D U A P U L U H E M P A T

38 24 0
                                    

Sudah satu bulan berlalu kini kesedihan yang merundung mereka akibat perginya Lia dari dunia untuk selama lamanya tidak lagi mereka rasakan, merka kini sudah mengikhlaskan Lia terutama Diki, di bantu oleh Karin sedikit demi sedikit kesediihannya p...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah satu bulan berlalu kini kesedihan yang merundung mereka akibat perginya Lia dari dunia untuk selama lamanya tidak lagi mereka rasakan, merka kini sudah mengikhlaskan Lia terutama Diki, di bantu oleh Karin sedikit demi sedikit kesediihannya pudar bahkan cowok itu kini sibuk belajar untuk persiapan Ujian Nasional. Refin juga sudah tidak begitu merasa kehilangan karena adanya Sabrina yang memberinya semangat di sepanjang waktunya, dan sampai sekarang Sabrina belum mengetahui kenapa Refin begitu hancur saat Lia pergi, saat Lia kecelakaan pun ialah yang begitu takut kehilangan Lia.
Saat ini mereka bertujuh sudah berada di kantin, mengisi perut masing masing. Hari ini kelas sedang free jadi mereka memilih ke kantin.

"Hey, bentar lagi kita mau UN terus setelah itu lulus dan kita akan sibuk dengan urusan masing masing deh dan pasti kita akan jarang ketemu." Mendengar itu Karin, tersentak namun sebisa mungkin ia merubah raut wajahnya menjadi normal. Sabrina yang mengucapkan itu menampilkan wajah lesu, ia tidak jika harus berpisah dari mereka semua.

"Kita akan bisa tetap ketemu, nongki nongki kek sekarang juga kok Na." Balas Dimas, cowok itu juga merasa sedih jika harus berpisah dengan para sahabatnya itu, ia juga rela tak rela kalau nanti mereka tidak mendapatkan Universitas yang sama.
"Kita kan bisa masuk Universitas yang sama biar kita sering ketemu, nongki setelah selesai ngampus juga bagus tu." Usul Costa, menyarankan memilih Universitas yang sama dan semua pun mengangguk setuju.

"Iya Na, yang dikatakan Costa itu benar kamu jangan takut kalau kita ngak bareng lagi. Walaupun nanti aku tidak satu Universitas sama kamu nantinya aku janji akan selalu luangin waktu untuk anter jemput kamu ke kampus, nemenin kamu kemanapun. Aku janji akan lakuin itu dan aku janji akan selalu bersamamu." Ucap Refin, tangannya terulur mengacak rambut Sabrina lalu turun ke pipi mencubit kedua pipinya. Kebisaan yang selalu ia lakukan pada Sabrina, semenjak mereka pacaran.

"Isss, Refin, kebiasaan deh sakit tahu pipi aku." Adunya dan seperti biasa tangannya kembali terulur lalu mengelus lembut pipi Sabrina, usapan yang membuat Sabrina candu. "Kamu janji kan ngak akan ninggalin aku walaupun nanti kita beda Universitas dan selalu kasih aku kabar dan luangin waktu kamu untuk aku. Tetap jadi kesayangannya aku gimanapun keadaannya." Refin, mengangguk memberi senyuman tulus yang menunjukkan bahwa cowok itu tidak akan pernah meninggalkan Sabrina, gadis yang selalu merubah hidupnya lebih berwarna lagi.

"Karin, lo nepatin janji lo kan, yang mau satu Universitas sama gue terus kita ambil fakultas yang sama dan jurusannya juga sama kan." Girang Sabrina, Karin kikuk mau menjawab apa, disatu sisi ia belum siap untuk harus berpisah dari kalian dan disisi lain ia juga sudah pernah janji akan selalu bersama Sabrina, masuk Universitas yang sama dan melindungi gadis itu, karena ia tahu Sabrina tidak sekuat orang lain lihat, ia mengenal Sabrina lebih dari Refin mengenal Sabrina. Ingin selalu bersama sama seperti ini yang ia harapkan kedepannya tapi mungkin itu juga tidak akan terjadi, begitupun ia dengan Sabrina, bisa kemungkinan besar tidak selamanya bersama. Karena penyakit yang ia hadapi membuatnya ragu akan keputusannya kali ini.

Hilang dan Pergi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang