“Iya Mas Jan, Pak Kiyai di Pondok Pesantren Tiara sudah menyetujuinya, dan berharap bisa menikahkan kalian di sana,” jelas Bu Dania.
“Alhamdulillah, terima kasih Ayah Bunda,” Januar menghampiri Pak Darwis, kemudian langsung berjongkok dan mengecup punggung tangan Pak Darwis berkali-kali karna Januar sangat merasa bahagia.
Sepulang dari kediaman Pak Darwis, Januar menghubungi bapaknya yaitu Pak Sanusi yang berada di daerah Pe***. Januar meminta Pak Sanusi untuk menyaksikan pernikahan keduanya minggu depan.
“Assalamualaikum Pak, Nanti tanggal 14 April bisa datang kesini?” ucap Januar pada Pak Sanusi.
Perbincangan yang berlangsung selama tiga puluh menit itu berakhir sudah. Pak Sanusi menyetujui untuk menghadiri pernikahan anak semata wayangnya itu.
Selama 6 hari Januar sibuk mempersiapkan semuanya, pekerjaannya pun harus ia serahkan seutuhnya pada temannya. Walaupun ini pernikahan sederhana, tapi ia tetap harus mempersiapkan apa yang akan ia berikan nanti buat Tiara.
***
Seorang gadis sedang menatap langit biru tanpa awan, ia meratapi nasib yang akan ia jalani nantinya. Seseorang menepuk punggungnya, membuyarkan lamunan Tiara yang sedang terbang ke langit.
“Hey Tiara, sedang apa kamu di sini?” Tanya seseorang bernama Ratih, teman sekamar dengan Tiara.
“Eh kamu Ratih mengagetkan saja,” jawab Tiara mencoba terlihat biasa saja.
“Kamu ada masalah?”
“Tidak, Rat,” jawab Tiara lemas.
“Terus kenapa kamu melamun di bawah pohon, sendiri lagi,”
“Ini bukan masalah, tapi mungkin lebih tepatnya sebuah tanggung jawab yang harus ku jalani nanti,”
“Kamu ngomong kaya orang mau pergi aja,” Ratih menyenggol tangan Tiara.
“Besok, dia akan datang Rat,”
“Siapa, Mau apa?”
“Mas Januar, Besok aku akan menikah dengannya di sini Rat,”
“Apa, kamu gak bohong kan, Tiara?”
“Dua hari yang lalu, Pak Kiyai memanggilku,” Tiara menghela napasnya, “Pak Kiyai bilang aku akan menikah tanggal 15 April, dan itu besok,” Tiara segera mengusap matanya karna mulai berkaca-kaca.
Ratih yang mendengar bahwa Tiara akan segera menikah pun ikut merasa sedih, Ratih tahu betapa semangatnya Tiara menghafal Al-Qur’an."Dia kok tega ya, Rat," air mata Tiara sudah tumpah tak tertahankan.
"Kenapa gak kamu tolak?"
"Pak kiyai dan Ayah Bunda sudah menyetujuinya. Mana bisa aku menolak."
Ratih yang mendengar itu ikut merasakan kesedihan Tiara. Tiara yang sedang semangat ingin mengkhatamkan hapalannya, kini ia harus menunda itu semua atau mungkin ia bisa menyerah karna waktu yang ia miliki nanti akan terbagi-bagi.
Bersambung..._____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiara, Aku Memilihmu
Roman d'amour"Assalamu'alaikum," ucap pria itu dari arah pagar dengan tersenyum dan juga melambaikan tangannya. "Siapa dia?" pikir Tiara. "Waalaikum salam," jawab Bu Dania dan Bu Syamsiah "Loh kok ke sini juga kamu?" Ucap Bu Syamsiah membalas senyumannya. ...