Alarik menatap tunangan, punggunya bersandar didinding kaca ruangannya. Sekarang sudah malam dan tunangan dalam mode ngambek.
Ara bersedekap dada, tatapannya nyalang kepada Alarik. Siapa suruh cowok itu membalas direct message dari instagram tante Lina, tante tante kesepian yang mencari mangsa.
Alarik menggaruk kepalanya frustasi, "Itu ulah Satya, sayang. Buat apa juga aku bales balesin dm tante tante itu." Alarik merutuki perbuatan laknat Satya, satu harian ia sibuk meeting ia menitipkan ponselnya kepada asisten laknatnya itu.
"Aku ngga percaya! Untuk apa juga Bang Sat bales bales dm kamu. Jangan bohong, jawab jujur!" bukan sekali dua kali hal seperti ini terjadi, dan Alarik berani bersumpah, bukan ia yang melakukan.
"Udah jujur, Ra. Kamu lebih percaya Satya atau aku?" jengah juga lama lama, badannya sudah letih. Ingin pulang, mandi dan rebahan dikasur.
"Kok jadi malah balik nanya aku, kan Kakak yang salah." sungut Ara, wajahnya sudah memerah, melihat foto profil tante Lina yang hanya menggunakan lingerie merah saja sudah membuat darahnya panas.
"Terserah Ra, terserah kamu." pasrah Alarik, ia benar benar capek dan butuh istirahat.
"Kok malah terserah sih!"
"Terus aku harus apa?!" tanpa sadar Alarik sudah menaikkan intonasi suaranya.
Tunangannya diam, Alarik merutuki emosinya yang tidak dapat dikontrol. Cowok itu menghampiri Ara disofa, "Ayo, pulang." lembutnya menggenggam tangan Ara, ia tidak mau memperpanjang masalah.
Ara menurut, sepanjang turun kebawah mereka hanya diam. Ara menatap wajah Alarik, biasa aja, tidak ada ekspresi marah.
"Udah mau balik bos." ujar Satya saat mereka keluar dari lift.
Alarik acuh, terlanjur emosi dengan Satya. Ia tidak mau kelepasan dan membogem wajah cowok itu.
"Cewek lingerie merah, sexy kan bos." ucap Satya tertawa, kemudian cowok itu masuk kedalam lift.
Memilih untuk diam, Alarik kembali melanjutkan jalannya. Masih menggenggam tangan Ara, cowok itu membuka pintu mobil untuk tunangan, perilakunya masih manis seperti biasa. Namun Alarik bungkam, membuat Ara ingin menangis saja dibuatnya.
Ia sadar ia telah salah, kalau bukan Satya yang membalas dm dari tante tante ngeselin itu, pasti Satya tidak tahu kalau ada cewek lingerie merah yang dm tunangannya.
Didalam mobil Alarik hanya diam, tangannya dan tangannya Ara masih bertaut diatas paha cowok itu, ia menyetir satu tangan. Tatapannya lurus kedepan, ia tidak berniat membujuk Ara saat ini, karena ia benar baner letih dan takut terbawa emosi. Kalau Ara masih ngambekpun, ia berniat membujuknya besok.
"Kakak," cicit Ara.
"Kennapaa?" tanya Alarik, jelas sekali cowok itu merasa lelah, nadanya pelan, cowok itu masih menatap lurus jalan.
"Kakak marah?" tanya Ara.
"Ngga," katanya. Ara ingin menangis saja mendengar jawaban singkat Alarik, tidak ada senyum juga dibibir tunangannya itu dari tadi.
"Ara minta maaf, Ara salah."
"Iya, nggapapa. Kakak yang salah, besok besok ngga nitipin hp ke Satya lagi." ujar cowok itu.
"Engga! Ara yang salah, tetep Ara yang salah." Ara melepas tautan tangan mereka dan langsung memeluk Alarik.
"Maafin Ara," suaranya sudah bergetar, gadisnya menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
A PROMISE
Teen Fiction"Dimanapun Kakak berada, Kakak tetep jadiin kamu prioritas pertama, Ra. Tetap disamping Kakak terus ya?" Alarik mendaratkan ciuman dikening tunangan. "Promise?" -Ara. "Sure," °°°°°° "Ngga dapet emaknya, anakny...