04 🍉(•Cemburu•)

9.8K 1K 52
                                    

 
Ramein komenlah biar Author seneng
Nungguin ngga?

Lagi dalam posisi apa ni kalian?
Rebahan ada?

Enjoy🍉🍉

Bergulat dengan tumpukan kertas kertas, Alarik mengecek dengan teliti lembaran demi lembaran barkas kantornya yang ia bawa pulang ke apartemen.

  Setelah selesai makan tadi, ia kembali mengerjakan berkas pekerjaan yang belum rampung, karena besok ia harus bimbingan skripsi dengan dosbing.

  Menyandarkan punggungnya di kursi kerjannya, Alarik memejamkan matanya sambil memijat pelan pelipisnya, kepalanya terasa berat, mungkin efek bekerja seharian.

  "Kak."

  Alarik membuka matanya, bibirnya tersenyum tipis. Ara membawa secangkir kopi untuknya, lihatlah sekarang, tunangannya tumbuh menjadi wanita dewasa yang kadang menggemaskan, jadi pengen nikah.

  "Istirahat aja, Kak. Besok lagi dilanjut," Ara memijat bahu tunangan, bagaimana pun Alarik butuh istirahat, dari pagi cowok itu sudah disibukan dengan pekerjaan kantor.

  "Besok Kakak ke kampus, ketemu dosbing," ujar Alarik, menikmati pijatan Ara, sedikit pegal dibahunya terasa berkurang.

  Mengusap usap rambut Alarik, Ara merasa kasihan dengan tunangannya, kadang kadang bahkan ia harus bergadang sampai pagi, berakhir tidur hanya beberapa jam, kemudian bimbingan di kampus.

  "Kakak kalau capek, istirahat aja. Jangan dipaksa, nanti kamu sakit." Ara mencium pucuk kepala Alarik, tangannya memainkan rambut tunangannya.

  Usapan Ara dikepalanya membuat Alarik diserang kantuk, jika tidak memikirkan pekerjaannya, mungkin ia sudah tidur dari tadi.

  Perusaha Alarik termasuk perusahaan yang baru berkembang, bisa dibilang lagi naik daun. Merintis perusahaan mulai dari nol bukan hal yang mudah, menuangkan segala kemampuannya dalam perusahaannya, sangat menguras waktu istirahat.

  Kenapa merintis dari nol? Sebenarnya bukan sepenuhnya merintis dari nol, Alarik menerus perusahaan papa nya yang sudah bangkrut, padahal perusahaan maju papa Alarik yang lain masih banyak.

  Bukan tanpa pertimbangan, Alarik memilih perusahaan bangkrut papa nya untuk dikelola karena ia ingin menunjukan dirinya pantas menjadi pandamping Ara, melihat bagaimana berharganya Ara didepan keluarganya, Alarik rasa ia butuh satu kerja keras untuk bisa membuktikan keseriusannya kepada Ara.

  "Nggapapa. Besok kamu ke kampus?" tanya Alarik, tangannya mengambil tangan Ara yang di kepalanya untuk digenggam.

  "Iya, pagi tapi." Ara kuliah setelah lama menganggur, ia satu kampus dengan Niel, Ara mengasah bakat lukisnya, ingin menjadi desainer dan memiliki boutique seperti mommy-nya.

  Alarik mengangguk, memainkan jari jari Ara, "Kakak antar." gumamnya, meski lawan Ara dengan kampusnya, tapi tidak masalah, mereka hanya butuh berangkat lebih awal.

  "Ngga usah, Ara udah telpon Bang Niel untuk jemput besok, sekalin izin bilangin sama Mommy Ara nginep di apartemen Kakak, lagian Kak Al sibuk besok." kata Ara.

"Bilang ngga jadi aja."

Ara hanya mengangguk, menolak Alarik tidak akan ada habisnya, cowok itu akan bersikeras.

  Alarik menepuk pahanya, menyuruh Ara duduk. Sambil memangku Ara, Alarik merampungkan pekerjaannya.

  Hampir tengah malam, perkerjaan Alarik selesai, ia menunduk dan mendapati wajah damai Ara yang bersandar didadanya. Mencium kening Ara lama, Alarik mengendong gadisnya ke kamar dan membaringkan pelan.

A PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang