[Epilog]

452 41 5
                                    

Flashback 16 tahun lalu

“Her, saya tidak mungkin menjebloskan adik saya sendiri ke penjara, tugas saya sebagai kakak itu melindungi,” ungkap Pramono.

Heri semakin pusing, “Tapi saya tidak mungkin juga untuk melanggar perintah komandan, Suh,”

“Her, diantara persahabatan tidak ada yang namanya persaingan. Promosi jabatan ini untukmu, melindungi Pras sudah jadi kewajibanku,”

“Pram tapi nggak begini,”

“Her, kalau saya nggak masuk penjara apa kamu rela saya mati disini?”

“Saya punya jalan keluarnya,” ungkap Heri cepat.

Jalan keluar itulah yang kemudian menjadi pintu masuk Cindy hidup dalam penderitaan, yang membuat Heri pada akhirnya selalu terbayang-bayang akan penyesalan.

***

Chandra Prasetyo muda sangat menikmati kerja keras, dan hasil dari kerja keras itu lah yang dia gunakan uangnya untuk berinvestasi. Investasi yang besar harapan Chandra mampu membuat hidup keluarga kecilnya kala itu bersama Astrid dan baby Aira bisa menjadi lebih baik. Namun sayang, otak dan pikiran Chandra Prasetyo mudah dikelabui, tanpa sepengetahuan Yanuar Pramono—kakaknya sendiri, dengan berani Chandra mengaplikasi saham di perusahaan bodong milik Hanung. Alhasil uang yang jumlahnya milyaran itu tidak bisa kembali, sedangkan disaat yang bersamaan Chandra juga sudah tidak punya apa-apa lagi, tersisa rumah saja.

Chandra yang dipenuhi amarah berujung dengan menyiksa Hanung yang kala itu dia temui secara tidak sengaja tengah menghasut korban lainnya. Heri dan Pramono juga disaat bersamaan sedang mencoba menyelidiki kasus penipuan oleh Hanung tersebut. Namun ternyata kalah cepat dengan aksi Chandra yang lebih dulu berhasil membuat kepala Hanung berlumur darah dan tidak bernyawa.

Sebagai kakak yang baik, Pramono berusaha melindungi adiknya saat itu, Chandra Prasetyo. Berbagai cara dia tempuh salah satunya memalsukan pembunuh dari Hanung dan pergi meninggalkan negaranya sendiri mengingat saat itu Pramono-lah yang menghilangkan jejak tangan Chandra Prasetyo sebagai pembunuh dan digantikan dengan jejak tangannya sendiri. Sebagai sahabat, Heri tidak mau diam saja, oleh karena itu dengan mengikat orang dalam di BIN dan kepolisian melalui koneksi yang dia punya dari ayahnya, kasus pembunuhan Hanung tertutupi dengan rapih.

Malam itu juga beberapa jam setelah kasus pembunuhan tersebut, bersamaan dengan tersisinya waktu yang hanya tinggal 3 jam lagi di hari Cindy ulang tahun, Pramono memboyong istrinya, Risma untuk pergi meninggalkan negaranya. Bukan tanpa maksud, ini sebagai bentuk pencegahan karena mengingat jejak sidik jari di pistol yang dipakai Chandra Prasetyo sudah pasti sidik jari Pramono. Sementara Chandra harus rela tinggal di penjara dengan pasal penganiayaan karena mendapati jejak sidik jari Chandra di kaus yang digunakan Hanung saat itu. Namun itu tidak berlangsung lama, hanya sekitar 1 bulan saja Chandra sudah bisa dibebaskan karena berkat tangan orang dalam Heri, Chandra dijadikan sebagai korban penipuan.

Setelahnya Heri berhasil menduduki promosi jabatan yang semula menjadi bahan persaingan antara dirinya dan Pramono, Namun karena ditengah jalan Pramono berusaha untuk menghindar dan memberikan peluang besar tersebut kepada Heri untuk menyelesaikan misi kasus Hanung tersebut, maka tidak salah jika setelahnya Heri yang hingga saat ini berhasil berdiri di posisi jabatan tertinggi di BIN,

Lantas bagaimana nasib Pramono? Malam itu sungguh menjadi malam terberat di hidup Pramono dan Risma. Acara makan malam sekaligus tiup lilin untuk menyambut ulang tahun ke 4 putrinya, Yacindy Pramidhita secara terpaksa tidak pernah terjadi. Hanya ciuman di dahi sebagai hadiah terakhir yang Cindy terima sebelum ayah dan ibunya kala itu pergi meninggalkan Cindy kecil bertahun-tahun. Dan karena itu, Cindy benci ulang tahun.
Pramono dan Risma diberi waktu satu jam untuk berkemas dan pergi menuju bandara, ke sebuah negara yang dirasa Heri dan ayahnya saat itu aman untuk melarikan diri dari kejaran polisi.

Sebuah negara di barat daya Samudra Pasifik, New Zealand, dipilih oleh Heri, ayahnya dan Pramono sebagai tempat pelarian selain karena negara tersebut dibilang sebagai negara yang paling aman dan agak sedikit tertutup juga karena disaat yang bersamaan ada lowongan untuk anggota intelijen yang bekerja di Kantor Kedutaan Besar Indonesia disana. Tentu saja tanpa pikir panjang, Pramono dan Risma menyetujuinya, namun dengan syarat harus meninggalkan Cindy saat itu.

Cindy bukannya tidak bisa ikut, melainkan Pramono takut ini terlalu berisiko mengingat polisi masih mencari keberadaannya dalam 24 jam pertama pasca pembunuhan Hanung, ya meskipun bukan Pramono si pembunuh namun jejak sidik jari di lokasi kejadian tidak bisa dibohongi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SemicolonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang