episode 3

44 7 2
                                    

Guncangan melanda hati

“Putri pasti senang di gendong sama kamu” ucap Bu Syamsiah.

Deg..

Tiara terdiam mematung, sangat menyesakkan hati perkataan itu. Seolah ada yang memaksa keluar dalam dada ini.

“Oh iya Bu, istrinya Jan itu orang mana ya?” tanya Bu Dania.

“Orang Bandung Bu, tapi,” Bu Syamsiah menghela napas mencoba menenangkan hatinya, kemudian ia melanjutkan kalimatnya, “istrinya Jan udah di ambil sama yang punya.” tatapannya mengarah ke bayi mungil itu, Putri.

Tiara dan bundanya sangat terkejut mendengar tutur kata Bu Syamsiah.

“Innalilahi wa Inna ilaihi Raji’un” ucap Tiara dan Bu Dania berbarengan.

Bu Dania kemudian memegang tangan Bu Syamsiah seraya berkata,

“Maafkan saya Bu, saya tidak bermaksud membuat”

“Tidak apa-apa Bu, ini memang sudah takdirnya Jan. Ia harus berpisah dengan istrinya setelah melahirkan Putri,” tutur kata Bu Syamsiah di  susul keheningan.

“Allah lebih sayang samama mamanya Putri jadi di jemput lebih cepat,” ucap Bu Dania, mencoba menguatkan Bu Syamsiah.

“Oaa oaa” tangis Putri mencairkan keheningan.

“Haduuh kenapa Putri cayang pengen jalan-jalan ya?” bujuk Tiara menenangkan Bayi itu.

“Ya udah ajak jalan-jalan gih dedeknya, Ra” perintah Bu Dania pada Tiara.

“Oke bunda, aku ke depan ya ajak dedeknya dulu,” ucap Tiara.

Kasihan sekali kamu dek, sekecil ini kamu harus berpisah dengan mamamu, yang sabar ya sayang jadi anak Sholehah ya dek. Tiara mengelusnya kepala bayi itu, ia seperti merasakan kesedihannya. Sebenarnya Tiara sengaja menghindar dari 2 wanita itu, ia merasa tidak  nyaman mendengar kisah sedih itu. Apalagi siapa Mas Jan itu, dan Bu Syamsiah pun selalu memperhatikan Tiara terus.

Bayi itu diam saja merasa nyaman mungkin dengan posisi gendongannya Tiara, tapi tangannya terus mengepal dan mulutnya mengecap-ngecap kepalanya geleng-geleng seolah mencari sesuatu. Tiara merasa bingung ada apa dengan bayi ini?. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali menghampiri ke 2 wanita itu.

“Bude, kok dedeknya geleng-geleng terus mulutnya juga ngecap-ngecap mulu, gatal kali ya pipinya” ucap Tiara.

Bu Syamsiah tersenyum lalu berkata,
“Itu tandanya dia lapar,”

“Yaah aku kira dia di gigit nyamuk bude, hihi,” cengir Tiara.

“Ya sudah saya pamit ya Bu Dania, gak bawa bekel susunya Putri jadi harus pulang dulu,” ucap Bu Syamsiah.
“Yaah padahal aku masih pengen main ma bayi kecil ini, tapi kamu harus minum cucu ya dek,” ucap Tiara gemas sama bayi itu.

“Kapan-kapan main lagi ya bude” sambung tiara mengarah ke Bu Syamsiah.

Bu Syamsiah sudah bersiap untuk pulang, tiba-tiba datang seorang pria berperawakan tinggi berkulit sawo matang, memakai kemeja putih ada titik-titik hitam lengan pendek dan celana panjang hitam.

“Assalamu’alaikum,” ucap pria itu dari arah pagar, ia tersenyum dan juga melambaikan tangannya.

Bersambung

Terima kasih yang sudah membaca, di tunggu ya komenannya🙏

Biar auto makin semangat menulis, dan memperbaiki tulisannya.

Tiara, Aku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang