[2] Percakapan Sehari-Hari

42 12 8
                                    

Ting!

Notifikasi handphone milik kelimanya berbunyi bersamaan, membuat mereka sontak melihat pesan apa yang masuk.




Nomor tidak tersimpan

| NGC 224 FGN




"Hah? Apa ini?" Arga bingung melihat pesan yang masuk.

"Entahlah ... mungkin salah nomor," sahut Sagara.

"Tapi nomor yang mengirim kita pesan sama, bahkan waktunya bersamaan," balas Langit.

"Tidak mungkin kebetulan, bukan?" tanya Langit kepada keempat sahabatnya.

"Aku tidak peduli, hari ini aku ingin beristirahat dari kerjaan," jawab Arga malas.

"Ngomong-ngomong tentang pekerjaan, Mahesa apa kau akan tetap pengangguran?" tanya Langit.

"Aku sedang tidak ingin bekerja. Lagipula, perusahaan mana yang mau menerimaku?"

Keempatnya hanya diam dan tidak mempedulikan perkataan Mahesa. Kemampuan yang dimiliki pria itu akan diterima oleh perusahaan manapun. Dia paham mengenai bisnis, investasi, saham, cekatan dalam pekerjaan. Perusahaan mana yang mau menolak orang sepertinya? Bahkan bila pria itu tidak memiliki kemampuan dasar, Langit bisa saja memasukkan dia ke salah satu perusahaan Ayahnya yang sudah dari lama akan diwariskan kepadanya, hanya dianya saja yang terus menerus menolak.

"OH!"

"Astaga, Arga! Kau mengagetkanku," sahut Daffin.

"Maaf-maaf," yang disahuti malah menyengir.

"Aku baru ingat, perusahaan tempat aku bekerja sedang mencari pegawai baru. Bagaimana kalau kau coba melamar disana, Sa?"

"Akan kupikirkan."

"Bagaimana dengan kau sendiri, Langit?"

"Tidak mungkin kan kau menceramahiku yang pengangguran disaat kau sendiri tidak bekerja?" tanya Mahesa.

"Aku bekerja," jawab Langit singkat. Namun, berhasil membuat mereka terkejut, bahkan Sagara yang sedang minum air langsung tersedak mendengar penuturannya.

"UHUK UHUK!" Sagara memukul dadanya pelan berusaha meredakan batuknya.

"Hey pelan-pelan." Daffin yang ada disebelahnya sontak mengusap punggungnya agar ia tenang. Padahal Sagara tidak sedang kerasukan, aneh tapi terserah dia sajalah.

"Kau tidak berbohong 'kan, Langit?" Mahesa tidak percaya bahwa Langit bekerja.

Sekedar informasi, Langit belum ingin bekerja. Apalagi bekerja di perusahaan sang Ayah, dia sangat tidak ingin. Jadi wajar saja bila mereka terkejut. Memang perusahaan itu akan diturunkan kepadanya, tetapi pria itu selalu menolak dengan berbagai macam alasan. Bahkan terkadang dia kabur dari rumah hanya untuk menghindar. Kabur selama beberapa minggu untuk menenangkan diri yang tentunya tak diketahui siapapun.

"Tentu saja tidak!" sentaknya tak terima. "Kenapa kau tiba-tiba bekerja?" tanya Daffin.

"Ayahku memberiku dua pilihan sulit."

"Apa itu?" tanya Sagara yang sudah tidak tersedak.

Langit mengambil nafas panjang sebelum mulai berbicara, "bekerja di perusahaan nya atau-"

Langit menatap keempat sahabatnya, menggantungkan ucapannya dengan sengaja karena ia tahu bahwa keempat sahabatnya ini sedang penuh dengan rasa penasaran.

Given Taken | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang