Peringatan: Mengandung aksi kekerasan, darah, dan pembunuhan. Bagi pembaca yang memiliki trauma maupun fobia diharapkan untuk melewati bagian akhir cerita!
Saat ini Mahesa sedang sibuk mengamati rekaman yang terus berputar entah berapa lama. Dia terus mengulangi rekaman tersebut sampai saat ini, mungkin ini sudah keenam kalinya dia mengulangi rekaman tersebut. Di hadapannya terdapat makanan instan yang ia beli, untuk saat ini dia dapat merasakan bahwa keluarga Langit tidak lagi mencarinya. Sehingga ia bisa pergi keluar dengan nyaman, tanpa perlu menutupi dirinya lagi.
"Huh ... tidak ada yang keluar masuk dari tempat escape room. Aneh, kalau begitu siapa yang membunuhnya? Di dalam sana hanya ada Arga dan Daffin," dia bermonolog menatap rekaman yang tidak ada bedanya.
Siku tangan kanannya menumpu pada lengan kursi, kepalanya miring ke arah kanan hingga jarinya mulai bergerak untuk memijat pelan dari kening hingga pelipisnya.
"Kenapa di dalam escape room, tidak ada kamera pengawas?"
"Kalau aku ingin menjadikan Daffin sebagai sang pelaku ... aku membutuhkan bukti. Tapi apa?"
"Rekam jejak?"
"Kalau benar dia yang membunuh yang lain. Tidak mungkin terdapat kinerja di masa lalunya."
"Rekam jejak kriminal?"
"Kartu remi."
"Bila dia si penjahat pasti akan sangat bersih. Melihat bagaimana kasus di masa lalu gagal terpecahkan."
"Ayolah, Mahesa. Mari berpikir."
"Kasus di masa lalu."
"Tidak ada sisanya, aku tidak sebodoh itu," Mahesa menoleh saat mengakhiri kalimatnya dan dia dapat melihat Langit yang benar-benar berubah. Tidak ada lagi kulit mulus Langit, tidak ada lagi wajahnya yang bersih dan putih. Tubuhnya dipenuhi memar dan luka meskipun luka di tangannya tertutupi dengan kemeja putih yang ia kenakan. Kondisi Langit benar-benar kacau, sekacau itu hingga Mahesa tidak yakin bila pria yang ada di hadapannya saat ini merupakan seorang Langit sahabatnya.
Langit mengenakan kemeja putih lengan panjang yang dibiarkan keluar dan terlihat besar di tubuhnya, tangannya tertutupi dengan ujung lengan kemeja yang tidak dikancing sehingga sedikit mengembang. Kancing atas kemejanya tidak dikancing dan menunjukkan memar keunguan di area atas dadanya. Terlihat jelas bahwa Langit ke sini dengan buru-buru hingga ia tidak sempat berpakaian dengan rapi dan membiarkan lukanya begitu saja.
"LANGIT!" seru Mahesa.
"Astaga .. apakah kau tidak apa-apa?" Ia berlari mendekati Langit, mengarahkan pria itu untuk masuk ke dalam dan menutup pintu rumah. Setelahnya ia memegang pelan bahu Langit dan berusaha untuk melihat wajah pria itu yang memiliki beberapa luka.
"Cari tahu tentang kasus di masa lalu."
"Sekarang."
"Lukamu bagaimana?"
"Nanti akan sembuh sendiri."
"Cari tahu tentang kasus itu. Secepat mungkin, karena target selanjutnya adalah aku."
***
"Katakan kepadaku, Langit!"
"Tidak semudah itu. Kalau benar itu adalah masa depan, maka aku tidak boleh mengacaukan alur yang sudah dibuat."
"Ini demi keselamatanmu, dan kau masih berpikir tentang itu?"
"Masa depan tidak semudah yang kau bayangkan, Sa. Jika kau mengacaukan alurnya maka akan ada alur lain yang akan terjadi, dan bisa saja itu lebih berbahaya daripada alur saat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Given Taken | END
Mystery / ThrillerGiven And Taken. Bukan Given or Taken, karena itu adalah hal yang mutlak. Ini bukanlah sebuah pilihan yang bisa dipilih sesuka hati, ini sebuah keharusan. _____ Itu bukan mitos, itu adalah kenyataaan. Namun bagi rakyat Magellan, ini adalah sebuah mi...