06. 🍉Bara

7.9K 960 180
                                    


Malem malem dapet notif A Promise
Rasanya?
Yang rebahan gimana kabarnya?
Ayo gerak! Rebahan mulu, baek baek tu punggung lumutan:v
150 komen aku doble up!
Tapi komen di setiap paragraf ya sayang🤗

Enjoy🍉🍉

Pukul delapan malam Ara bersiap, dress hitam selutut dipadukan sneakers putih, gadis itu bersemangat menjemput Bara ke bandara.

Diperjalanan menuju bandara Ara mengoceh rindu kepada Bara, pengemudi yang tidak lain adalah Niel dibuat jenuh, cowok itu berkali kali berdecak bosan dengan topik pembicaraan Ara.

Niel memperbesar volume musik, membuat Ara melotot garang, gadis itu sedang bicara dan dengan tidak sopannya Niel membesarkan volume musik.

"Abang pekak!!" teriak Ara mematikan radio.

"Ya salah siapa brisik! Abang juga pekak!"

Ara diam, ia malas berdebat dengan Niel, tidak mau merusak mood-nya yang ingin bertemu Bara, gadis itu membuka ponselnya, menyuruh Bara bersabar menunggu mereka yang sedang dalam perjalanan.

Sampai di bandara Ara turun sendiri, katanya Niel malas dan ingin menunggu di luar saja.

"Abang!" pekik Ara, gadis itu berlari dan menerjang tubuh atletis abangnya, hampir saja terhuyung kebelakang jika Bara tidak cepat tanggap.

"Slowly, dear." peringat Bara menurunkan Ara dari gendongannya.

"Kangenn.." Ara menggerutu manja, tubuhnya langsung bergelayun manja di lengan Bara.

Bara hanya terkekeh, sudah menduga reaksi Ara. Mereka berjalan ke mobil, mengetuk pintu berkali kali, ternyata Niel tidur didalam.

"Abang! Buka pintunya, kok malah tidur sih, ngga takut habis nafas?" Ara mengetuk ngetuk kaca mobil, Niel kalau tidur seperti sedang mendalami peran sebagai mayat.

Bara menelpon Niel, cowok itu terbangun karena getaran ponselnya, untuk saja bangun tidak seperti biasanya.

Dalam perjalan pulang Niel dicuekin, menjadi supir abang beradik yang duduk di kursi penumpang.

"Mau makan dulu ngga?" tawar Niel, tepat saat mobil mereka melewati restoran.

"Boleh." jawab Bara.

Niel memutar setir mobilnya memasuki perkiran restoran, mereka memesan makanan dengan porsi besar karena Niel belum makan dari siang katanya.

"Abang suap?" tawar Bara dan dengan cepat mengangguk, hal itu tidak luput dari penglihatan Niel, membuat cowok itu mencibir Ara.

"Kata udah dewasa, idih apaan." Niel menyeruput minumannya, matanya merotasi melihat Ara yang disuap Bara.

"Biarlah! Kan jarang jarang juga, Adek mah ada yang nyuapin ngga kayak Abang." lidah Ara meret kepada Niel, cowok itu mengarahkan garpunya di depan wajah Ara.

"Abaangg.. Bang Niel itu." Ara merengek kepada Bara, ia berdiri memeluk leher abangnya itu.

"Kalian pasti sering berantem ni kan kalau di rumah." Bara membawa Ara agar duduk di pangkuannya, sontak perhatian pengunjung restoran menatap mereka, dengan cuek Bara mencium pipi Ara gemas, membiarkan orang orang berasumsi macam macam.

"Ngga juga sih."

"Ngga juga sih."

Niel dan Ara berkata kompak, memang begitu kenyataannya, Niel menjadi abang yang banyak mengalah kepada Ara semenjak kedua abangnya menikah dan Bara keluar negeri.

A PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang