D U A P U L U H L I M A

45 23 0
                                    

Hari Minggu adalah hari yang ditunggu tunggu bagi Sabrina dan Refin, karena hari ini hari dimana mereka akan menghabiskan waktu bersama seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Minggu adalah hari yang ditunggu tunggu bagi Sabrina dan Refin, karena hari ini hari dimana mereka akan menghabiskan waktu bersama seperti biasa. Jika hari Minggu remaja lain akan menghabiskan waktu di kasur dan masuk kedalam dunia mimpi beda lagi dengan sepasang sejoli ini, mereka memilih untuk tidak berada dalam dunia mimpi tapi memilih untuk bermesraan di dunia nyata, seperti sekarang pagi buta mereka sudah jalan keliling komplek, makan bubur ayam di depan komplek dan berakhir lah mereka di tepi danau, danau yang berada cukup jauh dari komplek tempat mereka tinggal.

"Na, kalau kita memang tidak ditakdirkan untuk selalu bersama gimana?." Pertanyaan yang dilontarkan Refin, spontan mendapat tatapan horor dari Sabrina. Gadis itu seolah ia bermimpi, tidak percaya dengan apa yang lelaki di sebelahnya ucapkan.

"Aku paksa takdir untuk selalu mempersatukan kita." Balasnya santai, tapi dalam hati ia sangat sedih mendengar perkataan yang dilontarkan oleh kekasihnya. Bagaimana tidak Refin, selalu berjanji akan selalu bersama dengannya, dan tidak akan pernah meninggalkan nya dalam kondisi apapun, tapi sekarang apa? Kenapa dia mengucapkan kata kata yang tidak ingin didengarnya.

"Ya, mana bisa begitu Na." Ucapnya. Sabrina, speclees mendengar balasan dari Refin, memejamkan matanya sejenak.

"Apapun yang terjadi aku ngak mau pisah sama kamu, apapun itu. Takdir harus bisa menemukan kita, mempersatukan kita, aku ngak bisa tanpa kamu Fin." Air muka Sabrina, berubah membuat Refin yang melihatnya merasa bersalah karena telah menanyakan hal seperti itu.

"Maaf Na, aku tidak tahu kita kedepannya." Tangannya terulur untuk meraih kedua tangan Sabrina, menggenggamnya erat menyalurkan semua rasa yang entah apa yang sedang mengganjal hatinya. Mengusapnya, mengangkatnya menuju bibirnya dan mengecupnya lama.

"Bila memang takdir tidak akan pernah menyatukan kita lagi kedepannya, aku pasrah dengan keputusan terbaik yang Tuhan berikan Fin." Matanya sudah berkaca kaca bahkan jika ia mengedipkan matanya air matanya akan jatuh.

"Bukan itu maksud aku, Na." Refin pun memeluk Sabrina erat memberikan ketenangan kepadanya, dirasa sudah cukup tenang Refin mengulurkan pelukannya, lalu tangannya beralih menghapus jejak air matanya setelahnya mengecup lama kening Sabrina, sampai gadis itu benar benar tenang.

"Aku takut kamu pergi Fin, katanya janji akan selalu jagain aku, selalu bersama aku, dan kamu juga janji ngak bakal ninggalin aku, mana itu semua Fin. Kamu jangan jadi cowok yang hanya mengandalkan kata kata, bulshit tahu ngak Fin?!." Bentaknya, setenang apapun Refin menenangkannya, yang namanya kecewa tetap kecewa Sabrina, gadis itu amat kecewa dengan Refin.

"Aku bilang ini kedepannya Na, ngak sekarang atau pun kemarin." Refin menghela nafas panjang sebelum ia akan melanjutkan perkataannya, "aku janji akan selalu ada buat kamu, aku juga janji akan jagain kamu sampai hanya takdir yang memisahkan kita." Sambungnya, air matanya terus mengalir membasahi pipinya , air yang beberapa detik lalu berhenti kini keluar dengan sangat derasnya, isakannya pun pecah, Refin memeluknya lagi dan lagi namun gadis itu memberontak ingin melepaskan tangan Refin yang merangkul dirinya.

Hilang dan Pergi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang