T I G A P U L U H

65 46 121
                                    

Satu hari lagi tepatnya besok Ujian akan di laksanakan tapi Karin tak kunjung membuka matanya, ia betah berlama lama tidur tanpa memperdulikan orang sekitarnya sedih karena melihatnya, terutama Sabrina dan keluarganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hari lagi tepatnya besok Ujian akan di laksanakan tapi Karin tak kunjung membuka matanya, ia betah berlama lama tidur tanpa memperdulikan orang sekitarnya sedih karena melihatnya, terutama Sabrina dan keluarganya.

Hampir setiap hari Sabrina menjenguk dan mengajak Karin bicara tapi yang ia hanya mendapatkan senyuman dan tangisan sebagai jawaban, seolah olah Karin tahu dengan apa yang ia rasakan sampai saat Sabrina bercerita tentang masa masa indah mereka Karin membalas dengan senyuman kadang juga datar lalu meneteskan air mata, Sabrina tidak menyerah ia selalu mengajak Karin berbicara agar cepat sadar.

Hari ini Sabrina ke rumah sakit bersama Refin, Diki tidak tidak sempat jika langsung kesana katanya mamanya menyuruhnya untuk pulang terlebih dahulu. Saat ini mereka sudah berada di dalam ruang rawat Karin, Sabrina duduk di kursi dekat brankar sedangkan Refin berdiri disampingnya sambil merangkul bahu Sabrina.

"Rin, besok ujian lho apa lo ngak mau gitu buka mata lo terus ikut ujian, katanya kita akan sukses bareng bareng." Lirih Sabrina tangannya menggenggam tangan Karin, Refin hanya diam memperhatikan interaksi Sabrina yang tidak mendapat jawaban apa apa dari Karin.

"Lo tahu ngak, gue kesepian pake banget lo tega ninggalin gue sendiri." Dengan sekuat tenaga ia harus menahan air matanya agar tidak keluar.

"Bangun Rin, gue mohon bentar lagi kita lulus masak iya lo ngak bangun sih." Pecah sudah air mata Sabrina, ia terisak dalam pelukan Refin.

"Hiks..... Rin bangun gue mohon hiks.." Sabrina mengendurkan pelukannya, dalam terisak tangannya menggoyang pelan lengan Karin tapi yang ia dapat hanya diamnya Karin, tidak ada perubahan sama sekali dari Karin bahkan mukanya datar dan pucat itulah yang Sabrina lihat. Akhirnya Sabrina putus asa dan ia pun mengusap kasar air matanya lalu menatap Karin sendu.

"Hemm Rin gue pamit dulu deh, besok gue kesini lagi, cepat bangun karena gue kangen banget sama semua nasehat lo, Bey." Pamit Sabrina lalu ia bangkit dari kursi menuju keluar tapi sebelum itu Refin ingin mengucapkan sesuatu kepada Karin.

"Bentar Na, aku mau ngomong sama Karin ya." Sabrina mengangguk Refin berjalan sedikit lebih mendekat ke arah Karin.

"Permintaan gue ngak banyak untuk lo hanya satu Rin, gue hanya minta lo sadar kita harus sukses sama sama Rin." Ucap Refin sendu, "yaudah deh kalau gitu gue sama Sabrina pamit ya Rin, get well soon." Sambungnya, Sabrina mengusap lembut kepala Karin lalu beranjak bersama Refin dari ruang rawat Karin.

****

Hari demi hari sudah Sabrina lewati, Ujian Nasional pun sudah selesai di laksanakan tapi sangat di sayangkan Karin selama itu belum juga sadar dari koma nya. Padahal Sabrina, Diki, Refin, Dimas, Costa dan Redan juga sering mengajak Karin berbicara tapi hasil juga tetap sama, tidak ada perkembangan.

Flashback

"Karin sekarang kamu ada jadwal cuci darah." Suara Rahma mengejutkannya, Karin sekarang sedang berdandan rencananya ia akan pergi bersama Sabrina ke sebuah cafe yang baru buka hari ini, spontan Karin menatap mamanya dengan wajah yang terkejut sambil mengelus dadanya sendiri.

Hilang dan Pergi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang