D U A P U L U H

47 27 0
                                    

" Heh!!!, jangan sok kecakepan deh lo, lo itu ngak pantes bersanding sama Refin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Heh!!!, jangan sok kecakepan deh lo, lo itu ngak pantes bersanding sama Refin." Ucap Ani sambil mendorong dorong bahu Sabrina.

" Apaan sih lo An, udah nuduh gue yang neror lo terus sekarang lo ngatain gue ngak pantes sama Refin. Gue tanya sama lo emang lo pantes gitu sama dia hah!!?." Jleb, perkataan yang dilntarkan Sabrina membuat ia semakin kalah saing dengan cewek di depannya ini.

" Ya, gue lebih pantes dibandingin lo." Mendengar itu Sabrina semakin mngepalkan tangannya, Ani yang melihat Sabrina sudah mulai panas menyunggingkan bibirnya sedikit keatas. " Kenapa lo, ngak terima gue bilang gitu jangan pernah main main sama gue, meskipun gue ngak dapet orangnya tapi lo tenang aja permainan belum berakhir masih ada suprise yang akan lo dapet kedepannya." Sambungnya lalu pergi meninggalkan Sabrina yang masih setia berdiri dipojok loker.

Dua bulan sudah hubungan Sabrina dan Refin berlangsung dengan baik, namun akhir akhir ini banyak sekali yang menjanggal ada saja gangguan diantara hubungan mereka tapi itu hanya Sabrina yang merasakannya. Pada awal ia bersama Refin juga sudah banyak gangguan namun Sabrina tidak mengacuhkannya, ia cuek saja dengan teror teror yang selalu muncul disetiap malam, ada yang melalui sosmed miliknya ada juga yang langsung melempar batu atau apa saja ke jendelanya, hingga kedua orang tuanya terheran heran dengan jendela kamarnya yang setiap hari pecah. Saat ditanya kenapa jendelanya pecah ia tidak mau menjawab.

****
" Rin, lo harus tau ini." Ucap Sabrina penh dengan kepanika.

" Apa, kok muka lo panik banget sih." Balas Karin, Sabrina bingung mau ngomong darimana dulu menceritakan dari mana dulu.

" Hmm, tadi Ani ngancem gue, dia mau rebut Refin dari gue, hiks." Adunya, Karin yang sudah mengepalkan tangannya meredam emosinya.

" Udah lo tenang aja, nanti biar gue kasih pelajaran bocah ingusan itu. Berani beraninya dia ngancem lo kayak gitu." Ucap Karin menenangkan Sabrina, ia juga merangkul gadis itu menyalurkan kehangatan pada tubuh mungilnya. Kali ini tidak ada Diki yang menghiburnya atau bahkan Refin sang kekasih, kekasinya itu sedang pergi ke kedai belakang beserta anak kelas lainnya. Ya mau tidak mau ia harus merahasiakan ini dari Refin, ia tidak mau membuat kekasihnya itu menjadi khawatir padanya.

" Tapi lo hrus janji sama gue, jangan lo kasih tahu tentang ini pada Refin, gue ngak mau dia nyakitin Ani ya walaupun Ani orang yang gue benci. Biar ini jadi rahasia antara kita." Pinta Sabrina. Entah terbuat dari apa hatinya, meskipun ia sangat membenci Ani gadis itu juga tidak mau kalau temannya itu terdapat masalah.

" Lho kenapa emangnya, kalau dibiarin akan ngelunjak lo juga yang bakal sakit nantinya?!." Kata Karin tidak terima jika Sabrina berkata demikian. " Lo ngak inget apa yang telah dilakuin dia selama ini, dan yang sekarang lo ngak boleh diam lagi ini menyangkut hubungan lo sama Refin, Na?!." Emosinya tak bisa ditahan lagi, selama ini dia ingin bertndak namun pada akhirnya dicegah sama Sabrina.

Hilang dan Pergi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang