09. 🍉Binal

7.8K 882 89
                                    

Malemmm gengs!
Rindu kalyan aku tuu...
Malem malem dapet notif
A Promise rasanya?
Yang rebahan masih rebahan?
Posisi wuenak kalian sekarang lagi apa ni?

Terakhir update abad keberapa sih?😅

Langsung ajalah

Enjoyy lurr

🍉🍉🍉

Setelah tragedi sakit perut, Alarik langsung membawa Ara pulang, tidak lupa bertamu terlebih dahulu ke apotek terdekat.

Sebelumnya sudah meminta izin kepada Violetta, hingga Ara menetap di apartemen Alarik sampai besok, jelas saja Alarik tidak akan tidur nyenyak setelah ini.

Lihat saja!

"Minum cepet!" Ara mengeleng.

"Ck, minum ngga? Kakak marah ni ya." Akhirnya setelah diancam, Ara mengangguk, segera Alarik menyodorkan sesajen Ara, segelas air putih juga 3 butir obat yang sudah dihaluskan di dalam sendok makan, sebelumnya sudah di larutkan dengan air putih.

"Pait." Keluh Ara setelah melahap obatnya.

"Siapa bilang asem!" Alarik mendorong pelan tubuh Ara agar berbaring di ranjang, lalu menyelimuti sebatas bahu.

Setelah memastikan bocah piyik itu anteng sambil menonton televisi, Alarik mengambil bagian duduk disamping Ara dengan punggung menyandar sepenuhnya di kepala ranjang.

Email email bermasukan setelah Alarik membuka ponselnya, memang perusahaannya berkembang sangat pesat, syukurlah usahanya tidak sia sia selama ini.

Selesai membaca juga membalas beberapa email, Alarik meletakan ponselnya disamping nakas, disisi ranjang sebelah Ara, ditatapnya yang tunangan, anteng tanpa ada beban, lebih baik begitu ketimbang meringis sakit seperti tadi.

Satu kecupan di pucuk kepala Ara, entah apa artinya, perlakuan tiba tiba itu terjadi begitu saja, Ara juga hanya menatap Alarik sekilas.

Alarik bergabung masuk ke dalam selimut, tangannya sebelah dijadikan bantalan di kepala, ikut menyimak film yang Ara tonton.

"Mas jangan usir aku, aku ngga punya tempat tinggal Mas, gimana dengan kandungan aku Mas, hiks...." Alarik memutar bola matanya jengah melihat adegan istri yang tengah mengandung diusir suaminya saat hujan hujan di film itu.

"Bukan urusan aku! Pergi kamu, virna itu jauh lebih cantik dan berpendidikan daripada kamu!" Dengan tega sang suami mendorong istrinya yang tengah hamil di hujan.

Pemeran istri di film itu berjalan di derasnya hujan sambil menangis dan berdoa kepada Tuhan agar suaminya diberi hidayah, Alarik semakin jengah saja dibuatnya.

"Yaallah... Berikanlah hidayah kepada suami hamba, hiks.. Hiks...."

"Kumenangiss.. Membayangkan..~~" Refleks Ara bernyanyi mengikuti soundtrack film itu, dengan penghayatan penuh, sangat mendalami.

Alarik menahan tawanya, ekspresi Ara sunggu luar biasa mengundang tawanya, sebisa mungkin Alarik menutup rapat bibirnya, jangan sampai tawanya pecah.

"Apasih Ra, ganti filmnya! Nangis mulu perasaan istrinya." Ujar Alarik pura pura sewot, bukan apa apa jika Ara dipertontonkan film seperti itu, bisa bisa ia akan meniru adegan di film jika berantem dengan Alarik.

A PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang