian berdiri tepat di hadapan Cindy seraya berkacak pinggang.

"Perasaan kemarin abis nangis-nangisin Bagas, 'katanya kalau hubungan yang baik itu kayak gimana sih? Yang bisa bikin nyaman atau gimana? Kok gue ragu sama Bagas'" ucap Ricky sambil meniru omongan Frisca tempo hari lalu.

Cindy mendelik, "tahu dari mana lo?"

"K E P O, nih," Ricky mengulurkan sebungkus plastik bubur ayam pesanan Bagas.

"Serius dari mana?!" Cindy terus bertanya namun Ricky tak acuh dan malah melanjutkan langkahnya yang berlawanan dengan arah kamar Bagas.

"Kalau Bagas nyariin, bilang aja gue mau cari makan dulu, laper," Ricky pergi, meninggalkan Cindy dengan sejuta tanya. Lah iya juga, kalau gue nggak cinta sama Bagas kenapa bisa-bisanya gue panik begini mikirin dia masih di ICU.

***
Cindy kembali ke kamar Bagas manakala lelaki itu sedang di seka oleh perawat. Ya perawat yang menyeka memang laki-laki, tapi yang membersihkan bed tempat tidur Bagas sekaligus menyemprotkan desinfektan adalah perawat perempuan yang matanya jelalatan melihat Bagas yang tengah telanjang dada.

"Mas, ini perbannya sudah bisa dibuka sekarang karena sudah kering juga, nanti saya ganti perban antiair yang ukurannya lebih kecil ya, buat gantiin perban besar ini," Perawat tadi kemudian melanjutkan tindakan perawatannya setelah disetujui Bagas.

Bagas mengerjap waspada ketika melihat Cindy tengah berdiri di depan pintu yang sudah terbuka sejak tadi. Netra coklatnya menatap nyalang ke perawat perempuan yang tengah mengelap nakas di sisi samping kanan Bagas.

Bagas sadar diri, "sayang masuk sini, jangan di depan pintu gitu,"

"Oh pacarnya ya, Mas?" Perawat laki-laki tadi bertanya seraya melepaskan balutan luka lama Bagas yang membungkus hampir setengah bagian dada dan tulang belakangnya.

"Bukan, pawang saya,"

Cindy melotot, "iya maksudnya pawang hati saya," lanjut Bagas.

Perawat perempuan tadi mendadak latah saat Cindy tiba-tiba meletakkan bungkus bubur ayam Bagas dengan hentakan kasar di nakas yang sedang dibersihkan itu.

"Sowrry," ucap Cindy dengan tatapan sinisnya menatap si perawat perempuan yang di nametag nya bernama Lisna. Lantaran ditatap seperti itu sepersekian detik setelahnya Lisna bergegas cabut dengan dalih harus membersihkan kamar sebelahnya.

Cindy memandangi perawat yang sedang mengganti balutan luka itu dengan ukuran plester lebih kecil. Bagas agak sedikit membungkuk agar posisinya lebih mudah saat dipasangkan dengan plester yang baru. Cindy agaknya sedikit bersyukur karena luka tersebut sudah benar-benar lumayan kering.

Bagas menggenggam tangan Cindy erat manakala perawat tadi mengoleskan alkohol disekitar luka guna desinfektan, "sakit?" tanya Cindy pelan dan Bagas menggangguk.

"Ulu-ulu pacarnya siapa ini yang ditusuk pisau, ditembak pistol sok-sok an gagah giliran dikasih alkohol swab malah manja begini hih?"

Perawat laki-laki yang Cindy ketahui namanya Novan itu, berniat tertawa, "Ketawa aja Mas nggak usah ditahan, emang abdi negara mental baja, nyali siput liat yang beginian," Novan sontak ngakak di tempatnya.

"Sayang!"

"Apa Mas Bagasku, sayang?" Cindy mengerling manja.

"AWH!"

"Nice"

***
"Kok kamu berubah? Tadi perasaan ninggalin aku kayak mau nangis?"

"Udah nggak, aku seneng,"

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang