“Menurut Nak Januar tahu tidak, kenapa Tiara meminta maaf?” ucap Pak Darwis setelah mendengar penjelasan Januar.
“Saya tidak tahu, Pak?” ucap Januar menunduk pasrah. Ada sedikit rasa takut dalam hati Januar, namun segera ia tepis dan berusaha yakin menjadikan Tiara sebagai istrinya.
“Kamu sudah mempunyai anak, apa kamu yakin Tiara bisa mengurus anakmu?”
Beberapa pertanyaan Pak Darwis sangat menyesakkan dada Januar, karena semua menyangkut anaknya. Januar hanya menjawab sebagian pertanyaan saja, karna pertanyaan yang lain itu bersangkutan dengan seseorang yang tidak hadir.
Setelah selesai sesi tanya jawab antara Pak Darwis dan Januar, Pak Darwis menyuruh Januar pulang dan menunggu jawaban dari Pak Darwis.
Pak Darwis meminta waktu pada Januar untuk bertanya dahulu pada Tiara, padahal sebenarnya untuk mencari informasi bibit bobot tentang Januar dan mencari tahu bagaimana sikap sifat kepribadian Januar selama satu minggu seperti yang ia lakukan pada lamaran seseorang sebelumnya.
Akhirnya satu minggu berlalu Pak Darwis menemukan titik terang dari pencariannya, semua tentang Januar menunjuk lampu hijau dalam arti Pak Darwis tertarik dengan Januar begitu pun dengan Bu Dania sekarang ia menyetujuinya karena telah mendapat penjelasan dari suaminya.
Januar tak ingin menunda waktu lagi, karna waktu yang di minta Pak Darwis sudah jatuh pada temponya. Januar datang berkunjung ke rumah Tiara untuk menanti jawab lamarannya. Setelah Januar masuk ternyata kedatangannya sedang di tunggu oleh keluarga Pak Darwis.
“Kamu sudah siap dengan jawaban saya, Nak Januar?” tanya Pak Darwis tanpa basa-basi ketika Januar duduk di sofa berwarna kecokelatan itu.
“Insya Allah Om, saya siap,” Januar langsung menatap Pak Darwis dengan cepat.
“Kapan kamu siap menikahi Tiara?”
“Eh, maksudnya Om, bagaimana?” Januar bingung, lamarannya di terima atau tidak, lalu kenapa Pak Darwis langsung menanyakan menikah. Bu Dania yang menyaksikan itu langsung tertawa.
“Ayah ini, bikin kaget Januar aja, itu lihat mukanya kebingungan begitu,” ucap Bu Dania menepuk tangan Pak Darwis.Pak Darwis pun tertawa dan Januar hanya menunduk masih berlayar dalam kebingungannya.
“Nak Januar tidak usah bingung tinggal jawab saja, Ayah hanya bertanya,” ucap Pak Darwis yang membuat Januar tersenyum karna Pak Darwis menyebutkan dirinya Ayah.
“Iya Om, mungkin ini bukan jawaban yang mudah karna ini akan menjadi janji saya,” Januar menghela napas, “insya Allah secepatnya setelah Ayah mengizinkan,”
“Kalau Ayah minta besok?”
“Insya Allah, Yah,” Januar menjawab dengan tegas.
“Tanpa seizin Tiara bagaimana?”
Pertanyaan Pak Darwis membuat Januar menegang, karna jawaban yang akan ia berikan adalah bisa menjadi bumerang baginya, antara setuju atau tidak.
“Saya sangat menyukai Tiara dan menjadikan Tiara sebagai pendamping adalah sebuah doa yang selalu saya panjatkan. Jika Ayah menyetujui dan percaya pada saya, saya siap menikahi Tiara dan berusaha bertanggung jawab dengan apa yang saya pilih,”
“Baiklah kalau begitu, minggu depan kita pergi menemui Tiara, dan bawa apa yang akan menjadi mas kawin untuk Tiara,”
“Maaf Ayah, apakah itu benar?” mata Januar mulai berkaca-kaca.
Bersambung...._____________________________________
jangan lupa vote ya, biar makin semangat ci akuh nulisnya.
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiara, Aku Memilihmu
Romance"Assalamu'alaikum," ucap pria itu dari arah pagar dengan tersenyum dan juga melambaikan tangannya. "Siapa dia?" pikir Tiara. "Waalaikum salam," jawab Bu Dania dan Bu Syamsiah "Loh kok ke sini juga kamu?" Ucap Bu Syamsiah membalas senyumannya. ...