Persiapan sudah hampir selesai, tinggal satu yang belum yaitu fitting baju pengantin. Ada perdebatan antara Bu Dania dan Tiara. Bu Dania menginginkan tiara memakai kebaya sedangkan Tiara tidak ingin, dikarenakan kebaya terlalu memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Januar, oh ya kemana dia beberapa hari ini tidak ada kabarnya. Terakhir bertemu waktu Putri pulang dari RS sampai sekarang H-5 mereka belum bertemu, saling mengirim pesan pun tak ada.
Mana yang katanya bakalan sering nengok. wkwkwk dalam kesibukannya Tiara gak berenti mikirin suaminya, ponsel pun tak pernah lepas dari genggamannya karena takut nanti Januar memberi kabar ia tak tahu.
***
H-3 menuju resepsi pernikahan, tapi pekerjaan Januar masih menumpuk sampai ia tak sempat menanyakan kabar istrinya, sungguh benar-benar tega.
Semua persiapan resepsi di serahkan pada WO, Januar hanya memantau dari jauh. Gedung katering, dekorasi dan panitia sudah. Fitting baju sudah di serahkan pada kepada temannya yang berprofesi sebagai desainer. Ada masalah tentang fitting, beberapa hari yang lalu temannya itu sempat menelepon dan membicarakan pakaian untuk mempelai wanita masih belum jelas memilih gaun atau kebaya.
Akhirnya Januar memutuskan sendiri tanpa meminta persetujuan istrinya, ia mengambil jalan tengah. Karena acaranya pertama menyambut mempelai pria, wanita memakai kebaya walaupun tidak ada acara akad, yang ke dua pakai gaun karena acara terakhir. Acara resepsi nanti mereka tak ingin terlalu lama, perihalnya juga untuk Januar ini bukan yang pertama pikirnya.
Setelah tahu keputusan itu, Tiara langsung menghubungi Januar. Ia bertanya tentang baju pernikahannya nanti.
Kriinggg,,
Sudah lama suara notifikasi itu tak terdengar. Januar langsung tersenyum mengingat itu adalah notifikasi yang khusus. Tanpa melihat layar ponselnya, Januar langsung menggeser tombol berwarna hijau.
"Assalamu'alaikum," ucap Januar dengan senyumnya yang merekah.
"Waalaikum salam, Mas kenapa sih?" Pertanyaan pertama yang Tiara katakan.
"Iya Dek, kenapa?" Januar masih tenang.
"Kok nentuin baju gak nanya aku dulu,"
"Emang kenapa bajunya?"
"Aku kan bisa nentuin sendiri,"
"Iya tapi kan kasihan desainernya, waktunya udah mepet, baju belum kelar,"
"Iya kan bisa tanya aku dulu, kan yang pakai nanti aku,"
Januar menarik nafas, ia tahu Tiara sedang marah tak baik ikut marah juga.
"Ya udah sekarang maunya kayak gimana?" Januar terdiam, dari si penelepon pun tak ada jawaban. "Mau ganti yang kayak gimana?" Januar bertanya kembali.
"Udahlah, udah terlanjur,"
"Aku nanya baik-baik loh Dek, kamu jangan ketus gitu jawabnya," Januar mulai terpancing.
"Terus emang aku harus jawab apa, Mas. Semuanya sudah terlanjur."
"Ya kenapa harus di bahas, kalau gak mau di rubah," Januar menarik nafas dalam-dalam, berharap ia tak akan terpancing.
"Udahlah, terserah, assalamu'alaikum," sambungan pun terputus.
Januar mengusap wajahnya kasar, ia tak habis pikir maksud istrinya.
Januar mencoba menghubungi istrinya kembali, namun tak ada jawaban. Ia pun mengirim pesan teks pada Tiara.
To istriku
-Kenapa tidak di angkat?
-Kita perlu bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiara, Aku Memilihmu
Romance"Assalamu'alaikum," ucap pria itu dari arah pagar dengan tersenyum dan juga melambaikan tangannya. "Siapa dia?" pikir Tiara. "Waalaikum salam," jawab Bu Dania dan Bu Syamsiah "Loh kok ke sini juga kamu?" Ucap Bu Syamsiah membalas senyumannya. ...