E N A M

82 38 5
                                        

Matematika, jika berkata tentang matematika apa yang terlintas di benak kalian? pasti tentang angka dan rumus-rumus membosankan memang membosankan dan bikin otak pecah, bagi yang tidak pernah serius dan juga tidak menyukai pelajaran tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matematika, jika berkata tentang matematika apa yang terlintas di benak kalian? pasti tentang angka dan rumus-rumus membosankan memang membosankan dan bikin otak pecah, bagi yang tidak pernah serius dan juga tidak menyukai pelajaran tersebut.

Hari ini bagian anak kelas bahasa yang belajar matematika, you know anak bahasa tidak pernah serius dengan pelajaran satu ini walaupun ada juga yang suka dengan pelajaran ini meskipun hanya beberapa saja, apalagi bagi Sabrina pelajaran ini sangat membosankan dan memusingkan ia memang tidak pernah menyukai pelajaran satu ini sejak dulu ia lebih menyukai hal yang berbau sastra hal yang di dalamnya kita bisa belajar makna kosa kata dan lain sebagainya itu lebih menyenangkan daripada harus berhadapan dengan rumus.

"Lo, ngerti apa yang di jelasin sama Bu Ningsih nggak sih?" tanya Sabrina pada Karin, dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di jelaskan oleh guru matematika itu, jika mata pelajaran yang lainnya dia berbakat maka tidak dengan pelajaran satu ini, ia tidak suka rumus ia tidak suka dengan menghitung yang berkaitan x, y, dan z padahal kalau kita berdagang orang tidak akan menanyakan berapa hasil dari y , juga berapa hasil dari x, dan berapa hasil dari z, yang ditanyakan dan kita butuhkan hanya perkalian, pembagian , pengurangan, dan penambahan hanya itu yang di perlukan jadi untuk apa ada nya rumus semacam itu jika gunanya kurang diperlukan.

"Mana gue ngerti orang beliau tidak jelas begitu ngejelasinnya, coba nanti lo tanya aja sama Della, dia kan hebat dalam hal begini." Della murid satu-satunya di kelas yang lebih paham dengan pelajaran satu ini, sebenarnya bukan hanya dia saja tetapi juga ada Ani.

"Males ah, mending lo aja yang nanya ke dia terus lo jelasin deh ke gue kan gampang dari pada gue yang ke sana buang-buang tenaga," ucapnya dengan malas, prinsipnya kalau ada Karin kenapa harus dia yang pergi, selagi ada teman yang selalu ada dan bisa di andalkan seperti Karin kenapa ia harus repot, egois memang tetapi itu lah yang membuat mereka langgeng tiap hari mereka bertengkar hal sepele nanti udah baikan lagi begitu seterusnya, Karin tak kalah egoisnya dari Sabrina dia bahkan bisa membuat Sabrina menuruti semua kata-katanya, tetapi memang sudah prinsip masing-masing mau di apakan toh hubungan mereka tak pernah bisa di usik dan tidak ada yang bisa mempengaruhi keduanya saling percaya itulah kunci dari persahabatan yang langgeng.

"Idih, giliran ginian lo nyuruh gue coba aja orang bagi-bagi duit aja lo lupaain gue," ucapnya kesal, namun dia juga langsung bangkit menuju bangku Della. Sabrina yang mendengar itu melotot sejak kapan ia maju dulu kalau orang bagi-bagi duit bukannya dia tidak mau tapi orang yang bagi-bagi duit itu yang nggak ada, kalau di umpamakan ada nih dia pasti yang maju dulu konsepnya 'rezeki tidak boleh ditolak'.

****

Bel istirahat berbunyi semua murid segera berhamburan keluar menuju surga sekolah dimana lagi kalau bukan pergi ke kantin, hari ini Sabrina sangat malas untuk pergi ke kantin pasti tempat itu sedang sangat ramai, membuat ia malas untuk berdesak-desak an itu alasan dia malas untuk pergi ke surga sekolah atau bisa di sebut dengan kantin, satu fakta saat ini ia sangat lapar, cacing diperutnya ini sudah meronta-ronta minta di isi.

Di sisi lain Refin dengan asik bercanda ria dengan ketiga temannya sebenarnya tadi mereka berlima namun sebelum memesan makanan Costa pamit untuk melaksanakan tugas negara dan juga tugas alam. Setelah bercanda-canda Refin teringat sesuatu akan tentang Diki dan Sabrina sebenarnya ia penasaran dengan Diki temannya yang satu ini sangat misterius dan ia juga selalu mengganggu gadis itu, ia selalu berfikir Diki mempunyai perasaan terpendam pada gadis itu, dari penasaran ia berinisiatif menanyakannya langsung pada Diki.

"Sebenarnya lo suka nggak sih sama Sabrina?" tanya Refin kepada Diki yang ditanya hanya mengidikkan bahunya, Refin yang geram mendapat jawaban seperti itu hanya menatap Diki sinis.

"Kenapa lo tanya gitu sama gue, yang harusnya gue yang ngasih pertanyaan itu sama lo, lo suka nggak sama dia?" Refin kicep tanpa ada sepatah kata pun yang ia lontarkan, saking sibuknya memikirkan perasaan orang lain ia lupa akan bertanya pada perasaannya sendiri.

"Napa lo kok nggak balas perkataan gue barusan, hm?" Diki semakin gencar memancing emosi Refin, Refin yang emosinya terpancing hanya menggertakkan giginya geram ingin rasanya ia ingin menonjok muka Diki saat ini.

Redan yang menyadari kalau suasana semakin sengit di antara kedua temannya itu mulai menengahi keduanya, membari jarak agar Refin tidak kehilangan kendalinya. "Apaan sih masalah kek gitu aja, lo pada sampai bertengkar," ucapnya dengan mengacak rambut frustasi melihat kelakuan temannya ini sudah kelas dua belas tapi masih aja labil.

"Gue saranin sama lo Fin, kalau lo emang suka sama Sabrina lo buktiin dong jangan jadi kek banci yang hanya diam saja saat orang yang lo kejar di ambil orang lain," ucap Diki sambil memukul mukul bahu Refin dan memberikan smirk seolah-olah ia menantang ia pun melenggang pergi dari kantin, menyisihkan Refin yang kesal atas ucapan yang dilontarkan oleh Diki baru saja.

"AAAARRRGGHH!!" teriak Refin, sontak hal itu membuat seisi kantin melihat ke arahnya. Redan dan Dimas yang melihat itu hanya menggelengkan kepala heran dengan sikap Refin kali ini karena tidak biasanya cowok itu begitu.

"Mangkanya kalau lo suka sama dia ya di kejar dan buktiin dong, bukan malah diam aja," saran Dimas sambil memukul-mukul pundak Refin, pernyataan itu mendapat anggukan dari Redan.

"Gue belum siap untuk sekarang ini," jawaban itu mengundang pertanyaan dari kedua temannya itu.

"Lha, kenapa kalau kayak gini terus kapan berkembangnya," ucap Redan.

"Gue mau nunda sebulan lagi, biarkan hati gue mantap dulu."

"UP TO YOU." Kompak keduanya lalu pergi meninggalkan Refin sendirian.

Refin menatap nanar kepergian teman-temannya, sungguh ia sendiri bingung dengan dirinya sendiri bahkan ia tidak memahami keinginan dirinya sendiri.

"Lha kenapa gue malah di tinggal sendirian?" tanya Refin pada dirinya sendiri, tidak ingin memikirkan teman-temannya yang pergi tanpa berpamitan kepadanya lebih baik ia menghabiskan makanannya saja.

Setelah menghabiskan makanannya Refin bangkit dari tempat duduknya, saat berjalan menuju pintu ia tak sengaja dirinya  melihat Sabrina yang sedang menuju ke kantin, seketika jantungnya berdetak kencang.

"Shit! Kenapa harus sekarang sih," umpat Refin, namun sebisa mungkin ia mendatarkan ekspresinya.

"Shit! Kenapa harus sekarang sih," umpat Refin, namun sebisa mungkin ia mendatarkan ekspresinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Pendek lagi part-nya ya, aku juga ngak tahu kenapa pendek yang jelas ide ku di part ini cuma segitu hehehehe

Jangan lupa ninggalin jejak ya 😊😊

See you next part 😘😘😘😘🥳

Hilang dan Pergi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang