07. 🍉Makan Malam

7.4K 941 128
                                    

Yang rebahan masih aman?
Yang halu yang halu? Bangun nak kita orang susah ayo kerja😂
Yang hidupnya gitu gitu aja? Yok ikut tim ngepet Autor.

Oke skip skip.

Enjoyy🍉🍉

Makan malam di restoran bintang lima, family time bahasa kerennya, segaja Bara mengumpulkan keluarga untuk menikmati waktu bersama keluarga, jarang juga hal seperti ini bisa terjadi.

"Aku mau nikah." ujar Bara.

"Hah?!" semua orang dibuat terkejut, kabar pacaran saja tidak ada tiba tiba minta nikah.

"Gimana gimana? Yang sama yang bule itu Bang?" tanya Niel.

Bara merotasikan matanya, dari mana Niel mendapat gosip itu, padahal tidak ada satu pun wanita yang ia dekati di Rusia.

"Bicara yang jelas, nikah bukan soal yang mudah." Max angkat bicara, disebelahnya istrinya sibuk menyuapi kedua putranya.

"Semua keputusan yang aku buat udah aku pikirin matang matang." ujar Bara, semua orang masih bingung dan penasaran, beda dengan Dewi yang tampak biasa aja, kakak ipar tertuanya ia itu teman curhat yang baik, tentu dengan solusi yang baik juga.

"Siapa calonnya?" tanya Jhon.

"Aluna, namanya Aluna, sekarang dia tinggal di Korea, model disana. Papa mamanya orang Bandung, setelah menikah nanti Bara akan bawa dia ke Rusia." terang Bara.

"Kenapa mendadak?" tanya Arlon, dipangkuannya ada putri nya, Dayana Ceola Fredric.

"Engga mendadak, kita pacaran udah 3 tahun, maaf selama ini aku diam." jawab Bara.

"Ldr gitu?" timpal Niel, lantas Bara mengangguk.

"Kuat banget Bang, bagi tips dong." tuh kan! Niel kalau bertanya tidak tahu saat yang tepat, semua orang menatap ia garang.

"Lanjut lanjut." ujar Niel, kali ini ia akan bungkam saja, daripada bicara selalu salah.

"Semua keputusan Mommy dan Daddy serahkan sama kamu, tapi Mommy mau ketemu terlebih dahulu sama calon menantu Mommy sebelum pernikahan, bagaimanapun ceritanya Mommy harus mengenal Aluna." Steven mengangguk setuju, paling tidak pertemuan antara mama dan papa Aluna, mereka tidak boleh lepas tangan begitu saja.

"Minggu ini Aluna balik dari Korea, dan kita akan melakukan pertemuan keluarga di Bandung, rumahnya Aluna." ujar Bara, mereka semua mengangguk paham.

"Nikahnya mau kapan?" tanya Ayu, istri Arlon.

"Bulan depan Kak." jawab Bara,

"Ngga kecepetan Bang?" tanya Ayu lagi.

"Semuanya udah aku rencanain Kak, untuk soal acara pernikahan aku udah serahin ke Kak Dewi." jelas Bara, kali ini ia harus banyak bicara.

"Kenapa istri Abang? Buat acara pernikahan itu tidak gampang Bara, bagaimana bisa Kakak kamu mengatur semuanya." jelas nada tidak suka dari Max, bagaimana bisa Bara berbicara segampang itu, ia tidak mau istrinya kelelahan, apalagi Dewi sedang repot repotnya mengurus dua jagoannya, kadang tidur dan waktu istirahat Dewi habis terkuras mengurus putra keduanya Jeon Eldani Fredric yang sedang rewel rewelnya.

"Nggapapa Mas, aku yang minta juga." sela Dewi, ia menyuap anak pertamanya yang susah makan seperti aunty- nya Ara, Elgajio Matthew, bocah 3 tahun yang sifat dinginnya tertanam sejak dini.

"Tapikan-"

"Nggapapa Mas." sela Dewi, tangannya mengusap lengan sang suami, dipangkuannya Jeon tidur nyenyak.

"Persiapan acara pernikahan sudah 75 persen, Kakak tinggal minta kontrak kerja pihak dekorasi dan selesai.-" Dewi menatap Bara, adik iparnya itu tersenyum kemudian mengangguk.

"-Untuk tempat pestanya aku buat out door, sengaja supaya lebih fresh dan ngga ngebosenin, di hutan pinus, lokasinya strategis, selain dekat dengan jalan raya juga tempat estetik, ada aksen pantai soalnya, so everything will be fine." jelas Dewi, suaminya tersenyum simpul, juga mereka menatap senang.

Perbincangan tentang pernikahan Bara terus berlanjut, Niel tidak mau ambil pusing, hanya orang orang dewasa yang suka memarahinya yang ikut andil, dari pada jenuh dengan obrolan mereka, Niel bergeser menduduki kursi sebelah Dewi yang kosong bekas Ara duduk, yang punya kursi sedang mojok dengan sang tunangan.

"Abang jangan diganggu, udah bobo." Dewi mengintruksi Niel agar tidak menoel noel pipi Jeon.

"Gemes Kak." Niel terus melanjutkan aksinya, keponakannya yang satu ini sangat menggemaskan, pipi gembul, badan kuntet, mata sipit.

"Baru bobo Jeonnya, entar rewel, jangan ya?" Dewi harap harap cemas, 3 tahun menikah dengan Max sudah paham tabiat adik iparnya yang satu ini.

"Terakhir Kak."

"Oeekk... Oeekkk..." tuh kan bangun, Niel menggigit pipi Jeon hingga bocah itu menangis kejer.

"Usil banget sih!" Violetta melirik sinis, sang pelaku cengegesan.

"Ssstt... Sini Daddy gendong." Max mengambil alih Jeon, menepuk nepuk bokong putranya.

"Jagoan ngga boleh nangis, sstt.. Anak Daddy ngga boleh cengeng." bujuk Max.

Setelah acara makan malam selesai mereka pulang ke mansion, beda lagi dengan Ara dan Alarik yang harus menginap di rumah eyang Rahma, eyang Alarik, wanita paruh baya itu tidak enak badan kata pengasuh eyang Rahma.

Disini mereka sekarang, setelah memastikan eyang Rahma minum obat dan tidur, Ara dan Alarik duduk di gazebo halaman samping rumah eyang Rahma.

Hamparan bintang terpapar jelas, eyang Rahma pecinta bunga Lavender, banyak bungan Lavender di sudut sudut halaman, juga beberapa pohon bunga matahari.

"Eyang diajak ke rumah Mama Sekar engga mau, Ara sebenernya khawatir ngga keluarga yang jaga Eyang." ujar Ara, ia duduk setengah menyender ke samping di tubuh Alarik.

"Eyang emang gitu, takut repotin anaknya katanya, udah lama Mama ngajak Eyang tinggal bareng, tapi ya gitu, ditolak terus." Alarik merangkul bahu Ara, jika saya ia sudah menikah dengan Ara, ia akan membawa Eyang Rahma ikut bersama mereka.

"Kak?" panggil Ara.

"Hmm?" dehem Alarik.

"Kalau aja dulu Ara beneran meninggal, Kakak gimana?" tanya Ara, tiba tiba ingatanya melintas kepada kejadian dulu.

"Ngga tau lagi gimana, jujur aja Kakak sampe sekarang masih takut kamu ninggalin Kakak, maybe some people think it's excessive, but for sure you are my heartbeat." ujar Alarik tulus, satu kecupan mendarat di kepala Ara.

"Sejak kapan?" tanya Ara.

"Entah." jawab Alarik, menarik tubuh Ara agar lebih masuk ke dalam pelukannnya, "-Perasaan aku ke kamu itu terlalu alami Ra, sampe aku ngga tau kapan harus berhenti mikirin kamu, as if you filled my heart and mind." ujar Alarik, tunangannya itu mendongak, Alarik menyatukan kening mereka.

"You're my mine, beautiful girl." sekilas Alarik mencium bibir ranum Ara, tunangannya itu mengerjab terkejut, mengerjab beberapa kali membuat Alarik terkekeh.

"Udah malem, ayo bobo." Alarik menggandeng tangan Ara masuk ke dalam rumah eyang Rahma.


🍉

Holaa..

Ngga mau banyak, cukup komen yang banyak Author makin semangat ngetiknya.

Not only comment next, ngga balance aja gitu sama Author yang ngetik banyak🤗

Oke?

Next?

See u dear<3

A PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang