18. 🍉Kafe Kacopaskauka 2

5.5K 729 98
                                    

  
Hii🐣
Pas baca ini kalian lagi apa hayo..
Maap untuk kesekian kalinya lama up
Sebelum baca ritual dulu, vote and comment

Ramein plissss..
Satu komen dari kalian besar dampaknya

Oke oke, saya yakin kalian eneg baca bacotan Author🙊

Sok langsung aja🦄

ENJOY🌝

🍉🍉🍉

Pukul 06.12, diluar hujan. Tidak deras, tapi sangat mendukung untuk menghabiskan waktu berbaring di tempat tidur. Ara sudah bangun terlebih dahulu, dipegangnya sesuatu yang basah di keningnya. Ada handuk? Ia menoleh ke samping, wajah lelap Alarik terpampang jelas, duh tidur aja ganteng banget. Bikin Ara pusing.

  Mata Ara fokus pada mulut Alarik yang sedikit terbuka, apakah dirinya kembali demam tadi malam?

   "Kak Arik, bangun."

   Perut Ara terasa berat, tangan Alarik melingkar dengan sempurna. Rambut Alarik yang mulai panjang itu berantakan, duh kok main ganteng aja sih!

  "Kakak.. Ini sudah pagi."

  Masih tidak ada pergerakan dari tunangannya, kalau begini Ara harus melakukan cara kasar.

   "Satu cup, dua cup, tiga cup." Ara mengecup satu persatu kedua mata Alarik dan terakhir dagunya.

  "Mmm.. Sayang.."

  "Ayo bangun Kak, hihi.." Ara mengetuk ngetuk bibir merah milik Alarik, jelas saja sang empunya bibir terganggu.

  "Kakak masih ngantuk Dek." Alarik mengeratkan pelukannya pada Ara, kakinya ia naikan ke tubuh tunangannya. Menjadikan Ara guling dan menyelusupkan wajahnya kedalam perpotongan leher Ara.

  "Bukannya kuliah hari ini?" Tangan Ara mengusap lembut rambut yang mulai panjang itu. Alarik menggeleng, Ara juga maklum, pasti Alarik letih semalaman mengurus dirinya.

   "Rambut Kakak mulai panjang, nanti pangkas ya? Biar rapih." Jari mungil itu menyisir rambut hitam Alarik, membuat tunangannya semakin nyaman.

  "Mmm.."

  "Kak lepas dulu ya?." Ara mencoba melepas pelukan Alarik. Namun gagal, ia kalah tenaga.

  "Kita delivery." Gumam Alarik, mencegah Ara agar tidak beranjak. Suara serak Alarik terdengar, jelas sekali cowok itu masih betah dengan posisi seperti ini.

   "Yaudah. Tapi lepas dulu, Ara mau mandi."

  Alarik menyerengit, bukankah masih sangat pagi? Hujan pula. Alarik menggeleng, semakin memeluk Ara erat. Sumpah! Ara enggap.

  "Hujan, mending gini." Alarik mengigit leher Ara, agar gadis itu tidak lagi protes.

  "Tapi Kak. Ah-astagahh.. Jangan digigit Kak!" Ara menepuk pelan lengan Alarik, dua gigitan. Ara yakin lehernya sudah memiliki  barcode  pagi ini.

   "Sebentar, Ra. Gini dulu, Kakak nyaman."

  Ara dapat merasakan dengkuran teratur Alarik, cowok itu pasti mencoba kembali tidur. Ara membiarkan, sesungguhnya ia enggap dengan posisi seperti ini, terlebih pergerakannya terkunci.

  10 menit.

  15 menit.

  20 menit.

  "Kak.. Ara mau keluar.."

A PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang