Huhu..
Maaf ya lama update
Sabar sabar deh kalian ngedepin author kalian yang satu ini.
Masih ditungguin ga?
Kangen ga?
Kangen sama siapa sih?Oke bacot!
Jam berapa kalian baca A Promise?
Komen yang buanyak!
Langsung ajaa..ENJOY🦄
🍉
"Sstt.. Udah sayang." Alarik mengusap lembut airmata di pipi Ara.
Pulang dari pemakaman Rian, keduanya ke apartemen Alarik. Di mansion sangat ramai, sanak saudara juga anggota gereja belum pulang dan akan memberi kata penghiburan. Ara kembali demam dan butuh istirahat, Alarik rasa jika di apartemen akan lebih tenang.
"Papa Ara..." Bulir airmata itu sepertinya tidak akan ada habisnya keluar, begitu juga Alarik yang tidak ada letihnya mengusap agar hilang.
"Kakak.." Mata berair itu menatap Alarik penuh kesedihan.
"Apa sayaangg?"
"Papa Ara.." Lirih dari bibir yang pucat itu, keringat ikut bercampur di wajahnya. Ara demam dan tidak mau dibawa ke dokter.
Alarik senyum, hangat sekali rasanya melihat wajah laki laki itu, tidak ada kalimatnya terucap, tangannya membawa Ara masuk ke dalam lingkaran hangat pelukan. Puncak kepala yang wangi itu diberi kecupan kasih sayang, panas di tubuh Ara belum juga turun.
"Kakak.."
"Hmm.. Iya Sayang." Alarik tahu, Ara sangat terpukul, kalian masih ingat kan? Ara ini berbeda dengan gadis yang lainnya.
Alarik akui, Aranya cengeng, manja, lemah, apalagi?
Terlepas dari semua itu, Alarik mencintai gadis ini lebih dari dirinya sendiri. Tidak pernah sedikit pun ia menilai Ara dari siapa pun, Ara nya sempurna dihatinya.
Aranya bukan Ayla, dari dulu ia memandang Ara ya Ara. Bukan yang lain atau Ayla sahabat kecilnya dulu. Ucapannya kepada Bara dahulu SMA sewaktu kemah hanya memancing kebenaran dari mulut Bara, kekasih Ayla.
"Makan dulu ya buburnya? Kakak yang buat, mau?" Alarik melepas pelukannya, merapikan rambut Ara yang sedikit berantakan.
"Jangan banyak." Alarik hanya mengangguk mendengarnya, diambilnya mangku bubur di atas nakas.
"Buka mulutnya." Bubur hangat itu masuk kedalam mulut Ara.
Ara sedikit menyerengit, "Agak asin."
"Oh ya?" Alarik menyendok bubur itu ke dalam mulutnya, "Em iya, tapi gapapa masih enak kok. Besok Kakak belajar lagi, biar enak."
Ara mengangguk, kembali menerima suapan dari Alarik. Buburnya habis dan sekarang Alarik ke dapur sekalian mencuci mangkuknya.
"Minum obat mau?" Ternyata cowok itu sudah kembali, membawa secangkir teh.
"Enggaa.." Ara takut Alarik marah, suaranya melirih pelan. Hari ini Alarik sangat amat sabar menghadapinya, Ara takut tunangannya habis kesabaran.
"Engga apa apa, baringan aja ya? Sambil nonton tv." Alarik harap dengan menonton televisi lama kelamaan Ara mengantuk dan tertidur.
"Kakak ikut." Ara menepuk kasur disampingnya, menyuruh Alarik ikut masuk ke dalam selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
A PROMISE
Teen Fiction"Dimanapun Kakak berada, Kakak tetep jadiin kamu prioritas pertama, Ra. Tetap disamping Kakak terus ya?" Alarik mendaratkan ciuman dikening tunangan. "Promise?" -Ara. "Sure," °°°°°° "Ngga dapet emaknya, anakny...