Epilog: Not The End

12 1 0
                                    

"Kenapa kau mengincar kami dan bagaimana kau bisa mendapatkan foto-foto pemuda dan pria yang wajahnya sangat mirip dengan kami?" tanya Mahesa langsung pada intinya.

"Kenapa kau ingin tahu?" Daffin tidak menjawab dan membalasnya dengan pertanyaan lain.

"Kenapa kau ingin tahu?" balas Mahesa. Ia memutar balikkan pertanyaan itu kepada Daffin. Pria itu hanya tertawa pelan saat mendengar Mahesa yang mengembalikan perkataannya tadi.

"Kalau aku bilang kalian adalah reinkarnasi dari empat pria yang akan terus menjadi korbanku di masa yang mendatang, apakah kau akan percaya?"

"Maksudmu?"

"Lihatlah kau bahkan tidak percaya. Lantas, untuk apa aku memberitahukan hal itu kepadamu?"

"Ceritalah, aku akan mendengarkannya."

Daffin menghela napasnya pelan, "sudah kubilang bahwa kalian adalah reinkarnasi dari empat pria yang akan terus menjadi korbanku seperti yang sudah tertulis."

"Sebesar apapun usaha kalian untuk menghindariku, aku bisa menemukan kalian."

"Kau gila .... " gumam Mahesa.

"Ya benar, aku gila. Aku gila karena orang-orang itu. Aku tumbuh terlambat dan tidak bisa meninggal. Aku abadi. Karena akulah yang menjaga keseimbangan Magellan. Aku adalah sang hidrogen yang merupakan penghubung antara Awan Magellan Kecil dan Awan Magellan Besar."

"Bila benar seperti itu, kenapa kau harus membunuh orang-orang yang tak bersalah dengan sadis dan kejam seperti itu? Bila benar kau adalah penolong."

"Hey, ayolah. Di dunia ini tidak ada yang gratis. Bahkan setetes minyak pun kau harus membayarnya. Prinsipku adalah given taken. Memberi dan menerima. Kalian menerima kebahagiaan dariku, maka kalian harus memberi."

"Dan itu adalah ... nyawa?" tanya Mahesa.

"Tepat sekali."

"Seumur hidupku aku menderita karena kalian semua!!"

"Demi kebahagiaan kalian, aku harus tersiksa. Dan apa balasan kalian saat mengetahui ceritaku? Mereka mencaci makiku, mengejekku, menghinaku, bahkan tak segan-segan memukuliku."

"Manusia-manusia sampah itu ... tidak seharusnya hidup," ia menekankan setiap katanya.

"Tapi ... apa kau tahu, Daffin."

"Hidrogen adalah gas. Gas hidrogen merupakan bahan baku utama. Gas hidrogen adalah bahan bakar bintang. Dan .... "

"Gas hidrogen itu bukan manusia."

"Lantas, mengapa aku harus hidup sampai saat ini? Kenapa aku harus tersiksa?!" serunya tak terima.

"Karena ini kehidupan, Daffin."

"Tidak ada kehidupan yang benar-benar bahagia dari awal lahir hingga ia dirindukan Yang Maha Kuasa."

"Setiap orang memiliki kesulitannya masing-masing. Termasuk aku dan kau."

Mata Daffin perlahan mulai mengembun hingga berkaca-berkaca. Untung saja ia memakai topi dan menutupi matanya.

"Ini tidak adil. Hidupmu selalu bahagia, Sa. Tidak seperti hidupku. Kau tidak tahu seberapa besar rasa sakitku."

"Kau tahu? Kisah bahagiaku itu hanyalah karangan palsu yang kubuat untuk orang-orang. Aku bahagia saat bersama kalian, tapi dibalik itu aku juga menyimpan rasa sakit."

"Untuk apa aku tinggal sendirian meminta makanan dengan kalian, menjadi rakyat jelata, apabila keluargaku cukup kaya untuk menjagaku? Aku muak, Daf. Aku muak dengan dunia, aku muak dengan segalanya."

Given Taken | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang