I'm back guys!
Don't forget
Tap star, comment and share this story
Ada yang kangen author kah?
Gk ada ya, oke bye!Selamat membaca bund:v
ENJOY🍉🍉🍉
S
iang ini panas betul, Ara dan Alarik dalam perjalanan ke butik Violetta. Sehabis dari kantor mereka berdua langsung berangkat menuju butik Violetta yang berada di perempatan jalan, depanan dengan cafe milik Niel dan kawan kawan yang baru saja buka dua minggu lewat.
Ngomong ngomong soal Niel, Abang Ara yang satu itu sedang mengejar salah satu mahasiswi satu kampus mereka, kalau Ara tidak silap namanya Nauva Siagian. Doa kan saja semoga babang Niel sukses dalam tandernya memenangkan saham terbesar di hati si Nauva itu.
Alarik membelok setir mobilnya, memasuki area khusus parkir di kafe Niel. Kata Ara setelah mengukur baju ingin nongkrong disana, pasti gratis hehe..
Baru masuk ke dalam butik Violetta, dua bocah laki laki menyambut Ara. Jeon dan Elgajio, kedua anak Max itu meronta ingin di gendong Ara.
"Mumumu..." Jeon bergerak rusuh digendongan daddy-nya, Ara dibuat gemas langsung berlari menghampiri.
"Mumumu apasih Jeje." Kekeh Ara menoel Niel pipi Jeon, anak itu semakin meronta digendong daddy-nya.
"Kak Dew mana Bang?" Tanya Ara mengambil alih Jeon.
"Ukur baju tuh, kamu gimana kabarnya?" Tanya Max mengusap rambut belakang Ara.
"Adek baik baik aja kok." Jawab Ara.
"Oti, ayo nongki di kafe Papa Niel." El menarik tali tas Ara, anak Max yang satu ini sangat gaul, efek sering ikut Violetta kemana mana memang berdampak sangat besar. El yang cuek entah mengapa bisa sangat lengket dan kompak jika bersama Violetta, apalagi jika diajak hangout atau Sagala jenis menghambur hamburkan uang, makan El dan Violetta juaranya.
"Bentar ya El, kita ukur baju dulu baru nongkrong bareng Uncle Arik." Tutur Ara lembut, melempar senyum manis kepada El.
"Mas, giliran kamu. Bang El ayo sekalian sama Daddy." Ajak Dewi, dirinya baru saja selesai mengukur, ia langsung mengendong El yang hendak kabur. Katanya males karena tante tante yang ukur bajunya genit suka cium cium, padahal pekerja Violetta hanya gemas semata.
"Adek Jeon titip sama Oti dulu ya.." Ujar Dewi. "Oke Mommy, jangan lama lama ya.." Balas Ara menirukan suara anak kecil.
"Lama ngga sih?" Alarik datang menghampiri Ara, ia sempat kembali ke mobil karena ponselnya yang ketinggalan. Alarik mengelitiki leher Jeon hingga membuat bocah gembut nan kuntet itu tertawa.
"Mungkin deh, emang kenapa? Kakak ada urusan?" Tanya Ara, dijawab gelengan oleh Alarik.
"Nunggu di kafe Niel aja yok." Ajak Alarik, ia mengambil alih Jeon dari gendongan Ara, "Berat bener ni bocah, Kak Dewi apa ngga encok gendongin dia." Gumam Alarik menepuk nepuk pantat Jeon.
Ara hanya senyum menanggapi, ia membenarkan tatanan bajunya. Baru ingin pergi, teriakan El melengking. "Otiii.. Ikut!" Teriaknya sambil berlari.
"Lho, emang udah siap?" Tanya Ara, bocah itu mengangguk mantap.
"El kan sering dibuatin baju sama Uma, jadi ngga perlu ukur lagi." Katanya, Ara hanya mengangguk saja, mengambil tangan mungil El untuk di genggam.
Setelah menyebrangi jalan, mereka masuk ke kafe Niel. Bunyi lonceng kafe saat pintu dibuka membuat empat laki laki yang menyebut dirinya tampan itu langsung menyambut pelanggan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
A PROMISE
Teen Fiction"Dimanapun Kakak berada, Kakak tetep jadiin kamu prioritas pertama, Ra. Tetap disamping Kakak terus ya?" Alarik mendaratkan ciuman dikening tunangan. "Promise?" -Ara. "Sure," °°°°°° "Ngga dapet emaknya, anakny...