Langit berjalan menuju rumah Mahesa, hendak menceritakan sebuah hal aneh yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Sembari berjalan, dia mengingat-ingat kembali detail kejadian yang sempat terekam di otaknya. Kejadian itu terekam dengan sangat jelas di otaknya, dia takut bila akan ada hal buruk yang menimpa mereka. Sepanjang perjalanan, dia menemukan beberapa hambatan. Dia selalu ditatap oleh orang-orang.
Dia benci hal ini. Dia tidak suka menjadi pusat perhatian, rasanya ingin lahir di keluarga biasa. Seperti yang sudah menjadi tradisi di Magellan, pria dengan paras tampan dan dari keluarga terpandang, akan dijodoh-jodohkan.
Meskipun dia sudah sering mengalami hal ini, tetap saja rasanya tidak nyaman. Apapun yang ia lakukan terbatas, harus tampil sempurna, dan masih banyak lagi. Apalagi saat masyarakat tahu bahwa dia dekat dengan Mahesa yang dianggap tidak berguna dan pengangguran, hujatan demi hujatan terus menerus muncul tanpa henti.
Hujatan itu bukan untuk Langit, melainkan untuk Mahesa. Untungnya Mahesa tidak peduli dan terkadang suka menyindir orang-orang yang menghujatnya. Omongan orang memang tidak bisa hilang meskipun kota yang ditempati adalah kota yang jauh dari keramaian dan tidak maju. Tak terasa, Langit sudah tiba di rumah pria itu, Mahesa. Dia mengetuk pintu rumahnya, menunggu cukup lama dan pria itu mengumpat serta menggerutu di dalam hati.
Tok Tok Tok!
Tak ada jawaban, tetapi Langit tak menyerah dan mengetuk pintu rumahnya dengan kuat.
TOK TOK TOK!
Lagi-lagi tak ada jawaban dari dalam rumah Mahesa, amarahnya mulai memuncak, Langit menyingkap jas yang ia pakai, lalu melihat jam tangan yang ia kenakan. Pukul 12:13. "Tidak mungkin kan dia masih tidur?" Langit membatin sembari menimbang-nimbang apakah Mahesa masih tertidur.
Pria itu menggedor pintu rumah Mahesa sembari berteriak memanggilnya. Masa bodo bila ia dilihat orang-orang bahkan tetangga Mahesa. Dia tidur seperti simulasi meninggal, bisa bahaya kalau dia kebablasan dari tidur jadi meninggal.
"MAHESA!" Langit menggedor pintu rumah Mahesa tanpa henti, sampai akhirnya dia ingat bahwa pintu rumah Mahesa tidak pernah dikunci. Tenang saja, keamanan di Magellan terjamin. Terjamin aman, jadi tak jarang rakyatnya tak mengunci pintu rumah, kecuali yang memiliki anak. Membuka pintu dan langsung berlari masuk ke kamar Mahesa. Pria itu tidur dengan nyenyak sembari memeluk boneka Totoro yang gepeng karena sering ditimpa tubuhnya yang berat. Selimut yang jatuh ke lantai dan guling yang juga jatuh begitu jauh dari lokasi kasurnya. Tidak terbayang bagaimana berantakannya dia tidur, hingga kamarnya seperti kapal pecah dengan buku-buku yang terbuka dan berantakan di atas lantai.
Langit tidak repot dalam membangunkan Mahesa, hanya ada satu cara paling ampuh yaitu, menarik tubuhnya ke kamar mandi lalu menyiramnya dengan air, tidak lupa tampar-tampar manja. Satu masalah, Mahesa sangat berat. Dia menarik kedua kaki Mahesa, tidak peduli dengan tubuhnya yang terbanting ke lantai, lihatlah dia bahkan tidak bangun sama sekali. Tidurnya masih nyenyak sembari memeluk Toto -nama boneka Totoro- erat.
Beruntung perjalanan dari kamar Mahesa menuju kamar mandi tidak begitu jauh, tetapi dengan tubuh Mahesa yang berat, perjalanan ini terasa jauh. Setibanya di kamar mandi, Langit membalikkan tubuh Mahesa menjadi terlentang dan Langit bisa melihat jelas wajah Mahesa yang masih tidur dengan nyenyak. Benar apa yang dikatakan Arga sebelumnya, Mahesa itu sangat tampan. Bahkan saat dia tidur pun, ketampanannya masih terlihat.
Langit berusaha menarik boneka Totoro agar boneka itu tidak basah saat dia menyiram tubuh Mahesa. Bahkan untuk menarik boneka itu saja butuh perjuangan keras, dikarenakan Mahesa menahan boneka itu.
"Lepaskan!" ucap Langit dengan kesal sambil menarik boneka Totoro.
"Kau ini masih tidur saja, tenaganya masih kuat!"
"ERGHHH!!!" Setelah berjuang keras akhirnya boneka Totoro berhasil diambil alih oleh Langit.
Langit mengambil segayung air sebagai pemanasan, dia juga meregangkan tubuhnya sejenak. Mahesa harus merasakan betapa lelahnya dia hanya untuk membangunkannya. Langit menghela napas sejenak lalu menatap tajam Mahesa.
BYURRR
Air itu Langit lemparkan dengan kuat ke arah Mahesa agar dia tidak perlu waktu lama dalam membangunkannya. Dia berjongkok dan melihat Mahesa yang mulai menggeliat karena wajah dan rambutnya basah.
"Eungg ...." dia mencari boneka Totoro nya yang tadi ia peluk. Hilang.
Sontak Mahesa melotot karena boneka Totoronya hilang, malangnya karena kaget, Mahesa langsung bangkit dan alhasil keningnya menumbur kepala Langit keras hingga Langit terjatuh. Kasihan Langit, malang memang nasibmu. Seperti kata pepatah sudah lelah tertumbur kening lagi. Tidak mungkin Langit tertimpa tangga karena kenyataannya dia tertumbur kening Mahesa.
"TOTO!" panggil Mahesa sembari mengusap keningnya yang sakit. Saat Mahesa mencari keberadaan si Toto, matanya bertemu dengan tatapan intimidasi dari Langit. Menyeramkan.
"MAHESAAAA!!!"
***
Setelah melalui tahap amarah dari Langit, Mahesa pergi membasuh dirinya sementara itu Langit ke dapurnya mencari air dingin. Dia harus meredakan amarahnya yang masih tersisa. Kulkasnya terlihat seperti pria pada umumnya. Hanya berisikan beberapa botol air mineral dan makanan beku yang ia dapatkan entah dari rumah siapa. Kelihatannya dari rumah Arga, karena salah satu wadah makanan itu terlihat familiar.
Untuk makanan biasa Mahesa akan datang ke rumah keempat sahabatnya meminta makan, atau biasa dia tidak makan seharian. Tenang saja, manusia tidak akan mati bila tidak makan sehari. Hanya merasakan lapar saja.
Langit melihat kembali jam tangan, terlihat saat ini pukul 13:35, waktunya banyak terbuang. Dia melepaskan jas yang ia kenakan, lalu meletakkan jas itu di salah satu kursi yang ada di meja makan.
Perlahan ia melipat kemeja putihnya, pakaian sehari-harinya memang seperti ini. Hari ini ia mengenakan morning suit yang tampak cocok dengannya. Dengan pita sebagai pengganti dasi, dan warna coklat muda yang terpadu dengan baik. Memang dasarnya sudah tampan jadi pakai apapun akan terlihat bagus. Ia mengeluarkan makanan sisa yang disimpan di dalam kulkas, lalu menutup kulkas itu dan mulai memasak makanan sisa itu menjadi makanan baru.
"Sepertinya beberapa hari lagi, mimpi itu akan menjadi kenyataan. Semoga saja tidak seperti itu," gumam Langit.
To Be Continued
Publish: 6 Juni 2021
Revisi: 1 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Given Taken | END
Mystery / ThrillerGiven And Taken. Bukan Given or Taken, karena itu adalah hal yang mutlak. Ini bukanlah sebuah pilihan yang bisa dipilih sesuka hati, ini sebuah keharusan. _____ Itu bukan mitos, itu adalah kenyataaan. Namun bagi rakyat Magellan, ini adalah sebuah mi...