Seorang pria memakai topi tinggi berwarna hitam dengan monocle di mata kirinya, tak lupa jubah panjangnya yang berwarna coklat muda itu berkibar saat dia berjalan dengan sepatu pantofel hitam itu. Pakaiannya menunjukkan bahwa dia adalah kaum atas, dalam artian, orang kaya.
Langkahnya terhenti di sebuah rumah yang terlihat sederhana, ia mengetuk pintu rumah itu perlahan. Sang pemilik rumah mengizinkannya masuk ke dalam dan segera mengunci pintu rumahnya setelah memastikan sekitarnya aman.
Mereka masuk ke dalam ruangan yang kedap suara, suara sepatu pantofel itu beradu dengan lantai rumah yang terbuat dari keramik.
"Silakan duduk," ucap pria yang memimpin jalan kedalam ruangan.
"Terima kasih."
Pria itu mengibarkan pelan jubahnya ke belakang agar ia bisa duduk di kursi bar berwarna hitam, di sebelah kanannya terdapat pria yang mengantarkannya tadi. Di hadapannya terdapat pria dengan rambut blonde yang memakai topi biasa serta masker hitam, pria itu memakai jas hitam serta kaus putih yang dimasukkan kedalam celana jeans hitam. Di sebelah kanan pria berjas hitam itu, terdapat pria lain dengan rambut berwarna hitam, serta kacamata bertengger di tulang hidung yang mancung itu. Pria tersebut memakai jas hitam dengan kotak-kotak putih di jas tersebut. Dia juga memakai kaus putih.
Sementara di sebelah kiri pria berambut blonde itu, terdapat pria lain. Penampilannya sederhana, hanya mengenakan kaus hitam serta topi hitam yang sama seperti pria berambut blonde. Pria itu menurunkan topinya hingga matanya tidak terlihat.
Bagi pria berjubah itu, penampilan orang-orang di sini sangat aneh dan ada yang berpakaian seakan tidak ingin terlihat.
"Cepatlah, kami tidak punya banyak waktu. Namaku, Dean," ucap pria berambut blonde.
"Namaku, Harka," ucap pria berjas kotak.
"Kalian teman Aaric?" tanya pria berjubah itu.
"Aaric?" tanya pria berkaus hitam.
Pria berjubah itu menghela napas pelan sebelum mulai berujar, "sepertinya dia mengganti namanya."
Pria itu mengeluarkan ponselnya dari dalam jas dan melihat sesuatu lalu berucap, "Sagara, apa kalian kenal dia?"
"Iya, siapa kau?" tanya Dean tanpa basa-basi.
"Perkenalkan nama saya Aaron. Saya kembaran Aaric, yang kalian kenal dengan nama Sagara."
"Kembaran Sagara?!" pekik Harka. Mereka semua terkejut kecuali si pria yang mengaku sebagai kembaran Sagara.
"Sagara tidak pernah memberitahu hal itu," sahut Dean tenang.
"Haha, tentu saja. Dia saja kabur dari rumah dan pastinya akan mengganti namanya."
"Oh! Bahkan nama keluarganya," pria itu tersenyum lembut hingga matanya membentuk bulan sabit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Given Taken | END
Mystery / ThrillerGiven And Taken. Bukan Given or Taken, karena itu adalah hal yang mutlak. Ini bukanlah sebuah pilihan yang bisa dipilih sesuka hati, ini sebuah keharusan. _____ Itu bukan mitos, itu adalah kenyataaan. Namun bagi rakyat Magellan, ini adalah sebuah mi...