spill lagi apa kalian pas dapet notif ini.
Jangan lupa sesajen ⭐✉️
"AAA.. AYAM GORENG ARA GOSONGG!!!"
Setelah teringat akan ayam gorengnya, Ara langsung terbirit-birit ke dapur. Sampai di dapur, Ara menatap sedih ayam gorengnya yang hitam.
"Maaf ya ayam.. kamu jadi gosong." Ara mematikan kompor dengan lesu, bibirnya melengkung sedih.
Ini perdana Ara menjadi istri, parahnya lagi hari pertamanya ia sudah gagal menjalankan tugas wajibnya. Setelah membuang ayam gosong tersebut ke dalam tong sampah, dirinya masih meratapi nasib si ayam gosong.
"Gagal deh masak ayam goreng, padahal tadi malam Kak Arik katanya pengen makan ayam goreng." Monolog Ara, teringat keinginan sang suami tadi malam. Selain memang karena Ara ingin masak ayam goreng, juga itu karena keinginan Alarik tadi malam.
"Ayam di kulkas udah habis, gimana ini." Ujarnya lesu, Ara berjalan ke wastafel guna mencuci wajannya.
"Aha! Ara tau." Seketika bagai ada bola lampu di atas kepala Ara, ide cemerlang melintas di otaknya.
Cepat cepat Ara mencuci wajan, lalu di taruh kembali di atas kompor. Ara berjalan ke arah kabinet dapur, mengambil tiga butir telur ayam.
"Telur kan berasal dari ayam." Ujarnya semangat, benar benar seolah menemukan pengganti yang tepat si ayam gosong.
Perlahan Ara memecahkan telur telur tersebut ke dalam mangkuk, mengocok telur dan diberi bahan-bahan pelengkap. Setelah selesai, Ara kembali ke wajan dan mulai memanaskan minyak makan. Dikira sudah panas, Ara memasukan telur dengan hati hati.
Menunggu beberapa saat, pada dasarnya Ara memang masih amatir soal masak memasak. Membalik telur dadar ternyata tidak semudah yang dibayangkan Ara, selain hati hati tingkat kematangan telur juga harus di perhatikan.
Ara yang amatir tidak teliti, membalik telur dadar yang belum matang dibagian bawahnya sehingga telur tersebut rusak.
"Hufftt.. kenapa susah ini.." total wajah Ara sedih, lagi lagi perasaan gagal hinggap di hatinya.
Hanya membuat telur dadar, itu pun tidak bisa, Ara gagal lagi.
Tidak menyerah sampai disitu saja, Ara terus berusaha. Sayangnya, semakin Ara berusaha membalik telur ayam tersebut maka semakin hancur pula.
"Mommy.." sedih Ara, seketika ia menjadi teringat ibunya.
"Susah.." keluhnya.
Akhirnya acara masak memasak itu berhenti, Ara mengangkat telur dadar yang rusak itu ke piring lalu si sajikan di meja makan ikut dengan rebusan bayam yang ia masak tadi.
Bertepatan denga itu, Alarik datang dengan baju kaos putih dan celana training juga handuk kecil menggantung di lehernya. Agaknya Alarik baru saja joging, Alarik menghampiri istrinya yang terlihat murung.
"Wah.. masak apa ini." Alarik mengendus-endus aroma masakan Ara, tingkah Alarik yang seperti itu malah membuat Ara semakin sedih.
"Telur dadar dan rebus bayam." Jawab Ara tak bersemangat, lantas suaminya mengangguk.
"Hm.. kayaknya enak, sebentar Kakak mandi dulu. Nggak sabar nyoba masakan istriku ini." Setelah mengucapkan itu Alarik langsung lari ke atas, seakan ucapannya tadi benar adanya.
Kurang dari lima belas menit Alarik sudah turun dengan tampilan yang lebih segar, pria itu menarik kursi meja makan, menatap penuh minat masakan di depannya. Alarik beralih menatap istrinya, wajah Ara masih murung.
KAMU SEDANG MEMBACA
A PROMISE
Teen Fiction"Dimanapun Kakak berada, Kakak tetep jadiin kamu prioritas pertama, Ra. Tetap disamping Kakak terus ya?" Alarik mendaratkan ciuman dikening tunangan. "Promise?" -Ara. "Sure," °°°°°° "Ngga dapet emaknya, anakny...