D U A P U L U H E N A M

55 24 0
                                    

Bugh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bugh

Bugh

Dua pukulan keras menghantam wajah Refin, yang dipukul pun sudah tersungkur ke tanah karena ia belum siap menerima pukulan itu.

Refin bangkit lalu melihat siapa yang memukulnya dengan tiba tiba, dan betapa terkejutnya ia mendapati Diki, sahabatnya sendiri.

"Lo, ngapain mukul gue?!." Sentak Refin, Diki menatapnya dengan tatapan tajam dan menusuk.

"Apa, ngak terima gue pukul?!." Tak mau kalah Diki, membentak balik Refin, tangannya sudah mengepal erat dan siap akan melayangkan pukulan ke wajah Refin , lagi.

"Ya enggak lah, lo baru datang udah main pukul gue?!." Sengitnya, tatapan amarah sudah terpancar di matanya.

"Sama gue juga ngak terima lo buat dia nangis!!!?, Lo masih ingat ngak konsekuen dari gue??!!." Refin yang mendengar itu menyunggingkan bibirnya menapat remeh Diki, ia tidak pernah lupa dengan apa yang cowok itu katakan jika ia membuat Sabrina mengeluarkan air mata walau itu hanya setetes, tapi keadaan lah yang harus ia membuat ia melakukan ini.

"Gue ngak pernah lupa dengan apa yang lo bilang, tapi gue nanya sama lo emang lo siapanya dia hah??!!." Ucapnya sambil menunjuk nunjuk bahu Diki, dengan jari telunjuknya.

Diki, menghentakkan tangan Refin, yang menyentuh bahunya dengan kasar, "kan sudah berapa kali gue bilang sama lo, dia itu lebih dari segalanya bagi gue,ngerti ngak sih lo??!!." Balasnya, tangannya sudah mencengkeram kerah baju Refin dengan erat, sedangkan Refin sudah menahan sesak dengan keadaan seperti ini masih sempatnya ia terkekeh kecil kepada Diki.

"Cuih, Ngak peduli gue Dik." Decihnya, hal itu membuat Diki semakin mengeratkan cengkeramannya pada leher Refin.

"Lo yang bener dong jadi cowok, cowok itu harus konsisten sama janji yang dibuatnya. Jangan jadi banci yang hanya mengandalkan omongan doang!!." Bentak Diki, lalu ia mendorong kuat tubuh Refin, ke  tanah. Tidak tinggal diam Refin, segera bangkit dan menonjok muka Diki.

Bugh

"Jaga ucapan lo itu ya!." Tunjuk Refin, kepada Diki yang sedang mengusap sudut bibirnya yang berdarah karena tonjokan Refin.

"Yang harus jaga ucapan itu lo, kalau ngak sanggup untuk ngejalanin ngak usah sok sok an ngasih janji palsu yang berujung hanya omong kosong!!." Setiap ucapan Diki, penuh dengan penekanan Refin pun diam seribu bahasa setelah mendengar ucapan yang dikeluarkan oleh cowok di hadapannya, ia mulai mengingat kembali semua janji janji yang selalu ia berikan pada Sabrina, hatinya pun sesak mengingat itu jika pada akhirnya ia akan menunggalkan gadis itu kenapa dengan mudah dulu ia sempat mengucapkan semua janji itu.

"Gue ngak tahu ini semua akan terjadi, lo pikir gue tuhan yang bisa nentuin semua kejadian yang akan terjadi di masa akan datang. Gue hanya manusia biasa yang penuh dengan khilaf Dik, termasuk lo, dia dan semua orang juga punya khilaf nya masing masing Dik!!." Dalam setiap kalimat yang ia ucapkan penuh dengan penyesalan penyesalan, dalam hati ia selalu berucap kenapa dulu gue ngucapin hal seperti itu, kenapa dulu gue selalu mengucapkan kata kata manis pada Sabrina, yang berujung dengan harapan yang gadis itu tunggu, dan kenapa dulu gue ngasih janji yang belum tentu akan gue tepatin. Refin menyesal sudah melakukan itu, dia belum tahu takdir dan skenario macam apa yang akan Tuhan berikan kepadanya.

Hilang dan Pergi (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang