Seingat Cindy, malam tadi, dirinya dan Bagas masih asyik bercengkrama di depan TV layar datar terkait persiapan Cindy untuk sidang proposal hingga keluh kesah Cindy selama menjadi mahasiswi kedokteran. Namun sekarang, ketika Cindy membuka mata nampak di depannya hanya ada sebuah gorden besar yang menutupi jendela.
Cindy seketika sadar, pasti ini kerjaan Bagas yang sengaja menggendong Cindy agar bisa tidur nyenyak di atas kasur alih-alih di sofa ruang TV. Bahkan, semua peralatan tulis bekas corat coret tadi malam, setumpuk proposal skripsi Cindy dan pastinya laptop sudah tersusun rapih diatas meja kerja belakang tempat tidur.
Cindy jadi merasa tidak enak hati, daripada terus berlama-lama diatas kasur, Cindy segera beranjak keluar kamar. Tidak lupa untuk membuka gorden dan jendela agar sinar matahari bisa masuk ke ruangan milik Bagas ini.***
Lima belas menit berlalu, Cindy masih diam memandang isi kulkas Bagas yang hanya tersedia 3 buah telur dan 2 bungkus sosis kemasan siap makan. Sedangkan jarum jam sudah menunjukan pukul 8 lewat 10 menit, si pemilik apartemen belum menunjukan batang hidungnya.Hanya ada sebuah sticky note yang menempel di depan kulkas yang menuliskan jika si pemilik sedang olahraga pagi dan akan pulang sekitar jam 9.00.
Apart doang mewah, isi kulkas kok kayak kaum duafa , kilah cindy dalam hati.
Skill memasak Cindy tidak terlalu baik tapi juga tidak terlalu buruk, kebetulan hanya tersedia sosis dan telur, Cindy berniat memasak olahan orak-arik burjo andalannya. Makanan yang selalu Cindy masak ketika di rumah, khususnya saat dirinya sedang benar-benar kelaparan dan tidak ada seorang di rumah sialan itu yang ingin memberikan makan kepada Cindy.
***
Olahraga harga kiasan untuk membohongi Cindy, nyatanya saat ini Bagas sedang apel pagi di halaman kantor Badan Intelijen."Sst, suh, nggak lupa kan, janji dare kita minggu lalu," sahut si sialan Seno yang kebetulan ada di barisan belakang Bagas.
"Malem ini kita nongki! Sekalian kita bahas mau kapan si Bagas suntik vitamin C," ciut Aldi
"Gue absen," sahut Bagas
"Loh? Kan elo suh yang kalah taruhan! Masa absen?!" balas Aldi lagi.
"Bagas belum kalah suh, timing nya aja belum tepat! Bentar lagi bakal dikenalin ke kita-kita, tenang aja! Ya gak, Suh?!" Jahil Ricky seraya menarik turunkan alisnya yang kebetulan berbaris disamping Bagas
"WAH SERIUS LO SUH?!" heboh Seno.
"YANG DISANA BARISAN PELETON REGU 2! SIKAP TOBAT!" suara komandan apel mengagetkan barisan tersebut yang berisi Seno, Bagas, Aldi dan Ricky.
Terlanjur berisik, barisan itu akhirnya terkena semprot dan plus hukuman.
"SIAP, NDAN!" serentak mereka berempat dan beberapa orang lainnya yang ikut menjadi korban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semicolon
Fiksi Umum./hope that the story isn't over yet, -shubhangi./ Yacindy Pramidhita tidak pernah berharap untuk menjalin hubungan lagi dengan lelaki manapun selepas putus dari Fathan. Hari-hari sebagai seorang mahasiswi kedokteran sudah cukup membuatnya menggila...