[20] Berpisah

4 0 0
                                    

Lima hari kemudian, mereka kini tiba di sebuah taman bermain hasil pencarian Daffin. Terlihat sepi dan tampaknya keluarganya belum mengetahui keberadaannya selama ini, jadi dia aman. Taman bermain ini cukup luas dan memang lumayan jauh dari Magellan, bisa dibilang di tempat yang lumayan terpencil.

Jauh di perbatasan kota Magellan sehingga untuk tiba di tempat itu membutuhkan waktu lama. Langit dan Mahesa tetap berpakaian seperti bukan diri mereka untuk berjaga-jaga.

"Hei! Kalian ingin bermain apa?" tanya Arga, mereka baru saja membeli tiket masuk dan sedang berjalan di taman bermain itu.

"Ada baiknya bila aku dan Mahesa tetap bersama, bila kita berdua berpencar akan sulit untuk saling menjaga," tutur Langit.

"Hmm ... baiklah! Kalau begitu kita bagi menjadi dua tim bagaimana? Aku bersama Arga dan Mahesa bersama Langit, setuju?" tanya Daffin.

"Setuju!" jawab Mahesa dan mereka berpencar ke arah yang berbeda.

"Taman bermain ini luas juga." Langit berbicara sembari berjalan melihat sekitar.

"Kau benar. Apalagi tempat ini termasuk terpencil."

"Perasaanku tidak enak ...." gumam Langit dengan suara kecil sehingga Mahesa tidak bisa mendengarnya.

"Langit, main itu yuk!" ajak Mahesa, pria itu menunjuk tempat menembak kaleng, yang mana hadiahnya adalah boneka.

"Boneka lagi," sahut Langit.

"Hehe."

Setelah bermain, Langit memeluk banyak sekali boneka hasil penembakan kalengnya. Sementara Mahesa mendapat jauh lebih banyak boneka daripada Langit.

"Pekerjaanmu sangat menguntungkan kau disaat bermain seperti saat ini," Langit melirik boneka-boneka yang dipeluk erat Mahesa.

"Untungnya, haha."

"Tapi kau juga mendapat banyak," imbuhnya.

Langit menunduk menatap boneka anjing kecil dengan bulu-bulu yang terasa lembut di tangannya. Anjing itu terlihat imut, baginya.

"Hanya kebetulan," balasnya.

"Cih, tidak mungkin kebetulan sampai begitu."

Langit hanya diam tidak berniat untuk membalas perkataan, dia sibuk membatin dalam diam. "Tentunya harus menjadi orang yang sempurna. Kalau tidak bisa menembak mungkin sekarang aku tidak akan berada di sini. Melelahkan harus serba bisa di segala hal. Di umur yang seharusnya aku menikmati bersama teman-teman, aku justru belajar menembak, memanah, dan lain-lain."

Langit menghentikan langkahnya hingga Mahesa yang tidak sadar menabrak tubuh Langit. Boneka yang ia peluk jatuh satu dan Langit mengambilnya saat mereka berdua membungkuk, ia berbisik, "mereka mengikuti kita."

Mahesa membalas, "bertemu di escape room."

Mereka berdua berpencar setelah saling membungkuk seakan tidak mengenal satu sama lain. Langit mengambil jalan ke kiri sementara Mahesa ke kanan, di jalan ia melirik sedikit ke arah kiri belakang berusaha melihat berapa banyak yang mengikutinya.

"Dua orang ...." batinnya. Ia tersenyum miring karena saat pertama kali dia menyadari ada yang mengikuti mereka, terdapat dua orang. Berarti mereka tidak tahu dengan Mahesa, kebetulan pria itu sengaja memanjangkan rambutnya.

Dia berjalan dengan pelan namun pandangannya melihat ke kiri dan kanan seakan mencari permainan lain dan tidak menyadari keberadaan dua orang di belakangnya. Sengaja melambatkan langkahnya agar Mahesa bisa masuk ke dalam tempat itu lebih dulu. Setelah menghitung-hitung, ia kembali mempercepat langkahnya dan memasuki escape room. Setelah memasuki tempat itu dia memasuki ruang lain dengan cepat, sehingga dua orang di belakangnya tidak tahu ke mana dia pergi. Kebetulan tempat itu tidak boleh dimasuki lagi, jadi dia selamat dari mereka.

Given Taken | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang