[21] Kehilangan Lain

3 1 0
                                    

Peringatan! Mengandung darah, diharapkan pembaca bijak dalam membaca!


Mahesa dan Daffin berpencar untuk mempercepat pencarian Arga yang menghilang. Mahesa sudah memberi tahu Daffin bahwa Langit tidak bisa membantu mereka untuk mencari Arga dan mereka harus cepat mencari Arga sebelum masalah baru muncul. Karena lama berada di sini, tidak akan membantu mereka dan bisa saja membawakan masalah lain.

Pikiran Mahesa terkadang berkelana memikirkan apa yang sekarang Langit alami, namun dengan cepat ia menepis segala pemikiran tentang Langit dan berfokus mencari Arga, ia membuka satu-satu ruangan yang ada di dalam escape room dan kini ia tiba di ruangan terakhir.

Sebelum memasuki ruangan itu, Mahesa berkomat-kamit dalam diam berdoa semoga Arga ada di dalam ruangan itu dan dalam keadaan selamat, setelahnya ia membuka pintu dan melihat ruangan yang tidak ditempati siapa pun. Dia masuk ke dalam dan melihat sekitar dan melihat ada pintu lain di dalam ruangan itu dengan warna putih sama dengan warna dinding ruangan tersebut sehingga tersamarkan.

Dia mendorong pintu itu pelan dan masuk ke ruangan kecil, namun anehnya dia mencium aroma anyir darah yang begitu pekat, untung saja dia sudah terbiasa mencium aroma darah sehingga dia tahu bahwa ini adalah aroma darah manusia.

Betapa terkejutnya ia saat melihat Arga dengan kondisi berlumuran darah dan pria itu sudah tidak bernyawa saat Mahesa mengecek denyut nadinya. Mahesa terjatuh bersimpuh di hadapan tubuh Arga yang terlentang di lantai dengan genangan darah. 

Tubuh Arga berlumuran darah, begitu pula wajahnya, darah segar mengalir dari keningnya, sayatan besar di dada kirinya menunjukkan daging tubuh pria itu dengan darah yang terus mengalir keluar, selain itu jantungnya ditusuk beberapa kali dari se-penglihatan Mahesa. 

"Bagaimanapun kita harus bisa menjaga Arga," ujar Langit kepada Mahesa pada malam sebelum mereka pergi ke taman bermain.

"Aku gagal, Langit ...." ucapnya lirih seperti berbisik. Air matanya mengalir saat melihat wajah Arga yang begitu tenang seakan dia bahagia di sana.

Dia mengusap air mata itu kasar, lalu kembali ke kesadarannya, dan segera mengecek kondisi Arga, melihat seberapa dalam sayatan itu dan perkiraan senjata yang digunakan untuk membunuh Arga. Melihat seberapa keras benturan di kepalanya hingga berdarah dan benda apa yang digunakan.

Setelah mengecek, ia mengirimkan pesan kepada Daffin bahwa ia menemukan Arga, dan tak lama Daffin tiba di ruangan terakhir dan masuk ke ruangan tersembunyi itu. Tangisnya pecah saat melihat kondisi Arga tidak bernyawa. Dia berjongkok dan menyembunyikan wajahnya di sela lututnya menangis sekuatnya melampiaskan kesedihannya, Mahesa mengusap punggung Daffin perlahan, menenangkannya.

"Ini semua karena mitos itu!!" seru Daffin di sela-sela tangisannya.

"Sudah terlanjur ... Fin. Salah kita karena tidak berhenti," ucap Mahesa pelan.

"Ini semua karena mitos itu, Sa," Daffin mendongak menatap Mahesa dia menggoyangkan bahu Mahesa berharap pria itu bisa memberikan solusi.

Namun, Mahesa tidak menjawab dan justru memeluk Daffin menenangkannya, lagi-lagi mereka kehilangan salah satu sahabat mereka yang berharga, entah rahasia apa lagi yang akan terungkap, namun semoga saja tidak ada lagi rahasia besar lainnya seperti Sagara. Mereka benar-benar dikejar oleh mitos itu, dan ini adalah kesalahan mereka.


Keesokan harinya...

Berita-berita benar-benar dipenuhi dengan kejadian pembunuhan Arga, karena satu hal ... Kartu Dua Hati. Iya, sebuah kartu remi yang sebelumnya sempat membuat gempar warga, dan kini kartu remi itu hadir lagi. Sedari awal Mahesa sudah menyadari itu, dan tampaknya juga ia mulai paham dengan perubahan kartu remi.

Given Taken | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang