Kehidupan Ara dan Alarik semenjak menikah semakin berwarna, hari-hari mereka dipenuhi kebersamaan yang harmonis. Keduanya saling mengisi, melengkapi, dan saling mengerti satu sama lain. Meskipun, dalam kehidupan tidak ada yang sempurna, begitu juga Alarik yang mencoba mendekati sempurna untuk istrinya.
Seperti pagi ini, sepasang suami istri itu sudah siap dengan pakaian santai dengan masing masing di antara mereka memakai celana training senada.
"Udah Sayang?" Alarik mengulurkan tangannya kepada istrinya yang sedang mengikat sepatu.
Pagi ini mereka akan jalan pagi keliling komplek mereka, kebetulan komplekan ini memiliki taman yang juga biasanya di pakai untuk jalan jalan pagi atau sekedar mencari sarapan.
"Udah, ayo Kak!"
Keduanya mulai jalan kaki menuju taman, kehidupan keduanya setelah menikah benar benar terbilang cukup mandiri untuk ukuran Ara yang diketahui sangat manja di keluarga Fredric.
Dirumah mereka yang baru ini tidak ada supir, maid yang tinggal menetap, bahkan Ara tidak mengizinkan Alarik memanggil maid untuk mencuci pakaian mereka. Bisa terhitung sebulan hanya empat sampai lima kali maid akan datang ke rumah mereka, itu pun atas dasar paksaan dari Alarik.
Mereka sudah sampai di taman. Tukang bubur, anak-anak, keluarga harmonis, pemandangan biasa yang ditemui ketika mengunjungi taman.
Ara dan Alarik berencana akan sarapan bubur setelah melakukan olahraga. Sebelum memulai jongging, keduanya melakukan pemanasan agar otot otot tubuh agar menghindari terjadinya risiko cedera. Otot tubuh dalam kondisi normal biasanya masih kaku dan dingin, maka disarankan sebelum melakukan olahraga berat terlebih dahulu melakukan pemanasan.
Setelah melakukan pemanasan, Ara dan Alarik mulai berlari kecil mengelilingi taman. Pagi hari memang paling cocok untuk berolahraga raga, apalagi di ruang terbuka dapat langsung merasa udara di pagi hari.
Putaran pertama berhasil mereka lalu bersama. Pada putaran kedua, kaki Ara mulai melemah mengayunkan tungkainya, padahal mereka terbilang berlari santai. Pagi ini matahari belum sepenuhnya keluar, namun rasanya tubuh Ara seakan kehabisan energi. Perlahan kaki Ara terasa seperti jely hingga tidak dapat menahan bobot tubuhnya dan terjatuh.
"Ra?! Sayang, kamu kenapa hey?" Alari terkejut, jantungnya bekerja lebih cepat hanya melihat wajah pucat istri kesayangnya.
"Hah-khaak.. capek" lemas Ara, matanya sayu sangat berat untuk terus terbuka.
"Jangan tidur, liat Kakak terus okey? Dengar suara Kakak kan Sayang?" Alarik meracau, menjaga kesadaran istrinya sambil mengetik dengan cepat di ponselnya.
"Sayang? hey? Kaynara." Alarik menepuk-nepuk pelan pipi istrinya. Namun nihil, mata istrinya tertutup perlahan.
.....
Ruang UGD Fredric Hospital ramai halu lalang perawat yang keluar masuk ruangan tersebut. Di depan UGD keluarga besar Fredric sudah berkumpul dengan perasaan yang berkecamuk, berada di rumah sakit merupakan dejavu bagi mereka. Violetta sendari tadi sudah menangis di pelukan suaminya, sedangkan Max berdiri dengan cemas sambil menggendong Jeon.
"Adek.." lirih Niel pelan, airmatanya sudah menggenang. Niel trauma dengan tampat ini, keadaan dimana adiknya dibawa ke rumah sakit bukan berarti kabar yang baik-baik saja.
"Adek kita Bang." Kata Niel kepada Bara yang sendari tadi sudah meremat jari-jarinya.
"I'ts okay, Ara nggapapa." Bara mencoba menenangkan, padahal ia sendiri cemas setengah mati.
Setelah menunggu detik demi detik yang terasa begitu lambat, akhirnya ruang UGD terbuka menampilkan Arlon dengan raut wajah yang sulit di mengerti. Wajah tampan dokter andalan Fredric Hospital itu tampak hilang arah dan tujuan hidup.
"Dia datang." kata Arlon dengan ambigu.
"Arlon.." panggil Max, menuntut kalimat lanjutan dari sang adik.
"Katakan! APA?! KATAKAN PADA KAMI ARLON!!!" teriak Max tidah tahan dengan sikap Arlon yang hanya diam.
"Bang, kenapa? Adek Niel baik-baik aja kan?" tanya Niel, airmatanya kini sudah berlomba-lomba jatuh membasahi pipinya.
"Arlon.." suara lemah Steven menyentak Arlon dari kekosongan hidupnya, perlahan ia menatap satu persatu keluarganya.
"Dia sudah datang, lupus Kronis." Jawab Arlon, seketika mereka yang mendengar merasakan pasokan udara menghilang.
"Dan.. sudah merusak organ tubuh Ara." Lanjut Arlon lagi.
-------
HOLAA PAUWERSHow are you guys?
Masih ada yang berharap cerita ini lanjut ngga sih?
Atauuu.. udah di hapus dari library?
I'm Sorry udah buat kalian menunggu.
So, Pau akan berusaha untuk ngelanjut cerita ini lagi.
See u dear <3
KAMU SEDANG MEMBACA
A PROMISE
Teen Fiction"Dimanapun Kakak berada, Kakak tetep jadiin kamu prioritas pertama, Ra. Tetap disamping Kakak terus ya?" Alarik mendaratkan ciuman dikening tunangan. "Promise?" -Ara. "Sure," °°°°°° "Ngga dapet emaknya, anakny...