Tolong play video yang ada di media chapter ini, pas aku minta di bagiannya. Semuanya agar dapat feelnya, makasih untuk kamu yang dengerin lagunya sambil baca di bagian yang aku minta.
Langit mengejapkan matanya perlahan, ia bisa merasakan sebuah plester di pelipisnya. Ini bukan di sofa, namun di sebuah kamar. Perlahan ia mendudukkan dirinya di atas kasur itu, melihat sekitarnya. Ternyata ini kamar Mahesa. Dia bisa tahu itu kamar Mahesa hanya dengan melihat boneka Toto yang juga sedang menatapnya.
Entah kenapa tatapan boneka itu seperti sedang mengejeknya, karena ia pingsan. Cukup mengesalkan bagi Langit. Ia membalas tatapan boneka itu dengan sedikit melotot. Ingin sekali ia melempar boneka itu namun untungnya ia sadar bahwa itu benda mati. Jika dia injak pun boneka itu tidak akan merasa sakit. Irinya.
Langit juga ingin tidak bisa merasakan rasa sakit. Dia benci merasa sakit karena itu membuatnya merasa menjadi lemah dan tidak berdaya.
Ia berjalan pelan menuju cermin yang ada di kamar Mahesa, melihat pantulan dirinya. Tertawa pelan, "lemah sekali kau, Langit."
Dia melepaskan plester dan menyentuh luka yang membuat kulitnya menjadi tipis sehingga tidak perlu usaha besar untuk membuatnya berdarah karena lecet sedikit saja akan mengeluarkan darah. Setipis itu kulitnya karena semua luka yang ia dapatkan.
Langit berjalan keluar dari kamar dan melihat sekitar, ia tidak mendapati Mahesa sama sekali. Entah ke mana pria itu pergi. Dia mengganti warna rambutnya dengan cepat menggunakan hair colour spray, menjadi blonde. Dia memakai pakaiannya dengan hoodie hitam serta celana dan sepatu hitam. Ia mengenakan sepatu olahraga neo hitam putih miliknya. Tak lupa memakai masker hitam, serta topi hitam.
Berjalan keluar dari hutan tersebut menuju kedai kecil terdekat dan membeli beberapa makanan instan.
***
Sudah seminggu lebih mereka tinggal di rumah kayu ini dengan ponsel dimatikan dan lost contact dengan Arga serta Daffin. Berita masih tidak berubah, berisikan kecelakaan kereta tersebut dan warga masih ketakutan dengan kehadiran kartu remi satu hati Ace.
Keluarga Langit tampaknya masih mengincar mereka. Maka dari itu, mereka masih belum berani keluar dari area hutan. Langit yakin bila ia kembali ke rumahnya suatu saat nanti, keluarganya pasti tidak akan membiarkannya.
Sejauh ini, tidak ada perkembangan. Mahesa dilarang keluar oleh Langit, dengan alasan untuk mencegah keluarganya menemukan pria itu. Kalau boleh jujur, Mahesa merasa seperti seorang buronan. Semenjak, ia tinggal di sini, pria itu tidak pernah lagi keluar malam.
Dia sendiri memiliki perasaan bahwa ia sedang dicari. Bukan dengan keluarga Langit, namun dengan orang lain. Orang dengan pangkat tertinggi di pekerjaan Mahesa. Entahlah itu hanya perasaannya saja. Jujur ia ingin bertemu dengan dua sahabat lainnya tetapi saat ini terlalu berbahaya.
Pov Arga (Putar lagunya, baca pelan-pelan, thank you)
Aku seperti biasa sedang bekerja di perusahaan. Semenjak kami bertemu dengan Sagara di rumah duka, kami lost contact. Hal itu sangat menyakitkan hatiku tentunya. Di saat yang kumiliki hanya mereka, aku kehilangan mereka. Lagi-lagi aku kehilangan sosok yang paling kupercayai.
Aku menatap layar monitor yang menyala terang dalam diam, entah kenapa pikiranku berkelana ke saat-saat yang kubenci. Saat rasa sakit melandaku, saat aku merasa lemah di hadapan orang yang ' ku sayang. Air mata itu turun begitu saja, aku segera mengusap kasar air mata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Given Taken | END
Mystery / ThrillerGiven And Taken. Bukan Given or Taken, karena itu adalah hal yang mutlak. Ini bukanlah sebuah pilihan yang bisa dipilih sesuka hati, ini sebuah keharusan. _____ Itu bukan mitos, itu adalah kenyataaan. Namun bagi rakyat Magellan, ini adalah sebuah mi...