D U A P U L U H T I G A

41 26 0
                                    

"Suster tolong siapkan alat pacu jantung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Suster tolong siapkan alat pacu jantung." Dengan segera suster yang menemani dokter pun memberikan alat yang di minta.

Beberapa kali percobaan namun hasilnya sama, tidak ada perubahan tubuh Lia terangkat namun tidak ada tanda tanda akan kembali detak jantungnya. Nilam tak kuasa menahan air matanya melihat kondisi anaknya. Andi memeluk istrinya memberi kekuatan kepada istrinya, jangan anggap kalau dia sendiri tidak sedih malah sekuat hati ia tetap tegar menunggu takdir yang akan mengungkapkan semuanya.

Dokter keluar, menunjukkan raut wajah kecewa, juga merasa gagal sebagai dokter, Nilam yang menyadari itu pun langsung menghampiri Dr. Rosa.

"Apakah putri saya baik baik saja?." Tanya nya dengan sendu, perlahan dokter hanya menggelengkan kepalanya dengan amat terpaksa.

"Maaf kan kami, kami sudah melakukan yang terbaik tapi Tuhan berkata lain." Balasnya, Nilam yang mendengar pun tak kuasa menahan dirinya dan akibatnya ia jatuh ke pelukan suaminya dan terisak-isak.

"A-apakah putri saya meninggal dok?." Tanya Andi dan diangguki oleh dokter dihadapannya juga ikut menitikkan air matanya namun sekuat tenaga ia berusaha kuat.

Sabrina juga terkejut padahal baru beberapa menit lalu ia berbicara dengan gadis itu dan Lia juga sempat tertawa walaupun hanya tertawa kecil, Refin cowok itu sudah terduduk lemah di kursi, mama dan papa Sabrina yang baru saja datang mereka menghampiri Sabrina yang sudah terduduk lemas di lantai sambil mengeluarkan air matanya. Kali ini tidak ada yang saling menguatkan, mereka sibuk dengan kesedihan masing-masing.

"Na, gimana dengan keadaan teman kamu, kenapa kamu menangis seperti ini?." Tanya Wina, ia menegakkan anaknya tangannya terulur untuk menghapus air mata Sabrina. Sabrina menggeleng lemah ia memeluk Wina dengan erat.

"Dia sudah hiks meninggal ma, hiks padahal baru saja aku hiks ngobrol sama dia dan tertawa, dia juga bilang hiks mau usahain sembuh tapi dia bohong hiks sama aku, ma, dia pergi ma." Katanya dengan terbata bata.

"Kamu jangan ngomong begitu ini semua sudah takdir, Na. Kamu yang harus ikhlas in dia." Nasehat Wina, Sabrina masih menangis tanpa henti. Bagaimana tidak, baru beberapa menit yang lalu ia berbicara dengan gadis itu tapi apa yang terjadi sekarang, gadis itu pergi dari dunia ini untuk selama lamanya.

"Ngak mungkin anak saya meninggal dok!!." Bentak Nilam, ia meronta ronta dalam dekapan Andi.

"Ikhlasin aja anak kita ya, Lam. Tuhan lebih sayang sama Ai, ma." Bujuk Andi, Nilam tetap meronta ronta, menahan tangisnya serta ingin sekali ia menampar dokter yang ada di depannya ini. Enak saja bilang kalau anaknya sudah meninggal.

"Ngak, Pa mereka bohong. Ai, masih hidup Ai, belum sempat ngomong sama kita!!!." Ucapnya lagi

"Dik, Ai, masih hidup kan?, Ai, belum meninggal kan Dik?." Diki menatap Tante nya dengan tatapan sedih, memejamkan matanya sejenak.

Hilang dan Pergi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang