22.🍉(GBS)

5.8K 739 447
                                    

Enjoy Lurr🤘


   "Lebih baik di bawa ke Rumah Sakit aja."  Setelah mengamati ruam di tangan Ara, abang ke dua memilih melakukan medical chek up untuk Ara.

   Ini demi kebaikan, jaga jaga.

  Rahang Max mengetat, mata gelapnya menatap tenang lurus kedepan, tapi otaknya berputar dengan segala kerumitan.

    "Mulai besok jangan keluar, tetap di mansion. Kembali seperti dulu, jangan lakukan aktivitas berat apapun." Suara bariton itu membuat Ara merinding, nyatanya asal sang suara dari bibir Max.

   "Ha?" Bingung Ara dengan suara lirih.

  Kembali seperti dulu? Ara sudah sangat bahagia seperti ini, bagaimana dengan kuliah Ara? Jika ia kangen dengan Clarine dan juga Ravela bagaimana? Kepala Ara rasanya dihantam ke ujung tombak yang runcing.

   "Nurut Kaynara." Tubuh menjulang Max merunduk menyamakan tinggi dengan Ara yang duduk di ranjang, "Demi kebaikan kamu, semuanya. Apapun yang kami lakukan demi kamu, little girl. Abang sayang kamu." Punggung tangan Ara menghangat oleh usapan lembut tangan besar Max, keningnya dikecup penuh kasih sayang.

  "Ara ngga mau seperti dulu, begini udah bahagia." Lirih Ara, dirinya terisak pelan.

  "Untuk sementara Sayang." Max memeluk adik kecilnya.

  Mendorong pelan tubuh Max yang memeluknya, Ara langsung berhambur kepelukan Bara yang ada di sisinya.

   "Abangg.. Ngga mau." Ara menangis sejadinya, perlahan tangan Bara mengusap teratur punggung ringkih adik kesayangan.

  "Sstt.. Princess Ara, hey? Kenapa nangis Sayang.. Hm? Ey? Ara.. Dengerin Abang dulu, sstt.. Liat Abang sebentar, sebentar aja." Bara menangkup pipi Ara yang sekarang sudah kembali chubby.

  "Yang dibilang Bang Max benar, semua demi kebaikan kamu Princess. Abang juga ngga setuju sama Bang Max, masa Princess Abang yang cantik ini ngga boleh kemana mana," Bara mengetuk pelan hidung Ara dengan telunjuknya, "Tapi.. Ada aturannya Princess. Yang pertama, harus ada yang menemani kamu. Kedua, tidak boleh keluar disaat cuaca yang panas. Ketiga, jangan pernah tidur lewat dari jam sepuluh, setuju Princess?" Ara mengangguk pelan, setidaknya itu jauh lebih baik.

  "Good girl." Bara memeluk Ara, mendaratkan kecupan di puncak kepala sang adik.

  Baiklah, berita apa besok yang mereka dapat dari Arlon, sejujurnya Bara paling tidak suka bagian ini hadir.

  "Adek butuh istirahat." Ujar Arlon, abang tertuanya sigap menaikan selimut sebatas bahu.

  "Mau sama Abang." Ucap Ara dengan ekspresi memelas.

  "Loh, Kak Luna juga mau tidur sama Abang." Aluna menatap Ara menggoda. Wajah Ara murung, bahunya merosot dengan lesu.

  "Tapi Abang maunya sama Ara, gimana dong." Wajah Ara berseri, ia mengeluarkan senyum gulanya, menatap Aluna dengan mengejek terkesan lucu.

   "Uuu.. Kak Luna kalah." Ayu Sadana menyahuti dari samping Arlon, ibu satu anak itu memilih pro dengan adik iparnya.

  "Masih kalah jauh! Ya ngga Dek?" Kompor Dewi lagi, kedua anaknya dititip ke Niel yang sekarang kerepotan di sofa.

   Ara menggangguk dengan Aluna bersandiwara menjadi lesu.

  "Curang." Bibir Aluna mengerucut kesal, bersedekap dada membuang pandang.

  "Wlee.. Ahahah.." Ara kembali memeluk Bara, cekikikan dalam pelukan abangnya.

-----

    Pukul 11.23 pagi menjelang siang hari,  keluarga Steven dan juga Alarik menunggu hasil medical chek up Ara, yang berlangsung sekitar dua jam yang lalu.

   Telapak tangan Alarik berkeringat basah, ia sangat teramat khawatir. Dalam hati Alarik terus berdoa, apapun itu demi kebaikan Ara, Alarik doakan semuanya.

  "Tuhan, jangan lagi. Sekali ini, aku memohon dengan sangat."

   Hati Alarik resah, ruangah ini seperti dipenuhi kepulan asap hitam yang menyesakkan. Dinginnya setiap sudut ruangan rumah sakit ini seakan menjadi ancaman yang mencekam bagi Alarik.

  Tidak jauh beda, Steven sang super hero Ara sudah menangis. Diusianya yang tidak muda lagi, cukup lelah bagi Steven untuk senam jantung atas kondisi kesehatan putrinya.

  "Princess, Daddy sudah tidak muda lagi. Jadi, teruslah baik-baik saja Sayang."

  Steven memeluk istrinya yang menangis dalam diam, wanitanya ikut terluka dengan semua ini.

   Entah apa yang mereka rasakan, padahal tidak ada tanda tanda Ara yang kesakitan, tapi hati mereka resah bukan kepalang. Tidak ada masalah yang besar dan memusingkan bagi keluarga Fredric, tapi sedikit saja masalah tentang sang putri kesayangan Fredric, semuanya menjadi rumit dan menyesakan.

   Bara menjambak rambutnya brutal, tidak habis pikir dengan semua ini. Aluna sang istri hanya bisa mengusap bahu keras suaminya, ia ikut merasakan resahnya keluarga ini. Satu yang disimpulkan Aluna, bahwa Ara adalah kekuatan dan juga sumber kebahagiaan keluarga ini.

  Pintu ruangan bercat putih itu terbuka, atensi seluruhnya terpaku pada seseorang berjas putih dengan kemeja biru langit di dalamnya. Arlon menarik nafasnya panjang, membuat semua orang menaruh perasaan buruk.

  "Bagaimana Arlon, baik baik saja bukan?" Max bertanya, nadanya cemas sekali, ketaran dari matanya yang mengkilap menaruh harapan besar.

  "Guillain-Barre Syndrome."

  "Apa itu? Tidak berbahaya bukan?" Mata Max berembun, jantungnya berpacu dua kali lebih cepat.

  "Guillain-Barre Syndrome atau GBS adalah penyakit autoimun yang langka, yaitu sistem imun yang menyerang sebagian sistem saraf periferal. Kondisi ini mungkin membuat kerusakan saraf yang mengakibatkan kelumpuhan atau kelemahan otot."

   "Bisa disembuhkan kan Bang?" Alarik bertanya lirih, jantung terhimpit ribuan ron batu.

  "Kita hampir terlambat." Akhirnya lapisan kaca dimata Arlon pecah seketika.

   Hingga akhirnya semua menangis terluka, kenapa harus terulang kembali. Ini tidak adil, kenapa kebahagiaan mereka dipermainkan. Tuhan tolong, mereka ingin terus bersama Kaynara mereka dalam keadaan sehat.

🍉🍉🍉

Holaa..

Pakabar kalyan🙌

Sehat sehat terus yaw!

Mau Ara sakit?

Atau..

Sehat?

Next sayangkuhh?

Spam "🐖💨" Dong

See u Dear<3

A PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang