[26] Talking To The Moon

8 1 0
                                    

Pada malam hari, Langit duduk diam di kursi yang terletak di balkon kamarnya. Hari ini adalah hari kedua dia pulang ke rumahnya setelah sekian lama ia tidak pulang. Seakan malam ini bulan ingin menemaninya, hari ini bulan purnama bersinar terang menerangi kamarnya yang gelap tanpa ada penerangan sama sekali.

Ia tersenyum tipis melihat bulan yang saat ini berhadapan ke arahnya. Setidaknya malam ini ia tidak akan sendirian lagi menghadapi segala beban ini. Luka di tubuhnya masih banyak yang belum tersembuhkan, kemarin adalah hari terburuknya. Saat dia pulang, seakan orang tuanya tidak ingat bahwa dia adalah anak mereka, ia dipukuli, dicaci maki habis-habisan seperti seorang penjahat. Dan mereka bilang, itu semua agar dia menjadi lebih baik dan taat. Haruskah ia menyerahkan hidupnya kepada mereka agar ia tidak dipukuli lagi? Pernah terpikirkan baginya untuk menyerahkan hidupnya ke mereka, namun ia tidak sanggup.

POV Langit

Kunjungan pertama ke psikiater, dokter itu bertanya "apakah kau pernah memikirkan untuk bunuh diri?"  dan aku menjawab, "pernah."  "Kenapa orang tuaku tidak ikut bersamaku?"  Aku hanya tersenyum tipis dan menjawab mereka sedang sibuk. Padahal pada kenyataannya, bila mereka tahu aku pergi ke psikiater, pasti itu akan membuat nama mereka semakin buruk.

"Bulan ... kenapa hidupku seperti ini?" gumamnya dengan suara kecil.

"Apakah ini adil?"

"Bahkan ketika mereka bertanya kenapa aku tidak lebih berusaha untuk terluka, aku benar-benar bingung."

"Apakah mereka lebih suka bila aku terluka?"

"Aku ingin berjuang, tapi mereka selalu menjatuhkanku, bagaimana ... ?"

"Aku ingin tahu rasanya memiliki saudara yang baik seperti Aaron."

"Aku ingin memiliki keluarga yang harmonis seperti yang lain."

"Bahkan tidak ada yang mendengarkanku."

Aku benar-benar lelah, aku sudah tidak sanggup lagi. Aku bukan tidak bisa berjuang. Aku bisa berjuang, tapi untuk apa aku berjuang bila pada akhirnya aku dijatuhkan lagi? Untuk apa aku memperjuangkan hidupku yang sangat jelas bukan milikku. Semakin lama, rasanya aku tidak hidup. Aku tidak tahu rasanya menjalani hidup dengan semangat dan 'rasa hidup' itu sendiri.

Aku tertawa pelan saat melihat bulan purnama yang mulai tertutupi oleh awan-awan gelap. "Bahkan awan-awan itu tampaknya tidak menyukaiku hingga menutupimu."

Rasa sakit yang paling menyakitkan adalah saat dimana kita sendiri sudah tidak mengetahui bagaimana rasanya hidup. Rasa hidup itu sendiri, kita tidak mengetahuinya, dan hidup tanpa rasa dan menjalani hari seperti seorang boneka hidup.

***

Berita kematian seorang perempuan menjadi berita terpanas saat ini. Kematian tragisnya membuat orang-orang merasa ngilu, lidah yang bahkan sudah tidak berbentuk dan hancur, tengkoraknya hancur dengan darah yang terpampang jelas di wajahnya. Tidak ada yang tahu siapa pembunuhnya dan apa motif dia. Polisi semakin memperketat penjagaan dan reporter semakin memperkeruh suasana, jurnalis mulai membuat segala macam berita aneh dan palsu untuk menjadi berita eksklusif.

Malang nasib perempuan ini, bahkan kematiannya dimanfaatkan orang-orang demi menjadi dikenal dan mendapatkan bonus tambahan dari atasan bila berhasil mendapat berita eksklusif.

Namun, ada seseorang yang sedang mengendalikan emosi saat mendapat berita buruk itu, dan orang itu adalah Mahesa. Dia mengepalkan tangannya erat hingga perlahan berubah menjadi putih pucat. Tanpa henti ia mengumpati orang yang membunuh perempuan itu, Carlette.

"Sialan .... " dia mendesis pelan, entah bagaimana pemakaman Carlette akan diadakan. Ia tidak bisa mempercayai kepala keluarga Adipradana, namun ia juga tidak bisa melakukan apapun untuk perempuan itu. Padahal baru tidak lama Arga tewas, dan kini berita kematian adiknya menjadi berita eksklusif.

"Kenapa lama kelamaan orang yang pernah berhubungan denganku tewas satu per satu?" tanyanya pada diri sendiri.

"Aku tidak bisa membayangkan bila Daffin ternyata dalang dibalik semua ini."

Hari ini ia akan pergi ke rumah Daffin, di satu sisi, dia berharap semoga Daffin bukanlah dalang dibalik segala ini, di sisi lain, ia berharap kasus ini segera berakhir dan menemukan sesuatu yang membuatnya yakin bahwa Daffin lah sang pembunuh.

"Langit, Arga, Sagara, Daffin."



There's a grief that can't be spoken.
(Ada kesedihan yang tak bisa diucapkan.)

There's a pain goes on and on.
(Ada rasa sakit yang terus menerus.)

Empty chairs at empty tables.
(Kursi kosong di meja kosong.)

Now my friends are dead and gone.
(Sekarang temanku sudah tiada dan pergi.)



Suatu hari, Mahesa pergi menuju taman tersembunyinya yang baru tak lama ini ia ungkapkan kepada teman-temannya. Namun, jelas terasa berbeda, meskipun pekerjaannya membuat ia tidak bisa menunjukkan dirinya yang sesungguhnya tetapi mau bagaimanapun juga dia manusia dan memiliki perasaan. Bertahun-tahun menjalin hubungan persahabatan tentunya ia merasakan kehilangan saat berada di taman ini sendirian.



Here it was they lit the flame.
(Di sinilah mereka menyalakan nyala api.)

Here they sang about tomorrow.
(Di sini mereka bernyanyi tentang hari esok.)

And tomorrow never came.
(Dan hari esok tidak akan pernah datang.)



Kebersamaan mereka berlima kini hanya menjadi sebuah angan-angan dan kenangan. Yang entah pahit atau manis. Mengandalkan daya ingat untuk tetap bisa merasakan kehadiran mereka yang telah pergi. Karena mereka yang telah pergi tidak akan pernah bisa kembali lagi ke dunia ini, kecuali atas kehendak Yang Maha Kuasa untuk mereinkarnasi mereka. Tapi, apakah reinkarnasi itu nyata?



Oh my friends, my friends forgive me.
(Oh teman-temanku, temanku maafkanku.)

That I live and you gone.
(Bahwa aku hidup dan kamu pergi.)

Empty chairs at empty tables.
(Kursi kosong di meja kosong.)

Where my friends will meet no more.
(Di mana teman-temanku tidak akan bertemu lagi.)

Empty chairs at empty tables.
(Kursi kosong di meja kosong.)

Where my friends will sing no more ....
(Di mana teman-temanku tidak akan bernyanyi lagi .... )



Pengkhianatan adalah yang paling menyakitkan bukan? Disakiti oleh orang yang paling kita percayai. Menurut kalian, apakah pengkhianatan terhadap sahabat sendiri dapat diampuni? Akankah kebajikan mengampuninya? Di saat dia berharap semoga sahabatnya bukanlah sang penjahat. Pada kenyataannya, dia adalah sang penjahat dan sedang merencanakan sesuatu untuk temannya yang dikhianati.

Pengkhianatan, rahasia, kebohongan, topeng, kejahatan.

Hal terburuk berkumpul di satu hubungan, dengan status sahabat. Apakah itu bisa dimaafkan dan terjaga? Bahkan dengan orang yang dekat dengan kita pun akan ada rasa kecewa. Kisah mereka tidak hanya dibatasi oleh pembunuhan dan kehadiran teror. Kisah mereka jauh lebih dalam dan lebih luas daripada dua hal tersebut. Kisah kelam yang akan terus berlanjut dan berakhir entah kapan.

Satu hal yang mereka inginkan, kedamaian.









To Be Continued.

Publish: 25 Juli 2021

Revisi: 22 September 2021

Given Taken | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang