Ara baru sadar ketika dini hari sekitar jam 3 pagi, ruang rawat Ara sunyi dan hanya alat-alat medis milik Arlon yang berdenging dengan jelas. Ara masih berusaha memfokuskan matanya, tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga bahkan untuk sekedar membuka mata dengan jelas. Ara kenal dengan tempat ini, ia hafal perasaan yang sedang ia alami ini dan ia mengerti dengan situasi saat ini. Perlahan lelehan sungai kecil itu mengalir, membuat anak sungai hangat di ujung matanya.
Baiklah, apa ia masih beruntung?
Ini dejavu, semuanya sudah berubah drastis dan terasa cepat. Sekarang Ara sudah di hantui oleh suara monitor, dinding putih yang terlihat dingin, malam yang mengerikan, siang yang mematikan. Ini mimpi buruk Ara dan sekarang mimpi itu datang menjadi monster besar yang menakutkan. Monster besar yang akan menggerogoti tubuh Ara setiap malam, setelah ini tidak akan ada lagi ketenangan.
Perlahan Ara menoleh ke samping, lelehan air mata kian jatuh membuat aliran deras yang menganak ke segala tempat. Suaminya yang sedang tidur dengan keadaan kacau, kulit putihnya pucat tidak berseri. Perasaan ini semakin tidak karuan, sesak dan teramat menyakitkan, isak tangis Ara perlahan pecah menyuruti suara monitor, kemudian tangannya membelai lembut rambut suaminya.
"K-aak.. Ara takutt.." lirihnya memandang sayu suaminya yang setia menggenggam tangannya.
Alari tersentak mendengar suara istrinya, bahkan suara pelan Ara mampu menembus dunia bawah sadar Alarik. "Apa yang sakit, Sayang? Kasih tau Kakak, jangan di simpan sendirian." Tenggorokan Alarik tercekat mengatakan hal tersebut, matanya memanas melihat kondisi belahaan hatinya. Lagi dan Lagi, Alarik bertanya kepada Tuhan kenapa ini harus terjadi lagi menimpah Ara.
"Kak.. Adek takutt.." Ulang Ara lagi, cairan kristal itu semakin banyak keluar diikuti mulut Ara yang terbuka, rasanya Ara ingin banyak bercerita namun tubuhnya terlalu lemah.
"Ada Kakak, jangan takut ya? Sayang kamu kuat kan, hm? Kakak akan terus temani kamu, Kakak ga akan tinggalin kamu sampai kapanpun. kamu kuat ya sayangku, cintaku." Tangis Alarik pecah saat itu juga, sungguh ia takut Ara pergi meninggalkannya. Tidak pernah sedetikpun terlintas di bayangan Alarik hidup tanpa Ara.
Tangis Alarik membangunkan orang-orang yang ada di ruang rawat, terutama Bara yang langsung mendekati brankar adiknya. Bara menatap dalam adiknya, perlahan ia mendekati Ara dan mendarakan ciuman di kening adik bungsunya itu.
"Hey Princess Ara, jangan nangis sayang. Kamu kuat, adik abang Bara paling kuat." tangan hangat Bara menyapu lembut pipi adiknya yang di banjiri airmata. terdengar samar-samar isakan tangis Ara yang membuat hati Bara seperti di tusuk ribuan jarum.
Perlahan semua keluarga Ara berkumpul mengelilingi brankarnya, mereka melakukan doa bersama memohon harapan kepada Tuhan yang di pimpin oleh Steven. Tidak lama setelah itu, Arlon datang dengan alat-alat medisnya.
Setelah melakukan pengecekan terhadap tubuh adiknya, Arlon menyuntikan obat-obatan ke selang infus Ara. Kemudian, beberapa saat setelahnya Ara tertidur dengan di temani ibunya.
Semua orang berkumpul di ruangan Arlon, kecuali Violetta yang menjaga putrinya di dalam ruang rawat. Terdapat beberapa berkas yang sedang Arlon bolak balik dan baca kembali, suasana hening pada dini hari itu terasa sangat dingin dan sepi. semua orang bersabar menunggu informasi yang akan Arlon berikan.
"Huft.. kita telah melewati ini sebelumnya dan aku sudah kembali mengecek keseluruhan kondisi tubuh Ara. Ada beberapa hal yang harus benar-benar kita perhatikan setelah ini. Pertama, perubahan fisik yang akan di alami Ara akan lebih parah dari kejadian tempo dulu. Aku harap kita sanggup untuk tetap terlihat kuat di depan Ara saat terjadi berupa bercak-bercak kemerahan yang muncul pada wajah, rambut rontok, sensitif terhadap sinar matahari, tubuh mulai bengkak, kulit mulai bersisik dan mulai mengelupas." Ujar Arlon panjang lebar, tidak sampai disitu, ia kembali melanjutkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A PROMISE
Teen Fiction"Dimanapun Kakak berada, Kakak tetep jadiin kamu prioritas pertama, Ra. Tetap disamping Kakak terus ya?" Alarik mendaratkan ciuman dikening tunangan. "Promise?" -Ara. "Sure," °°°°°° "Ngga dapet emaknya, anakny...
