episode 12

29 4 0
                                    

Ide Ajaib Januar

     Setelah mereka pergi Januar tersenyum kegirangan, ia berlari masuk ke dalam rumah sesekali menepuk dinding rumah karna terlalu gemas dengan rencana yang ia pikirkan. Suara nyanyian bergema dari arah kamar seorang duda itu.

Biarkan aku menjaga perasaan ini
Menjaga segenap cinta yang telah kau beri
Engkau pergi, aku takkan pergi
Kau menjauh, aku takkan jauh
Sebenarnya diriku masih mengharapkanmu

Lagu Yovie and Nuno *Menjaga hati*, ia nyanyikan berulang-ulang hingga memasuki kamar mandi.
“Tiara tunggu aku,” Januar bergumam pelan tentunya tidak lepas dari senyumnya.

***

Seorang gadis yang masih memandangi foto dirinya dengan seorang pria, kini dia  mulai mengingat sedikit tentang pria itu.

“Mas Jan, aku perlu bertanya padamu apa yang terjadi di masa lalu.” ucap Tiara kepada foto itu.

“Assalamu’alaikum Tante Tiara, ini Putri mau main,” ucap seseorang di luar sana.

“Wa alaikumussalama, iya sebentar!” jawab Tiara berlari ke arah pintu. “Wah, wah, ada Putri main, tante ceneng banget ih,” lanjut Tiara mengusap pipi bayi mungil itu.

“Iya, takutnya Dek Tiara keburu berangkat ke Pondok jadi kita pagi-pagi ke sini main,” ucap Bu Syamsiah.

“Eh, ada Putri, udah lama datangnya?” ucap Bu Dania yang baru saja keluar kamarnya.

“Baru kok Bu, kami main pagi-pagi sengaja pengen ketemu tantenya sebelum nanti berangkat ke Pondok Pesantren,” jelas Bu Syamsiah.

“Oh begitu,” Bu Dania tersenyum kemudian melirik Tiara dan berkata, “Sepertinya akan di tunda ya Dek ke Pondok Pesantrennya!”.

“Lah kenapa Bu?” Bu Syamsiah bertanya.

“Tidak apa-apa kok Bude,” ucap Tiara mengelak.

     Mereka berbincang-bincang seperti biasa semua masuk bahasan, biasalah mak emak apa aja bisa jadi enak. Eh maksudnya pembicaraannya yaa.

“Bude, Tiara main di depan boleh ya?”

“Eh iya, sana ajak jalan-jalan aja,” jawab Bu Syamsiah.

     Tiara pergi ke depan teras, ia berceloteh pada bayi itu, bertepuk tangan dan mencubit-cubit pipinya, akhirnya bayi itu tertawa kegirangan.

     Januar yang berdiri di luar pagar rumah Tiara, melihat Tiara duduk di teras. Tiara sedang mengajak bercanda bayinya. Ia tersenyum melihatnya hat itu, kemudian membuka pagar sendiri tanpa meminta ijin terlebih dahulu karna dua minggu terakhir ini ia sering ke sini menyusul bayinya, sekaligus mencari alasan untuk bertemu dengan Tiara walaupun hanya sekedar mengucap salam saja.

“Assalamu’alaikum,” ucap Januar yang berdiri di belakang Tiara.

“Wa alaikumussalam,” jawab Tiara menoleh ke belakang, lalu ia membulatkan matanya mulutnya pun terbuka karena merasa terkejut. “Mas Jan,” ucapnya. Baru saja Tiara memikirkan Januar, sekarang sudah muncul saja.
“Iya, kenapa. Kamu terkejut?” ucapnya acuh. Kemudian berjongkok mendekati bayinya, sementara Tiara segera menggeser tubuhnya menjauh. Sesungguhnya Tiara masih ingin bercanda dengan bayi itu namun sang empunya telah datang, ia hanya bisa menatapnya saja.

“Anak Ayah lagi ngapain, main kok gak ajak-ajak sih, Ayah kan di rumah jadi sendirian,” Januar terus berceloteh bercanda dengan bayinya itu. Januar tahu seorang gadis di belakangnya Sekarang pasti sedang merasa kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa. Januar tertawa dalam hati karna berhasil mengerjai Tiara pagi ini.

“Jan, kamu nyusul ke sini ada apa?” tanya Bu Syamsiah berdiri di depan pintu.

“Mamah kelupaan, ini susunya Putri ketinggalan di meja,” ucap Januar memberi alasan.

“Masa sih, perasaan sudah di simpan di saku kereta bayinya.” Bu Syamsiah sedikit menatap tajam ke arah mata Januar.

     Januar tersenyum, lalu berkata “Mungkin Mama lupa,”

“Ya sudahlah, cepetan kasih minum anakmu itu.” Ucap Bu Syamsiah, kemudian kembali masuk melanjutkan perbincangannya di dalam.

     Januar menoleh sepintas pada Tiara yang sedang menatapnya. Tiara menyadari itu, ia pun segera mengalihkan perhatiannya.wkwkw ketahuan Tiara lagi tatap-tatap Januar nih.  Jantung Tiara semakin berdetak dengan cepat karna tatapan itu, pertanyaan yang  ingin ia tanyakan pun tidak jadi karna  nyalinya  sudah menciut dengan sikapnya.

“Mas Jan,” Tiara mengumpulkan keberanian memanggil Januar.

“Hemm,” jawab Januar.

“Ah tidak jadi,” ucap Tiara, karena mendengar jawaban Januar yang dingin.

“Bicara saja.”

“Tidak jadi,”

“Katakan Tiara, jangan membuatku menunggu,”

     Tiara tersenyum lalu menghela napas, ia bersiap menatap gerakan punggung Januar jika mendengar apa yang ia ucapkan.

“Aku ingin meminta pendapat?” Tiara berkata dengan sangat pelan.

“Tentang?” Januar sangat penasaran dengan apa yang ingin di katakan tiara, tapi Tiara hanya berdiam membuat Januar frustrasi. Januar sedikit menghela nafas untuk menahan rasa kepohnya yang membara wkwkwk.

“Semalam, ada yang datang melamar Tiara,” ucap Tiara merasa lega.

Bersambung...

______________________________________

Hai hai hai
Apa kabar, udah bacanya?
Kasih vote dong...🙏
👇 Pojok sebelah sini ya..

Komennya juga d tunggu yak yak yak..





Tiara, Aku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang