16. 🍉Kembali Membawa Duka

6.1K 751 78
                                    

Ritual dulu yuk!
Vote, share, dan komen yang buanyakk!

Gimana hari kalian Bro dan Sist?
Butuh kerja yang ga cape, ga?
Ada nih!
Pelihara tuyul😂

Absen kota mana aja kalian;
Khusus Medan dibawah👇

Author ; Medan, Binjai🤙

ENJOYY💅

🍉🍉🍉

Semuanya tertunduk lesu, bahu mereka runtuh tak berpondasi. Dua, mereka kehilangan orang yang berharga untuk ke dua kalinya.

Ludah mereka terasa pahit untuk kembali ditelan. Ini sangat sulit, kembali lagi Tuhan? Tidak habis menguji pertahan keluarga Fredric? Rencana apa yang ingin Kau buat?

Semuanya telah berkumpul disini. Saudara dari luar negeri juga di luar kota, Jhon tidak beritahu hal apapun. Kakek tua Ara itu tidur di lantai dua, dilarang turun ke bawah menemui orang orang yang berduka.

Suara ambulans itu terdengar, bahu Steven dihantam jutaan ton beban. Ini kali kedua ia kehilangan, setelah ibunya. Kali ini orang yang sangat kuat juga ikut pergi menyusul ibunya, selamat bertemu dengan Nyonya Kang Jiran di surga.

Kaki Bram bergetar hebat, rahang tegasnya tidak dapat menutupi kesedihannya. Bram hari ini adalah pria lemah dan tidak bisa setenang biasanya.

Dari ambulans Leonard dan Max turun, menggiring peti mati. Dua pria dewasa andalan BlacDiamond--Geng mafia, Amerika Serikat, rapuh akan kematian orang tersayangnya. Max dan Leonard memegang figuran besar dengan senyum tipis disana, ini kali kedua Amerika membawa trauma di keluarga ini.

"Opa sudah tau?" Max bertanya, entah pada siapa. Suara yang biasanya tegas dan arogan itu berlirih pelan tidak berwibawa.

"Daddy tidak sanggup." Steven membuang pandangnya. Dunia memang kejam! Kaya bukan hal yang baik, bertahta bukan hal yang menyenangkan. Semesta ini penuh racun yang menyiksa setiap detiknya, Steven murka.

"ARGH!!" Bunyi nya menggema, antara kepalan tangan Steven dan juga dinding putih itu.

"Tenang Daddy." Suara hangat Arlon meredakan sedikit sesak di dada Steven.

"Biar ku panggil Opa." Meletakan figuran besar itu dekat peti putih yang sekarang di tiduri orang spesial.

Lantai dua ini sangat sepi. Kakek tua itu ternyata duduk dekat jendela, arah pandangnya halaman rumah yang ramai mobil, untung ambulans tidak terlihat.

"Opa.." Suara kepemimpinan itu hilang, yang ada hanya suara rasa pedih dan menyelekit.

"Max? Ada apa ini, mansion kita ramai sekali." Paruh baya itu menyerengit, cucu tertuanya berbeda sekali. Ada yang ia tidak tahu? Ah ia sudah tua, jika tidak maka semuanya pasti ia ketahui.

"Opa.." Max bersimpuh di bawah Jhon, di genggamnya tangan lemah itu.

"Ada apa? Tanganmu dingin sekali, apa perusahaanmu dalam masalah? Apa yang bisa Opa bantu Max?" Suara rentan itu sangat apa penuh pengertian, tidak seperti dulu.

"Tidak Opa." Max menggeleng, hatinya yang bermasalah, "Opa.. Janji Opa akan baik baik saja, bisa?" Pria dewasa pemimpin paling berkharisma itu bergetar, lapisan bening dimatanya ditahan sekuat tenaga. Apa dayanya jika satu orang pun tidak ada yang bisa menyampaikan berita duka ini kepada Jhon, ia cucu tertua. Maka Max lebih bertanggung jawab.

A PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang